CHAPTER 11.
Amarah Si Penguasa—○●○—
SUDAH dapat ditebak bahwa pemimpin Noir pack itu murka ketika mendengar kabar bahwa Damara terlibat perkelahian, dan tidak pulang hingga saat ini. Ia bersama anggota Andromeda sedang berada di ruang bawah tanah yang gelap serta sedikit pengap. Udara yang lembap membuat dinding tebalnya menjadi tempat tumbuhnya lumut. Kelima pemuda berdiri saling berdampingan dengan wajah tegang dan kaku.
Kendrick tidak pernah main-main soal hukuman. Ia sedang memikirkan hukuman yang pantas untuk mereka karena lalai menjaga Damara. Namun, tentu saja hal itu menjadi pro-kontra di kalangan pack. Terutama Hillary yang sangat tidak menyarankan untuk memberi hukuman pada anggota Andromeda, alih-alih mencari keberadaan Damara.
"Kendrick, stop wasting your time," perintah Hillary. "Damara di luar sana, entah di mana, dan apa yang terjadi dengannya, tidak ada yang tau. Tidakkah sebaiknya kita mencarinya? Lupakan soal hukuman. Putri kita lebih penting."
Tadinya Kendrick sangat berapi-api saat Genta datang dengan terburu-buru dan napasnya yang terengah-engah memberikan kabar bahwa Damara berhasil dibawa oleh seekor serigala bertubuh besar. Serigala itu memiliki aura mengintimidasi yang kuat hingga tidak ada yang sanggup untuk melawan. Toh, mau melawan pun mereka pasti akan kalah. Karenanya mereka hanya bisa pasrah saat Damara dibawa pergi.
Genta juga menceritakan soal perkelahian itu setelah didesak oleh Kendrick. Padahal rencana awalnya, Hero sudah menyuruhnya untuk tutup mulut dan anggota Andromeda yang lain juga sepakat menutup rapat-rapat soal kejadian itu.
Ucapan Hillary seketika membuat Kendrick tersadar. Buru-buru ia keluar dari ruang bawah tanah untuk memerintahkan anak buahnya mencari Damara.
"Oh, satu lagi. Cari pemuda yang telah melukai anakku. Bawa dalam keadaan hidup-hidup ke tempat biasa," perintahnya pada anak buahnya sebelum keluar dari rumah.
—○●○—
Damara terusik oleh sesuatu yang basah, sedikit berlendir dan kasar pada wajahnya. Ia mengerjapkan kedua matanya, mengalihkan pandangan pada jendela terbuka yang menghantarkan sinar matahari. Dapat ia rasakan wajahnya sudah basah total. Beruntungnya, apapun itu yang mengenai wajahnya, tidak memiliki bau kuat, justru beraroma mint yang menyegarkan.
Sesuatu berlendir dan kasar itu membuatnya nyaman, entah mengapa. Namun, sedetik kemudian, kedua matanya melebar melihat sosok serigala besar tepat di samping ranjang tempat ia berbaring. Lebih mengejutkannya, sesuatu yang membuat wajahnya basah adalah lidah dari serigala itu.
"Who are you?" Kedua mata tajam milik serigala itu seolah ingin mengatakan sesuatu. Sayangnya, Damara tidak mengerti. "Aku di mana?" Tanyanya sekali lagi.
Setelah menelisik isi ruangan, Damara menyadari dirinya berada di sebuah kamar yang didominasi oleh warna abu-abu, mirip seperti bulu serigala asing yang sedang bersamanya. Kamar itu luas, dan hanya terisi perabotan seperti lemari, rak buku, sebuah sofa panjang serta meja nakas yang terletak tepat di samping ranjang. Jendela besar yang mengarah pada hutan menunjukkan betapa teriknya sinar matahari, menandakan hari sudah beranjak siang.
"Aku semalaman ada di sini." Entah sebuah pertanyaan atau pernyataan yang dilontarkan oleh Damara, tetapi sebanyak apapun ia berbicara, serigala itu tidak akan mengerti yang diucapkannya. Bagi Damara itu adalah urusan nanti.
Ia buru-buru bangkit dari ranjang, mengabaikan rasa pusing yang mendera, dan dengan segera mengambil jaket kulit hitam miliknya yang tersampir pada sandaran sofa. Setelah mengucapkan rasa terima kasihnya, ia berlari keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ETERNAL BOND
FantasyDamara membenci situasi di mana semesta selalu tidak pernah bersahabat dengannya, termasuk memiliki mate seperti Benjamin Sinclair. Sebab, menjadi mate-nya itu berarti ia harus menentang keluarganya sendiri, Noir pack yang tidak pernah akur dengan H...