Jangan lupa vote"""""
Hari menjelang malam
Matahari menghilang entah kemana,
Digantikan oleh sinarnya rembulan.
Waktu yg sangat pas untuk menikmati udara malam yang sangat dingin, tapi sangat menyejukkan hati.Dan, itu yang dirasakan oleh gadis bermanik mata sebiru langit, menikmati indahnya malam, dengan secangkir cokelat hangat, sangat nikmat.
Ia sangat menyukai ketenangan ini, sudah lama ia tak merasa setenang ini setelah keajaiban menghampirinya.
"Tenangnya dunia" Gumam gadis itu menyeruput coklat hangatnya.
"KAK NASYA! " Huh, hilang sudah ketenangan nya, pemuda mengenakan pakaian santai berjalan menuju balkon, dimana sang kakak berada.
"KAK NASYA! "
Nasya memandang human yg dengan lancang masuk Kekamarnya tanpa ijin itu sengit "Kenapa sih tong, ngk usah teriak teriak, gue ngk budek"
"Hehe, kak dibawah ada bang Aron"
"WHAT!! "
"Ngk usah teriak teriak kak, gue ngk budek" Ujar Aksel menutup kedua telinganya
Nasya memandang adiknya semakin sinis "Kalimat gue itu" Protes nya
"Biarin, terserah gue" Ujar Aksel sebelum berjalan menuju pintu keluar
"Eh, ikut" Nasya membawa gelasnya dan tak lupa menutup jendela balkon, soal tirai nanti aja.
"Aksel tunggu napa" Nasya berlari berusaha men-sejajarkan langkah kaki Aksel, si Aksel baru SMP aja udah panjang amat tu kaki, gimana kalau udah SMA.
"Lagian lo lama amat kak"
"Biarin, terserah gue"ujar Nasya santai, sesekali menyeruput coklat nya, masih sedikit, nanggung kalau ngk dihabiskan.
Sampai dilantai bawah, dapat Nasya lihat orang tua nya mengobrol dengan seorang pemuda.
Ia pun menyerahkan gelasnya pada sang Adik, dan langsung mendapatkan tatapan bertanya-tanya, tapi ia abaikan.Ia pun langsung melangkah menuju ruang keluarga.
" Itu, Asya udah turun, bunda sama ayah masuk dulu ya"ujar Rina menarik tangan sang suami, Nico pun dengan pasrah mengikuti sang istri.
Tepat didepan sang putri,Rina pun berhenti sejenak"Sana, Aron nunggu kamu" Nasya pun menganguk anguk kan kepala.
"Ada apa?kenapa kesini malem malem? "
Tanya Nasya setelah duduk dihadapan Aron.Aron menyerahkan satu plastik yg didalam nya terdapat barang yg tak diketahui ke depan Nasya "ini martabak manis buat lo"
"Lo sehat kan Ron? "
"Sehat, kenapa? "
"Engga, gue aneh aja sama sifat lo ini"ujar Nasya memandang Aron ngeri
" Mau keluar? "
"Kemana, kalau ngk penting ngk usah" Ujar Nasya membuka bungkus martabak dan melahapnya
"Jalan jalan"
"Males, gue mau sama ayang gue aja"
Aron memandang Nasya tajam, siapa pacar Nasya heh, enak aja "siapa? "
Nasya memandang Aron bingung "maksudnya? please deh kalau ngomong itu yang jelas, udah tau tunangan nya rada budeg pendengaran nya"
" Siapa pacar? "Ujar Aron dengan suara rendah
"Owh pacar paham paham" Ujar Nasya menganggukkan kepala
"Kasur, pacar gue itu kasur, dia nyaman, tenang, bikin ngantuk"
"Owh"
"Lo cemburu ya? " Tebak Nasya menunjuk Aron
"Ngk"
"Masa? "Ujar Nasya dengan senyum tengilnya
" Hm"
"Yodah, sana cabut, gue mau tidur, ini juga udh malem" Usir Nasya dengan menghempas hempaskan tangannya seolah-olah mengusir
"Hm, besok gue jemput"
"Ngk, gue mau berangkat sendiri"
"Ngk Terima penolakan" Aron bangkit berdiri, lalu melangkah keluar
"NGGAK BISA GITU DONG, ITU NAMANYA PEMAKSAAN" Teriak Nasya mengeleggar hingga keluar rumah, takut Aron tak mendengar
"Ck, tunangan si Nasya pemaksa banget, gue kan ngk suka " Setelah mengatakan itu, Nasya pun beranjak ke kamarnya
Jum'at, 26 Januari 2024