Frustrasi melanda hatiku saat melihat panci susu mendidih. Alih-alih duduk bersamanya di ruang tengah, aku justru sibuk merebus empat liter susu sendirian di dapur, Ansel tanpa sadar menambahkan beban kerjaku. Aku tak habis pikir, mengapa dia tidak membeli yang lebih praktis dengan hanya membeli susu kotak.
Setelah selesai urusanku dengan susu di dapur, tentu saja aku menyerangnya dengan pertanyaan.
Rys : "Kenapa tidak membeli susu kotak saja?, lagipula 4 liter itu tidak serius. Tapi aku tetap berterimakasih jarang sekali aku minum susu sapi yang baru MELAHIRKAN."
Ans : "Tidak kepikiran, sama-sama hehe. Anggap saja bayaran karena kamu mau membantuku."
Sepertinya dia tidak tahu apa itu sarkasme, polos sekali.
Sementara kami berbincang dan merinci CV-nya, ketertarikanku pada biodatanya memuncak, dikarenakan gengsiku yang tinggi, aku tidak pernah bertanya tentangnya. Melalui susunan CV yang cermat ini, sepertinya aku mendapatkan kesempatan untuk lebih mengenalnya tanpa harus mengutarakan pertanyaan langsung. Akan ku ingat beberapa bagian seperti ini.
Nama :
ANSEL OCHTAVIANOTempat, Tanggal Lahir :
Bandung, 28 Oktober 2002Pernah bekerja sebagai crew store di sebuah cafe keluarga nya.
Meskipun memakan waktu sekitar 4 jam, segalanya berjalan lancar dengan data lengkap yang Ansel bawa. Pada akhirnya, satu-satunya data diri yang tersisa hanyalah memasukkan foto. Namun Ansel meminta untuk kita istirahat terlebih dahulu, dan meminum susu hangat.
Kami menghabiskan waktu bersama mengobrol dan tertawa seperti pasangan kekasih pada umumnya, walaupun hubungan kami tidak seperti itu.
Semua ini membuat hatiku berdebar, terutama saat aku bercerita tentang hal-hal konyol, dan dia dengan penuh perhatian mendengarkan, kadang tertawa terbahak-bahak sambil erat memegang tanganku.
Baru kusadari, melihat tangannya dari jarak dekat saat ia memegang tanganku, tangannya begitu kekar dengan urat-urat yang seakan-akan ingin keluar dari kulitnya. Kesannya sangat maskulin, membuat pikiranku melayang-layang ke berbagai arah, astaga.
Dengan tiba-tiba, Ansel membimbing tanganku ke pipinya, dan telapak tanganku menyentuh kulit pipinya yang kemerahan. Sambil tersenyum, dia berkata,
"Tanganmu sungguh lembut, aku suka."
Dengan segera aku menarik tanganku, karena jika tidak, aku akan kehilangan kendali dan menyentuh bibirnya yang pink itu dengan jari jempolku sendiri.
"Bagaimana jika kita nonton video seru sambil istirahat."
Pintaku sebagai pengubah topik. Ansel mengangguk dan kami menonton bersama menggunakan ponselnya.Ansel yang duduk tepat di sebelahku, aroma parfumnya terus menyelusup, membangkitkan keinginan untuk memeluknya. Namun, sadar bahwa hal itu tak boleh terjadi, aku hanya bisa menyandarkan kepala pada bahunya. Entah mengapa, lehernya mengeluarkan aroma manis seperti wangi jeruk yang membuatku semakin merasa nyaman di dekatnya.
Aku menghempaskan semua pikiran larangan-larangan yang seharusnya aku turuti, yaitu jangan terlalu dekat dengannya, karena mau bagaimana pun aku tidak bisa menerima Ansel. Tapi untuk saat ini saja biarkanlah aku mengikuti kata hatiku.
Hatiku bertekad menyukai lautan meski aku tahu bahwa aku tidak bisa berenang.
Tanpa di duga Ansel yang menyadari senderanku, tangannya tiba-tiba menggenggam tanganku dan mengecupnya sambil menatap langsung ke arahku. Dalam momen itu, aku merasakan sekilas kelembutan bibirnya.
Jika sebelumnya aku ingin berteriak di atas bukit dan di tangah bulan purnama, saat ini aku ingin berteriak di pertigaan jalan, tidak, maksudku di perempatan jalan saat lampu merah, "WOOOIII ADA PRIA TAMPAN MENCIUMKUUU".
Sialnya aku menutupi salah tingkahku dengan batuk palsu kemudian Ansel yang panik memberiku susu untuk kuminum supaya batuk ku mereda. Alih-alih batuk mereda yang ada aku tersedak lalu batuk sungguhan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DISHONEST
RomanceKisah tentang seorang lelaki manis yang pernah aku kenal, ku titip tentangnya di sini. Terlalu sayang untuk dilupakan kutulis semua agar setidaknya cerita kami tidak akan pernah menghilang walaupun di saat atau setelah kami berpisah.