CHAPTER 30.
KEMBALI TERLUKA—○●○—
SEORANG pria menatap heran pada sekumpulan manusia berjubah merah yang memasuki mansionnya. Salah satu dari mereka berperawakan wanita melangkah mendekat. Sebagian dari wajahnya tertutup tudung, menyisakan bibirnya yang dipoles lipstik merah sedang tersenyum menyeringai.
"Lama tidak bertemu, George," sapanya.
Pria yang dipanggilnya George hanya bisa mengernyitkan dahi mendengar sapaan akrab yang dilontarkan wanita itu. Ia lalu melirik pada para penjaga dan tangan kanannya yang berdiri tepat di belakangnya, seolah sedang bertanya, apa kalian mengenal orang-orang ini? Mereka membalasnya dengan sebuah gelengan kecil. George lalu bangkit dari kursinya tanpa mempersilakan orang-orang itu untuk duduk.
"Apa kau mengenalku?" Tanyanya.
"Bagaimana mungkin aku tidak mengenalmu?" Wanita itu terkekeh. Tangannya terulur, bermaksud untuk berjabat tangan, tetapi George bahkan tidak mempunyai minat untuk berbasa-basi. Ia lalu melanjutkan, "George Winsley, pria yang sempat dibuang oleh pack-nya sendiri karena sebuah pengkhianatan yang sebenarnya tidak pernah dia lakukan."
Wanita itu sempat menyadari adanya perubahan raut wajah dari George, tetapi George berusaha menutupinya. Ia terkekeh, "Bagaimana? Aku mengetahui segalanya tentangmu, kan?"
Rahang George menegas. "Apa mau kalian?"
Bak seorang ratu yang harus dilayani, wanita yang masih belum memperkenalkan dirinya itu tiba-tiba duduk di salah satu sofa dan tersenyum meremehkan.
"Kau sudah dengar berita tentang Enigma yang menghancurkan Frost itu?" Tanyanya. George mengangguk.
"Sepertinya kehadiran Enigma merupakan suatu ancaman besar dalam dunia werewolf, khususnya di Northvale." Masih dengan senyum lebarnya, ia melanjutkan, "Aku ingin kita menjadi sekutu."
Tampak pergerakan dari tangan kanan George, begitupun dengan penjaganya. Namun, itu bukan masalah besar. Mereka hanya tidak ingin ketua mereka salah mengambil langkah. Setelah sekian lama mencoba berdiri dengan kedua kaki mereka sendiri, tidak ada yang menawarkan kerjasama. George sendiri juga tidak ingin membuang tenaganya hanya untuk membuat kelompoknya sendiri. Sebab, yang ia inginkan hanyalah kehidupan damai setelah sekian lama badai menerpanya.
"Tentu saja aku memiliki imbalan jika kau mau." Kedua mata George sekilas terlihat berbinar mendengar adanya imbalan. "Aku akan memberimu pasukan yang tak terkalahkan, pertahanan yang bagus, serta persediaan senjata yang lengkap."
Tidak mungkin seorang George yang selalu hidup dalam kelamnya dunia, tidak tergiur dengan penawaran itu. Sudah sejak lama ia memimpikan mendirikan pack baru yang kuat, lalu dia akan membalaskan semua penderitaannya. Apakah ini saatnya?
"Apa jaminannya?" Tanya George. Di belakangnya, ia bisa mendengar bisik-bisik dari tangan kanannya.
"Diriku sendiri," balasnya singkat.
Untuk beberapa saat, George terdiam. Ia menyahut dengan nada meremehkan. "Percaya diri sekali kau."
Muncul tawa dari beberapa orang berjubah di belakang si wanita. "Aku tidak mungkin percaya diri seperti ini kalau persiapanku tidak matang."
George menghela napas. "Baiklah. Jadi, apa yang bisa kulakukan?"
Untuk kedua kalinya, tangan wanita itu terulur. "Panggil aku Sarka. Kita sepakat. Aku akan mendatangimu lagi setelah aku mengumpulkan banyak prajurit."
—○●○—
"Sudah lama aku tidak berburu!" Pekik Damian yang senang memimpin jalan dengan pedang miliknya sesekali terayun menebas ranting-ranting pohon yang menjuntai, sedangkan di belakangnya Damara hanya mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL BOND
FantasiDamara membenci situasi di mana semesta selalu tidak pernah bersahabat dengannya, termasuk memiliki mate seperti Benjamin Sinclair. Sebab, menjadi mate-nya itu berarti ia harus menentang keluarganya sendiri, Noir pack yang tidak pernah akur dengan H...