Chapter 26. | Rahasia Ben

16 4 0
                                    

CHAPTER 26.
RAHASIA BEN

BEN melihat semuanya. Ia melihat Damara bersama Damian sejak satu jam yang lalu melintasi jalanan pusat kota Northvale, dan sejak saat itu ia tidak bisa berhenti menatap gadis itu. Ia bahkan tidak bisa memfokuskan dirinya pada obrolan Lucy di hadapannya. Kalau bukan karena perintah Amma, Ben tidak akan repot-repot membiarkan dirinya terjebak bersama Lucy.

"Ben, mendengarku, kan?" Ben benci mendengar rengekan Lucy yang menurutnya mengganggu, dan demi ketenangan hidupnya, ia mengangguk.

Ben mengikuti kemanapun Lucy pergi. Awalnya ke pusat perbelanjaan terbesar di Northvale karena katanya ia menginginkan tas dan sepatu baru. Setelah dua jam berkeliling dan berhasil membuatnya menenteng dua paper bag besar, akhirnya mereka keluar. Lucy menariknya menuju ke sebuah cafe dan saat itulah ia melihat Damara berada di restoran seberang cafe.

Tiap kali melihat Damara, Ben selalu terngiang pertengkaran mereka. Perasaan bersalah menyelimutinya. Bahkan Orion meraung-raung meminta dirinya minta maaf. Akan tetapi, ego Ben lebih besar. Ia tidak bisa menerima apa yang dilakukan Noir pack pada keluarganya.

"Ben!" Suara Lucy membuat Ben tersadar dari lamunannya. Wajah Lucy merengut. Kedua tangannya menarik lengan Ben yang sejak tadi bertumpu pada dagunya.

"Apa lagi?" Tanyanya kesal.

Lucy menyeringai. "Ben, apa jadinya kalau Amma tau kamu setengah hati jalanin ini?"

Mendengar itu, Ben seketika menegakkan tubuhnya. "Kau sedang mengancamku?" Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Ben tak ingin Lucy menjadi lupa akan posisinya, karena itu ia dengan teganya mengatakan, "Apa kau lupa posisimu? Kalau perlu aku ingatkan lagi, kita tidak seharusnya ada di sini. Hubungan kita sudah lama kandas. Kau hanya bagian dari masa lalu."

Ben lupa jika Lucy adalah gadis yang telah terobsesi padanya sejak lama. Dia dapat memanfaatkan banyak kondisi untuk mendapatkan apa yang ia mau. Termasuk dengan cara menghasut Amma.

"Aku akan mengadukan ini pada Amma," kata Lucy.

"Silakan."

Ben tidak takut. Rata-rata rakyat Helios pack sangat patuh pada aturan Moon Goddess, termasuk dengan memercayai adanya mate. Ia yakin sang Amma juga demikian. Meski ditakdirkan tidak memiliki mate dan menikah dengan seorang pria yang dicintainya, Amma tidak pernah menentang hubungan sepasang mate. Mungkin sedikit penjelasan akan membuat Amma mengerti. Hanya saja, yang menjadi masalah, Ben belum yakin dengan mate-nya sendiri.

Biasanya serigala memang memiliki insting yang kuat. Sejak adanya Orion, Ben seringkali kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri, dan yang menjadi alasannya adalah karena insting Orion aktif untuk menyelamatkan sang mate yang berada dalam bahaya. Ben tidak akan mengetahuinya jika bukan Orion sendiri yang bercerita. Bahkan hingga detik ini saja, Ben masih tidak begitu memercayai apa yang sudah terjadi pada dirinya.

"Ben, kamu melamun lagi!" Suara bentakan Lucy—yang entah sudah berapa kali ia dengar—lagi-lagi mengejutkannya. Ia melirik pada jam tangan yang melingkar pada lengan kirinya, dan mulai bangkit dari duduknya.

"Aku lelah," katanya, dan tanpa bisa berkata-kata, Lucy kemudian menggamit lengannya dengan terburu-buru.

Ben tidak memperkirakan hal ini akan terjadi, pun ia tidak menginginkannya. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Ia bisa melihat Damara berdiri tak jauh darinya. Kedua mata hitamnya beradu dengan mata cokelat milik Damara. Ben tidak dapat membaca apa yang sedang Damara pikirkan melalui kedua mata itu. Hingga akhirnya, pandangannya mengarah pada tautan lengannya dan Lucy. Bersamaan dengan itu pula, sesuatu seperti meremas jantungnya.

ETERNAL BONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang