Ayah
---
"Non Aya? Astaga! Maaf non, saya telat jemput, non."Pak Wirya berjalan mendekati tayana dengan tongkat milik tayana ditangan nya.
"Tadi saya engga sengaja liat tongkat non Aya, waktu lewat kamar non." Pak Wirya menyerahkan tongkat itu kepada tayana.
Tayana mengangguk. "Terimakasih, pak."
Pak Wirya terlihat khawatir dan merasa bersalah karena sudah telat menjemput tayana. Bahkan sebentar lagi akan masuk waktu magrib. "Maaf non tadi saya telat jemput non, gegara tamunya belum lama pulang." Ucapnya memberikan alibi. "Non Aya, kok bisa pulang?"
"Tayana tadi diantar sama orang pak, untungnya dia tahu alamat rumah keluarga ini pak." Jawab tayana sambil melangkah menggerakkan tongkat nya.
Bukan nya tidak sopan, tapi tayana merasa lelah jadi ia memutuskan untuk kembali kekamarnya.
Sedangkan pak Wirya dibelakang sana, menatap tayana dengan penuh arti. "Siapa orang itu?" Tanya nya kepada dirinya sendiri.
🌟🌟🌟
Malam ini tayana berdiri di ruang kerja ayah nya. Setelah beberapa menit yang lalu Marni mengatakan bahwa tuan rumah memanggil nya.
Jantung nya berdebar kencang, keringat membasahi dahi nya. Bahkan ayah nya belum mengatakan apapun, tapi ia sudah merasa ketakutan.
"Kamu tahu, apa salah kamu?" Angga menatap dengan tajam kearah tayana.
Tayana menggeleng. Ia tidak tahu apa kesalahannya, atau karena kejadian pagi tadi?
"Berpura-pura tidak tahu, heh?" Seloroh angga. "Kamu pikir saya tidak tahu, apa yang kamu lakukan tadi pagi?" Sentak nya. Angga berjalan mendekati tayana yang sedang ketakutan. Melihat tubuh tayana yang bergetar ketakutan membuat Angga tertawa beberapa saat.
"Tayana, ... Tayana, ... KAMI PIKIR SAYA BODOH HAH?" Bentak nya tepat diwajah tayana membuat tayana menutup matanya.
"Kamu sudah membuat malu istri saya dihadapan keluarga saya, dan kamu merasa tidak tahu apa-apa? Kamu pikir kamu siapa bisa membodohi saya!?"
"A-ayah-" kepala tayana tersentak kebelakang ketika rambut nya dengan kasar di jambak dengan kuat oleh Angga.
"Apa? Kamu mau bicara bahwa itu bukan salah kamu, hah?" Angga semakin mengeratkan tangan nya hingga tayana bisa merasakan bahwa rambutnya rontok.
Tayana terisak. "Tapi itu bukan salah aku, yah." Kilah tayana. Ia tidak akan membenarkan perbuatan orang lain.
"Cih!" Angga berdecih pria itu mendorong kasar tubuh tayana kelantai.
Tangan tayana bergetar ia merangkak mundur, ia takut.
"Kamu tahu saya benci orang bohong!" Angga mengambil cambuk yang sudah disiapkan diatas meja nya.
Ctar!
Tanpa belas kasian, angga mencambuk punggung tayana dengan penuh tenaga membuat tayana memekik kesakitan.
"Sa-kit, a-yah-" lirihnya yang malah membuat angga semakin tersulut emosi.
"Kamu pikir saya, peduli?"
Ctar!
"Akh ..."
"Saya tidak peduli, Tayana. Saya tidak peduli dengan orang cacat, buta, ...."
Ctar!
"Pembawa sial, dan selalu membuat malu seperti mu." Hardik nya dengan mencambuki tubuh ringkih anak bungsunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAYANA [HIATUS]
Teen Fiction"Sesakit itu, ya?" *** Tayana Osha Dhara Seorang anak yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang keluarga nya. Terlahir dengan fisik yang tidak sempurna membuat keluarga nya yang ambisiuso merasa terhina. Tapi terlahir sebagai tunanetra bukan lah pi...