Saat sinar senja mulai meredup, aku memutuskan untuk melanjutkan pekerjaanku yang tersisa, yaitu menyusun kembali CV nya. Hanya satu hal yang perlu dilakukan, menambahkan sebuah foto.
"Aku butuh foto darimu, tak perlu formal, cukup terlihat sopan saja," pintaku tanpa basa-basi.
Namun saat Ansel menunjukan fotonya dan memintaku saran untuk dimasukkan ke dalam CV, momen itu yang membuatku membeku. Sebuah foto yang membawaku terlempar ke lorong waktu, menggali ingatan yang telah terkubur selama tiga tahun lamanya. Dalam foto itu Ansel berdiri di tengah-tengah cafe yang tanpa menunjukkan wajahnya.
Rys : "JADI INI KAU?"
Ans : "Kamu ingat chat dulu itu yaa?"
Seakan Ansel tahu apa yang terjadi pada ingatan ku, dia hanya tersenyum dan melanjutkan urusannya memilih foto.
Sementara aku terdiam dan mencoba mencerna tentang pikiranku yang menganggap sebuah takdir konyol. Apa yang aku pikirkan 3 tahun yang lalu itu, benar apa ada nya terjadi. Bagaimana bisa hanya tindakan sederhana dapat berpengaruh sebesar ini. Jika saja waktu itu tidak ku buka blokirannya, tentu saja aku pasti tidak akan pernah mengenalnya.
Keegoisan yang kulakukan sampai saat ini ternyata bukanlah karena Ansel, tapi karena diriku sendiri. Apa yang kulakukan dan kurasakan terhadapnya jelas sudah melewati batas. Aku harus mengakhiri semuanya, walaupun dengan hati yang sangat berat karena aku pun tahu perasaan yang muncul telah tumbuh.
Rys : "Aku rasa kita sampai disini saja."
Ans : "Apanya?"
Rys : "Semuanya, kedekatan kita, aku merasa bersalah padanya dan kamu Ans, kamu bahkan bisa dapatkan yang jauh lebih dariku, aku cuma perempuan tak tahu diri."
Ans : "Kenapa tiba-tiba kau bicara begitu? apa karena aku menolak ajakanmu semalam?"
Rys : "Bukan, tapi aku minta maaf soal semalam."
Ans : "Rys jangan begitu, ya? Kumohon jangan pergi jadi milikku ya? Jika ajakanmu semalam masih berlaku, aku mau."
Aku dapat merasakan keputusaannya yang tergambar di mata sayu itu.
Rys : "Sebenarnya apa alasanmu mendekati ku sampai seperti ini."
Ansel menarik nafas panjang dan menatapku sebelum mengatakan sesuatu.
Ans : "Pernahkah kamu menyukai seseorang hanya karena melihat nya sebentar namun perasaan yang muncul tidak pernah hilang selama bertahun-tahun? bahkan tidak pernah bertemu setelah itu? Tidak kan? Aku tahu itu hal yang mustahil, namun kenyataannya itulah yang terjadi. Sekarang aku mengenalmu dan semakin menyukaimu. Aku sudah cukup bersabar menunggumu, aku mohon jadi milikku, aku tidak meminta mu untuk memilih, aku hanya ingin di sampingmu tidak peduli kamu memiliki kekasih saat ini, beri aku kesempatan ya?"
Kaget memenuhi diriku saat Ansel mengajukan permintaannya. Walaupun aku tahu aku harus menolaknya, namun aku tak mampu. Perasaanku yang bercampur aduk, di antara kebahagiaan, rasa bersalah, dan kesedihan serta ketakutan. Dalam kebimbangan ini, aku benar-benar membenci diriku sendiri.
Entah sejak kapan aku mulai terbuka padanya seakan kita bukanlah orang asing lagi sebaliknya kami justru lebih dari hubungan seorang teman, kami jelas mengetahui perasaan satu sama lain meskipun aku tidak pernah mengungkapkannya.
Rys : "Entahlah, lebih baik aku melanjutkan pekerjaan ku dulu."
Aku menyadari tindakan burukku dalam menyikapi masalah yang saat ini terjadi. Namun apa boleh buat aku benar-benar bingung, tidak pernah aku merasa semenjijikan ini terhadap diriku sendiri yang mencintai pria lain. Walaupun aku dengan dia jarang bertemu tetap saja aku memiliki perasaan terhadap Ansel jelas-jelas hal yang bodoh.
Rys : "Cang! CV mu beres, sama-sama ya!"
Ans : "Terlihat sangat bagus, kamu pintar sekali menyusun kalimat, aku terkesan."
Rys : "Traktir aku kapan-kapan!"
Ans : "Haha baiklah."
Kami berbincang sampai larut malam seakan percakapan emosional kami sebelumnya tidak pernah terjadi, sampai akhirnya Ansel pamit pulang.
"Aku akan mengantarmu sampai gerbang."
Sebenarnya ini hanya alasan saja karena aku masih ingin bersamanya lebih lama.
Ans : "Terimakasih, aku harap kamu memikirkan apa yang kita bicarakan tadi. Tolong jangan jadikan pertemuan ini adalah akhir bagi kita."
Sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca, berat sekali untuk menolaknya.
Dengan keberanian yang hampir gila, aku nekat mencintai lautan dan terjun ke dalamnya, meskipun aku sadar bahwa aku tidak bisa berenang. Tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya karena tindakan yang tidak bermoral ini.
Aku sungguh merasa bahwa aku hanyalah tidak lebih dari sebuah sampah.
Aku memeluk pinggang Ansel dari belakang dengan satu tangan yang melingkar di perutnya, dan di dada tangan yang satunya, saat setelah Ansel berbalik untuk menghampiri motornya.
Rys : "Aku kalah, aku milikmu."
Pinggangnya yang ramping dan hangat, aku merasakan kelembutan kain bajunya yang lembut dan wanginya yang manis seperti jeruk. Semua sensasi itu begitu nyata. Kemudian, Ansel berbalik, memelukku dengan erat, dan sekarang posisiku dengan kepalaku bersandar di dadanya.
Aku.. tenggelam ke dalam lautan ini.***
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHONEST
RomanceKisah tentang seorang lelaki manis yang pernah aku kenal, ku titip tentangnya di sini. Terlalu sayang untuk dilupakan kutulis semua agar setidaknya cerita kami tidak akan pernah menghilang walaupun di saat atau setelah kami berpisah.