16; Likey-Likey

5.8K 283 215
                                    

⚠️ area wajib komen ⚠️
iyh ak maksa, knffh, gk snank?

***

Bangun tidur dengan beban terasa di lengan dan dada, Jaffan cuma senyum aja. Pasti Hega, batinnya yang mulai buka mata, dan ketika irisnya memastikan memang sang pacar yang kini tidur beralaskan lengannya sambil meluk, awal hari Jaffan makin indah aja rasanya. Cowok leo ini hirup napas, masih mengumbar senyum. Niatnya mau merem sebentar lagi mumpung masih pagi, tapi cuma butuh sedetik buat kelopak matanya terbuka lagi dengan mendadak.

Wait, pikirnya. Rasa kantuk tadi hilang lenyap begitu dia lihat Hega dan dirinya sendiri, lantas air muka tegang hadir. “Fuck.” Seolah masih nggak cukup percaya, di tengah kepanikan melanda, Jaffan sibak selimut yang tutupi tubuh telanjang mereka. Seketika dia bangkit duduk tanpa peringatan, nyaris aja lompat turun kasur malah. “No, no, no ... fuck! Fuck! What have I done?!” Hega, yang memanfaatkan tubuh pacar sebagai bantal, otomatis jadi kebangun juga akibat ulah mendadak Jaffan. Dia duduk, kucek mata dengan niat siap ngomel—tapi cowoknya kayak orang panik gitu, dia jadi ikut khawatir.

“Bub? Kenapa?” Hega taruh telapak ke pundak sang leo. Sewaktu cowok itu menoleh, dia nggak bisa nebak apa yang sebenernya kejadian karena cara Jaffan menatap terkesan campur aduk banget. Tanpa kata, sebuah peluk erat datang, dan Jaffan terus meracau kayak ngerap saking cepetnya. “I’m so sorry ... forgive me, Ga ... maaf, aku minta maaf. Aku nggak ngira bakal lepas kendali gini, aku udah ngerusak kamu, Sayang.” Manik Hega mengerjap beberapa kali dengerin itu, dia lantas dorong pelan tubuh si dominan supaya ada jarak buat mereka ngomong.

“Kamu nggak inget kita ngapain semalem?” Tanya Hega pelan dan hati-hati biar sang pacar nggak makin panik, meski dia juga bakal nyesek banget kalau semalam Jaffan beneran nggak sadar sama perbuatan mereka. “Aku inget, tapi nggak sepenuhnya ... aku pikir aku mimpi, Hega!” Deg, jantung Hega lupa berdetak sejenak. Malam tadi nggak dipungkiri Jaffan emang mabuk. Kalaupun pengaruh alkoholnya udah berkurang waktu mereka berhubungan, nyatanya cowok ini masih bisa ngira dia mimpi. Kalau bukan karena Hega yang terlena dan justru memanfaatkan kesempatan buat godain pacarnya, mungkin ini nggak bakal jadi niat Jaffan sama sekali.

Sialan, dada Hega nyeri, dia merasa malu dan bersalah.

Tell me, Bear ... aku nggak maksa kamu, ’kan? Please, kasih tau apa aku sebrengsek itu.” Jaffan tarik dagu si gemini yang sempat nunduk, entah apa isi pikirannya, dia aja kesulitan mau kendaliin diri sendiri sekarang, gimana mau baca perasaan pacar. “Jujur sama aku, kalau emang aku begitu, tonjok aja sekarang nggak apa-apa.”

Hega geleng, dia sentuh tangan Jaffan yang merangkum pipinya sambil ulas senyum paksa. “No, it was consensual. Kamu nggak memaksakan apa pun.” Sepanjang nunggu jawaban itu, Jaffan harap-harap cemas banget, detakan jantungnya ribut, tapi begitu dengar perkataan Hega, dia akhirnya bisa hela napas lega. Remaja leo satu ini udah siap banget menghukum diri sendiri kalau emang dia udah maksa pacarnya berhubungan karena pengaruh alkohol. “Tapi tetep aja, Bapak bakal gorok leherku kalau tau ini.” Keluh sang leo, dia tangkap pergerakan kecil jemari si gemini dari sudut mata. Kayaknya anak itu gugup banget.

“Kamu menyesal, kah?” Pertanyaan itu terlontar bak serangan mendadak, tapi di saat yang sama juga ada kesan sedih tersimpan. Jaffan tatap binar bening berlian milik sang kasih hati, sekarang berkaca-kaca. “Aku minta maaf.” Lanjut cowok yang setahun lebih tua darinya itu. “Harusnya aku nggak mancing kamu di posisi lagi mabuk gitu ... aku minta maaf karena bikin kamu berbuat dosa sebesar ini.” Hega mulai nangis dalam hening, telapaknya naik menghapus lelehan air mata di pipi. Dagunya nggak lagi tegak, dia nunduk tutupi wajahnya sendiri.

[4] Stubborn Love | ft. NaHyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang