30; Tergesa

2.7K 294 327
                                    

#ngebut

***

Menjelang penarikan mahasiswa KKN, semua kelompok disibukkan dengan agenda nuntasin laporan sekaligus berburu tanda tangan lembar pengesahan. Selain itu, mereka masih harus mikirin soal acara perpisahan sama warga karena nggak mungkin sekadar diem-dieman terus pulang. Gimana juga udah satu bulan mereka diterima dan disambut di desa, masa iya nggak pamitan dengan proper.

Kelompok Hega juga memikirkan sampai ke situ, tapi mereka nggak mau terlalu ribet kayak beberapa kelompok desa sebelah yang sampai nanggap dangdutan sama tari-tarian. Selain butuh banyak persiapan, pastinya bakal butuh banyak duit juga, dan mereka nggak mau memberatkan satu sama lain, terlebih warga buat bikin acara gituan. Alhasil, setelah banyak brainstorming dan konsultasi perduitan sama Ibu Bendahara, alias Kaila, mereka memilih ngadain syukuran dan prasmanan bareng warga.

Buat urusan konsumsi, juru masak utama maju paling depan, Mariska mau unjuk kebolehan. Siapa tau kan nanti ibu-ibu sini pada suka hasil masakannya kayak anak-anak kelompok, pasti bakal berkesan juga kalau hasil tangan mereka sendiri.

Buat acara, mereka bagi tugas, mulai dari belanja bahan, nyiapin tempat —kebetulan posko mereka lumayan luas buat dipake kumpul— sama koordinasi ke ketua karang taruna, soalnya lebih gampang ngundang warga lewat dia sama buat pinjem-pinjem peralatan. Ketuanya ternyata lebih muda daripada mereka bersepuluh, padahal di awal udah pada manggil mas, nggak taunya malah dek.

Hega sendiri sebenernya jatah belanja—nemenin buat angkat-angkat gitu, sih— tapi terus Bu RT malah nawarin ambil sayur dari kebun beliau aja. Jadi di sinilah Hega, bareng sama Kaila, Florent, dan Naufal, memanen sayur-mayur di lahan punya beliau. Katanya karena cuaca sekarang lagi nggak menentu, sayurannya banyak yang gagal panen, jadi daripada dibiarin, beliau suruh anak-anak ini ambil yang masih layak dimasak.

Nggak cuma Bu RT sebenernya, tetangga posko juga nawarin hasil kebunnya buat dipanenin. Lumayan, mereka dapet tomat sama terong ungu banyak, gratisan lagi, hehe. Selama KKN tuh menu terong krispi nggak pernah ketinggalan jadi primadona kesepuluh anak ini tiap kali makan, jadi jelas mereka seneng dikasih begini.

“Harusnya tadi bawa topi KKN, panas banget.” Florent ngeluh, siang ini emang terik banget, bahkan dua minggu lebih belum hujan ketika harusnya udah masuk musim penghujan sekarang. Tanah yang mereka pijak jadi kering, debu ke mana-mana tiap melangkah. Padahal cuaca di sini nggak lebih panas ketimbang di kota, tapi tetep aja mereka bisa gosong.

“Kenapa, Ga? Pusing, ya?” Anak Agroteknologi itu menyambung, tengok temennya di samping yang dari gelagatnya udah kayak orang lemes dijemur pas upacara. Tangan Florent naik halangi terik matahari di atas kepala Hega meski dia tau itu nggak begitu membantu.

“Nggak, gue cuma ngantuk.” Jawab Hega, setengah bohong, setengah jujur. Dia emang agak pusing sekarang, mungkin karena kelamaan kena panas matahari, tapi kurang istirahat juga bisa jadi penyebabnya. Lima hari menjelang mereka pulang, adalah hari-hari terberat KKN menurut Hega, karena insomnianya makin parah. Dua hari ini dia tidur paling cuma tiga jam, selebihnya begadang, atau ya tidurnya nggak nyenyak karena mimpi buruk.

Habis ditinggal pulang sama Jaffan, dia terus kepikiran gimana nantinya kalau udah waktunya ketemu sama Bapak dan Ibu di rumah. Ketakutannya akan reaksi kedua orang tuanya bahkan udah sampai ke tahap kebawa mimpi. Dalam tidurnya, Hega sering mimpi diperhadapkan sama Bapak yang menatap dia kecewa, dan Ibu nangis hebat sambil berucap; kenapa kamu tega bohong?

Mimpi itu rasanya nyata banget, dia pasti nangis waktu kebangun. Hatinya berat, merasa bersalah udah mengingkari kepercayaan Bapak sama Ibu dan menyimpan rahasia menjijikkan itu selama ini. Dia juga bingung harus apa, karena kenyataannya dia selalu lupa akan orang tuanya ketika semua perbuatan itu terjadi.

[4] Stubborn Love | ft. NaHyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang