34; Fatherly Love

4.1K 343 341
                                    

Hampir lewat tengah malam, tapi Jaffan nggak bisa tidur—tepatnya memang dia nggak mengizinkan diri untuk istirahat. Setelah tadi menyaksikan sendiri separah apa kecemasan Hega yang membuat pacarnya itu terus-terusan dihantui mimpi buruk, Jaffan memutuskan untuk tetap terjaga dan nungguin sang jauza terlelap. Nggak peduli itu artinya dia harus melek semalam suntuk, Jaffan mau selalu siaga kalau-kalau Hega butuh dia di waktu mendadak. Bahkan di pertengahan tidur pun sesekali Jaffan kedapatan harus menyeka basah yang menetes dari sudut mata si gemini, dan itu beneran nggak nyaman bagi dia.

“Kamu mikirin apa, Sayang, tidurmu sampai nggak tenang begini.” Kain kompresan kembali bertengger di kening Hega, tadi suhu tubuhnya lagi-lagi terasa hangat, menurut Jaffan udah di atas normal karena dia coba sentuh lehernya sendiri buat pembanding dan masih lebih panas badan Hega. Jaffan nggak tega, pacarnya udah kurus, gampang sakit lagi semenjak hamil.

Telapak sang jauza dia ambil dan digenggam, Jaffan taruh buat bantalan pipinya karena dia jujur capek banget. Cowok leo itu memilih duduk di lantai, tepat menyanding Hega yang baru bisa tidur beberapa puluh menit setelah tadi bangun tiba-tiba akibat mimpi buruk—bahkan ketika udah melek pun Hega masih bisa menyangka dia ada di mimpi; nggak tau membedakan yang mana dunia nyata sampai-sampai Jaffan harus tega sedikit dan bentak dia untuk sadar.

Padahal KKN cuma satu bulan, dan si dominan juga sering banget nengokin, tapi kenapa dia baru tau keadaan Hega separah ini setelah anak itu pulang? Apa iya si gemini mendadak kena histeria? Mungkin gejalanya memang lebih awal dari ini, tapi entah Hega yang pinter nutupin atau Jaffan yang nggak peka? Semua kemungkinan bisa terjadi, dan itu bikin si Agustus nggak berhenti menyalahkan dirinya sendiri. “Coba aja aku bisa membaca kamu lebih baik, mungkin kita bisa cegah ini, Bear.” Jaffan beralih taruh telapak tangan Hega yang dia pegang ke atas kepala, digerakkan buat membelai benang-benang rambut gelapnya. Kangen banget bisa manja-manja sama Hega.

Menjelang dini hari makin larut, Jaffan temukan diri ikut ngantuk. Aktivitasnya belakangan udah nggak sebatas rebahan, tidur pas kelas, dan main game doang, tapi dia mulai fokus kuliah, bantu-bantu di kantor Papa, sekalian juga belajar pengelolaan bisnis—apart from that, dia juga ambil courses luar sama ikut seminar. Sebanyak itu agenda, jelas nggak semuanya bisa kepegang sempurna, kadang ada satu-dua yang harus ditaruh paling akhir di daftar prioritas, tapi pemegang posisi nomor satu tentu aja pacarnya, itu nggak bisa diganggu gugat.

Jaffan mikir sebentar, kalau dia ke dapur sebentar buat ambil minum sama ganti air buat ngompres, kira-kira Hega aman nggak ditinggal. Emang paling cuma berapa menit udah balik, tapi dia nggak tenang mulu dari tadi, aneh.

“Sayang, aku tinggal bentar nggak apa-apa?” Dia kayak orang goblok mengharap jawaban dari orang tidur, tapi Hega emang tidurnya macam setengah sadar, gelisah mulu, jadi Jaffan nggak salah kalau mengira cowoknya mungkin denger meski nggak terlalu jelas. “Janji nggak bakal lama.” Genggaman ke tangan Hega dilepas pelan-pelan, Jaffan mundur ambil baskom berisi air hangat yang dia pakai buat ngompres demam sang pacar. Langkahnya senyap banget, bahkan nutup pintu juga kayak orang mau maling karena penuh perhitungan. Tapi giliran udah di luar, Jaffan setengah lari. Iyalah, dia harus cepet, nggak mau kelamaan biarin Hega sendirian.

Cowok leo itu berasa lagi jadi peserta lomba yang mulai dari langkah pertama udah dimenitin. Dia buang sisa air di baskom ke sink dapur, ambil panci kecil dan dia rebus air buru-buru. Sambil nunggu lumayan mendidih, Jaffan buka kulkas, raih sekaleng minuman energi yang dia simpan di sana. Miris banget, dia otw ketularan Papa yang demen begadang buat kerja—bedanya dia agak terpaksa, bukan sukarela.

Berulang kali Jaffan ngecek jam dinding dari balik meja dapur, terus dia juga ngecek HP-nya seakan nggak percaya penunjuk waktu di tembok itu jujur. Emang aneh.

[4] Stubborn Love | ft. NaHyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang