Cafe Senja terletak di puncak bukit yang dikelilingi oleh hamparan pesawahan yang indah dengan sungai di bawah sawah, menenangkan. Dengan arsitektur yang unik dengan tema hutan dan saung, cafe ini hadir menghadap ke barat, mengundang konsumen untuk menikmati pesona matahari terbenam yang memikat.
Kami menempati kursi yang dirancang untuk dua orang, membuat kami duduk berdekatan yang sehingga kaki kami bersentuhan. Suasana yang akrab dan kebersamaan mulai terasa.
Aku terpikat dengan pemandangan yang hadir di depan mata. Dengan mata yang tertutup, aku menikmati keheningan pesawahan, meresapi ketenangan dalam udara segar. Angin lembut mengelus rambutku, sementara suara sungai yang jauh menyusup ke telinga, memberikan kehadiran yang samar namun menenangkan. Aroma campuran antara sawah dan kopi menghadirkan pesona yang begitu unik. Untuk sementara aku lupa dengan seseorang yang duduk di samping ku.
Melihat Ansel membuka jaket, kulitnya benar benar putih mulus seperti wanita, juga parasnya yang cantik, membuatku merasa, aku seperti gembel yang duduk di samping nya huhu.
Tanpa canggung aku membuka obrolan,
Rys : "Seperti nya enak jika kita menikmati es krim ini sambil melihat sawah."
Ans : "Bolehkah aku tinggal dulu sebentar? Aku ingin memesan sesuatu."
Rys : "Hanya memesan kan? Kau tidak akan meninggalkan ku sendiri di cafe ini kan?"
Ans : "Kenapa kamu berfikir begitu Rys? Sebaliknya, aku berniat menculikmu."
Rys : "Sialan, haha"
Ansel memutar tubuhnya sambil tertawa, lalu pergi ke kasir untuk memesan sesuatu. Sementara dia berjalan menjauh, perhatianku terfokus pada punggung nya, aku menyadari satu hal, Kenapa dia terlihat begitu kurus? Apa dia hidup dengan baik?
Yah walaupun aku tidak peduli apa dia baik-baik saja atau tidak, tidak perlu ku bahas. Karena hubungan dekat kita akan berakhir di sini. Setelah aku diantar pulang.
Ansel memesan dengan durasi yang agak lama, lebih dari yang biasa untuk sekadar memesan. Namun, itu tidak membuatku sedih. Aku menikmati kesendirian di sini dengan menyantap eskrim cokelat yang manis, sambil meresapi pemandangan dan suasana yang begitu tenang.
Tanpa kusadari, dia tiba-tiba duduk di kursi sambil menyalakan sebatang rokok. Aku terkejut, sebab bibirnya yang begitu merah muda menimbulkan prasangka dia bukan seorang perokok. Ternyata aku salah.
Ans : "Kamu umur berapa Rys?"
Rys : "Kamu tidak akan menyangka aku umur berapa, coba tebak."
Ans : "Antara 20 atau 21 ya kan"
Rys : "Aku masih 19, hehe."
Ans : "Kau benar kupikir kita seumuran, coba tebak umurku."
Rys : "21."
Ans : "Tahu darimana"
Rys : "Firasat orang jenius memang jarang meleset."
Ansel menjawab dengan bibir yang monyong dan meledek. Sebenernya karena aku sering bertemu banyak orang dengan umur yang berbeda beda, membuatku dapat melihat umur seseorang hanya dengan melihat wajahnya saja.
Kami mengobrol dengan berbagai kekonyolan, yang kulakukan dengan sengaja. Aku menikmati momen tersebut, terutama tawanya yang begitu manis. Meskipun obrolan terasa seperti antara teman lama yang baru bertemu, ada sesuatu yang aneh dengannya, dia sepertinya enggan bertatapan mata denganku. Pertanyaan itu terus mengalir di pikiranku, mengapa dia begitu?
Dari obrolan kami dapat disimpulkan bahwa, dia hidup hanya untuk bekerja dan tidur, maka dari itu aku lebih pintar dari nya. Ini sangat menguntungkan jika kita berteman baik, aku bakal jadi bosnya! hahahaha.
(Aku hanya bercanda jangan hujat aku).Waktu berlalu dengan cepat, dan kabut di depan mulai memancarkan warna oranye karena matahari segera terbenam. Di tengah suasana itu, aku membuka jaket karena merasa gerah. Ansel tiba-tiba berkata,
"Kulitmu putih sekali seperti mutiara, wajahmu juga tak kalah cantik dan kamu gadis yang pintar."
Suara kata-katanya terbawa oleh angin senja, menyentuh hatiku dengan lembut. Aku hampir mengeluarkan air mata haru karenanya.
Kabut oranye, angin sore, suara sungai, aroma kopi dan sawah, serta pujiannya. Suasana ini, tidak akan pernah aku lupakan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHONEST
RomanceKisah tentang seorang lelaki manis yang pernah aku kenal, ku titip tentangnya di sini. Terlalu sayang untuk dilupakan kutulis semua agar setidaknya cerita kami tidak akan pernah menghilang walaupun di saat atau setelah kami berpisah.