13; Seterusnya

2.8K 286 95
                                    

Jawab soal ujian sambil ditemenin, disuapin, bahkan dibantuin sama ayang rasanya ah mantap banget nggak, sih? Meskipun tadi kena omel juga Jaffan nggak merasa tertekan lagi karena Hega lembut banget ngasih taunya tiap dia tanya. Yang sempat bilang nggak mau ada pertanyaan bodoh, nyatanya si gemini nggak ngamuk meski pacarnya kelupaan nanya hal yang sama dua kali. Emang Hega itu kesabarannya tebel banget, deh, udah dilatih sejak kecil sama adek-adeknya dan ketambahan pacar sekarang.

Disambi ngetik, Jaffan amati gimana sang jauza telaten misahin duri serta daun kemangi dari menu lele bumbu kuning yang dia suapin ke pacarnya. Hega nggak lupa kalau cowoknya benci kemangi—sejak terakhir di rumah keluarganya waktu itu, dia nggak pernah maksa apalagi cekokin Jaffan makanan sembarangan lagi. Besok gini kali ya rasanya diemong sama istri? Siapa nebak kalau orang slengean bin petakilan kayak Hega rupanya punya sisi dewasa yang nggak kaleng-kaleng.

“Ibuk biasanya masak gini juga kalau ada yang ultah di rumah, tapi ikannya nila.” Hega nyendok nasi sama sepotong daging ikan yang udah dibersihin durinya, dia sodorin ke depan mulut si cowok lebih muda. Jaffan terima suapan itu dengan senyum manis.

“Enak? Kalo suka, kapan-kapan aku tanya resepnya ke Ibuk, nanti aku masakin.” Pertanyaan penuh perhatian itu nggak pelak bikin Jaffan salah tingkah, telinganya aja merah waktu ngangguk malu-malu. Dia nggak bisa ngomong karena nasi yang masuk mulutnya penuh banget, jadi sebelah tangannya ambil telapak Hega buat digenggam dan dielus. Mereka saling tatap bentar, terus mendadak—krenyes, ups, kayaknya ada bahan material nyelip di nasi yang kelewatan Hega singkirin.

“Eh? Kamu gigit batu?” Saking renyahnya suara gigi beradu sama kerikil kecil, si gemini pun denger. Dia paling nggak suka sama momen menikmati makan terus ketemu batu gini, terlebih kalau lauknya enak, kan jadi harus dilepeh. “Bentar ... um—” Hega sibuk celingukan cari wadah buat Jaffan lepehin nasi, soalnya mana mungkin di piring yang masih ada makanannya.

“Ah, udahlah, sini.” Jaffan mendelik lihat tangan sang pacar nodong depan mukanya. Dia geleng-geleng ribut, menolak muntahin nasi bekas mulutnya ke telapak Hega sekalipun rasanya udah nggak nyaman banget. “Nggak apa-apa, aku bisa cuci tangan, daripada kelamaan, Bub!”

Menimbang keseriusan sang pacar, serta juga mulutnya udah harus mengosongkan isi, Jaffan akhirnya beneran lepehin nasi kunyahan ke tangan si gemini. “Maaf,” katanya, merasa nggak enak sama Hega.

“Itu kumur dulu biar sisa kerikilnya ilang, aku mau buang ini.” Nurut kata pacar, Jaffan raih segelas airnya buat kumur. Dia ngekorin Hega ke dapur, soalnya air di mulut juga butuh dibuang.

“Kamu nggak jijik? Itu bekas mulut orang loh.” Tanya si Agustus sembari nungguin Hega cuci tangan. Sebagian dirinya masih kaget aja sama reaksi sang pacar tadi—mungkin refleks, tapi kan tetep aja.

“Aku jijik kalo itu tadi bekas mulut sembarang orang ...” Matiin keran sink, Hega kibas-kibas tangan biar kering. Anak itu balik badan ke arah Jaffan. Ekspresi tengilnya bikin nggak bisa ditebak dia mau bilang apa. “Lagian aku udah sering rasain lidah kamu di mulut, bukannya itu lebih jijik?”

Selangkah, dua langkah, detik berikutnya jarak mereka udah sempit banget. Jaffan mepet sama konter dapur tempatnya nyender dari tadi, sementara di hadapannya deru napas Hega sampai kena pipi. Tatapan cowok gemini itu bermula dari bibir, terus naik perlahan sampai ketemu iris gelapnya.

“Yakin jijik? Berarti nggak mau lagi, dong?” Goda Jaffan, sementara seringai di sudut bibir pacarnya terpatri makin tajam. “Quite the contrary, aku malah mau rasain lagi sekarang.” Jawaban binal si gemini bikin alis kanan Jaffan naik, dia nggak langsung luluh.

“Tumben, what’s gotten into you? Biasanya kalau aku minta pun kamu ada aja alasan ke sana-sini dulu.”

Well, a little fun games wouldn’t hurt anybody ... bukannya kamu lebih suka tantangan?” Pandangan Hega beralih turun, telunjuk dan jari tengahnya bergerak meniru langkah di pundak Jaffan, mencipta pola abstrak. Pergelangannya lekas ditahan sama sang leo sebelum makin turun ke dada.

[4] Stubborn Love | ft. NaHyuck (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang