Chapter 9. | Permasalahan yang Belum Usai

27 8 2
                                    

CHAPTER 9.
Permasalahan yang Belum Usai

—○●○—

Feuds are weeds... Once it's grown roots, it's harder to dig up; and it's far easier to spread.

— Emory R. Frie

—○●○—

RUANGAN beratap tinggi yang diisi oleh sekitar delapan kursi serta sebuah meja panjang itu dipenuhi oleh tiga laki-laki berbeda usia. Salah satu dari mereka, pria tua berjenggot tebal sejak tadi tidak berhenti memandang ke arah pintu kayu, menunggunya terbuka. Terhitung sudah nyaris 25 menit ketiga pria itu menghabiskan waktu di sana, tetapi seseorang yang mereka tunggu tak kunjung datang.

"Apa mungkin dia berbohong?" Tanya salah satu dari mereka. Dari fisiknya yang jauh lebih kekar, serta tinggi, pria ini adalah yang termuda. Wajahnya cukup tampan dan kulit tanned eksotisnya membuatnya terlihat berbeda.

"Aku akan menebas kepalanya seandainya dia berbohong." Pria berjanggut tebal menggeram marah.

Sekitar dua hari yang lalu, ia mendapatkan sebuah surat tanpa nama pengirim. Isinya secara singkat mengatakan bahwa si pengirim mengetahui dengan pasti cerita mengenai Enigma yang belakangan ini rumornya menyebar di kalangan masyarakat. Tanpa ragu, ia mengirimkan balasan suratnya pada sebuah alamat yang tertulis dalam surat, bahwa ia mengundangnya untuk datang bertemu.

Bertepatan dengan itu, pintu kayu akhirnya terbuka, menimbulkan desahan lega dari ketiga pria yang ada di sana. Muncul seorang laki-laki yang sangat tidak ia sangka. Senyuman miring tercetak pada bibirnya. Menarik.

"Aku tidak menyangka bahwa kaulah di balik penulis surat itu." Pria berjanggut menghampiri tamunya yang baru saja duduk, tanpa basa-basi ia ingin pemuda itu segera bercerita.

Pemuda itu tertawa kecil. "Jujur saja, aku terkejut dengan aksi penyerangan kalian hingga masuk ke wilayah Northvale."

"Itu tidak ada apa-apanya."

"Kau sudah membuat keributan di mana-mana."

Pria berjanggut memintanya sekali lagi untuk segera bercerita setelah pengalihan topik yang dilakukannya.

"Kemunculan Enigma yang akan hadir di tengah-tengah kita bukanlah sebuah rahasia lagi," ujar pemuda itu. Kedua matanya menatap lurus pada pria berjanggut seolah sedang menunjukkan bahwa ia juga punya kuasa. "Aku datang kemari bukanlah semata-mata untuk berbagi cerita."

Pria berjanggut tertawa lebar. Tawanya memantul pada dinding-dinding ruangan. "Sudah kuduga kau memiliki maksud lain."

"Tentu saja. Semuanya memiliki harga yang harus dibayar."

"Tidak masalah. Katakan apa maumu."

Pemuda tadi semakin menegakkan tubuhnya. Kali ini ia juga memandang pada dua pria lainnya. "Aku menginginkan sebuah kerjasama."

Ketiga pria yang ada di sana dibuatnya syok. Menjalin kerjasama bukanlah hal yang mudah. Terutama, yang mereka hadapi saat ini bukan pemuda biasa. Mereka sangat tahu perannya yang penting. Selain itu, pemuda ini dikenal sebagai sosok yang licik.

"Kita akan membuat perjanjian sakral jika kau tidak percaya padaku," tambahnya.

Setelah perdebatan yang cukup alot di antara ketiga pria di sana melalui mindlink mereka, akhirnya terdapat persetujuan adanya kerjasama tersebut.

"Seperti yang kau tau, Enigma itu suatu kutukan. Kemunculannya dapat membuat ketidakseimbangan dalam dunia werewolf." Pemuda itu berdehem sejenak sebelum melanjutkan, "Aku ingin mengumpulkan sekutu untuk membuat kekacauan, membuatnya seolah-olah Enigma itu sendiri yang menjadi penyebabnya. Lalu, para pack akan mengadilinya."

ETERNAL BONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang