Happy reading___
"Gue disini udah buat banyak perubahan,
Dan hubungan gue dan Aron membaik,
Apa kematian gue menjauh?
Dewan dan Amera juga tunangan,dinovel ngk pernah ditulis.apalagi Amera keliatan ngk peduli sama kedekatan Dewan sama babunya, au ah puyeng aing."Nasya sibuk dengan pikirannya, mengabaikan sekeliling, walaupun memang ia sedang sendiri."Kenapa? Muka lo kek banyak utangan" Ucap Aron duduk disebelah Nasya, mereka sekarang berada di kamar Nasya.
"Kok lo disini? Siapa yang ngijinin? " Nasya memandang Aron terkejut
"Kenapa? Ini juga kamar tunangan sendiri" Ujar Aron santai
"Lo tau privasi ngk, privasi" Ujar Nasya greget
"Terus? "
Bugh plak bugh
"Na, sakit, lo suka banget mukul gue ya" Ujar Aron menahan tangan Nasya yg ingin kembali memberi pukulannya.
"Lagian lo, au ah, males gue" Nasya melangkah ke arah balkon tapi tak keluar, paham ngk sih, jadi kek kehalang kaca.
"Kenapa? Mau cerita? " Tanya Aron memeluk Nasya dari belakang
"Awasss, gue anti skinsip skinsip " Ujar Nasya mencoba melepaskan lengan Aron dari pinggangnya.
"Sebentar aja Na, gue kangen"
Plak
Nasya memukul lengan Aron pelan
"Kangen mata mu, tiap hari ketemu juga, masih aja sok sokan kangen" Omel Nasya
"Kan beda yang" Ucap Aron dengan tersenyum
"Yang? " Beo Nasya
"Apa sayang? "
Plak
"Ck, anjg lo" Dengus Nasya
"Kamu kan manggil aku"
"Gue ngk manggil" Sewotnya
"Tadi kamu manggil aku sayang" Ucap Aron kembali Menelusupkan wajahnya pada ceruk leher Nasya.
"Serah lo, dan stop panggil sayang sayang, geli gue" Nasya kembali fokus pada pemandangan didepan, mong omong korden balkon kamar nasya udah dibuka.
"Na? " Panggil Aron menatap manik biru nasya dari samping
"Hm, apaan? " Tanya nasya sewot
"Gue suka lo yang sekarang" Ucapan tiba tiba dari Aron berhasil membuat Nasya tegang
"K-kenapa? " Aron yg mendengar nada sang kekasih pun heran, perasaan tadi kek lagi pms, marah mulu.
"Karena, lo mau Terima gue, mau nganggep gue ada, lo buat hari hari gue ngk sehitam dulu"
"Maksud lo? Ngk sehitam dulu, berarti sekarang hitam nya agak pudar? Hidup lo pewarna ya? " Ujar Nasya senatural mungkin, ia sedang mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Hidup gue sekarang ngk ngebosenin, karena lo selalu ada sama gue Na, thank you babe" Ucap Aron tulus
"Hah apa? Babi, anjer banget lo" Ucap Nasya memukul lengan yg memeluk pinggangnya
"Babe sayang, bukan babi, jauh banget itu" Ucap Aron letih
"Heleh, orang gue dengar nya babi, ngk usah ngibul lo"
"Terserah lo aja, segembira lo" Ucap Aron mengalah
"Eh iya, kalau lo bermalam disini, seragam sekolah lo gimana? "
"Besok pagi diantar sama pak Budi"
"Pak Budi? "
"Pekerja dirumah gue"
"Owh, bilang dong, suka gantung sih lo" Sudahlah ngk akan bisa menang dia melawan gadis dipelukannya, untung sayang.
"Terus lo tidur dimana? "
"Dikamar lo" Jawab Aron asal
Plak
"Mau gue lempar lo dari sini kebawah, hah" Ucap Nasya diakhiri dengan nada ngegas
"Jangan, nanti tunangan lo ini luka"
"Biarin, sekalian aja masuk rumah sakit" Ucap Nasya acuh
"Jahat" Nasya melirik Aron yg sedang memajukan bibir nya, sepertinya sedang ngambek.
"Emang gue jahat, buat bertahan hidup"
"Lo pikir apaan anjirr, bertahan hidup" Ucap Aron semakin memeluk Nasya erat
"Bajingan, jangan lo peluk kencang kencang, kasian anak anak gue"
"Anak anak? " Beo Aron
"Hm, nanti kalau keluar lagi mubazir, apa lagi tadi ada anak yg sulit untuk diminta, mana harus buat anak orang nangis lagi" Oke, Aron paham apa yg dimaksud anak oleh Nasya.
***