Langganan BK
---Pagi menyapa menggantikan dingin nya malam.
Tayana sudah rapih sejak lima belas menit yang lalu, dirinya pagi ini akan bertemu khandra sesuai ucapan pemuda itu kemarin."Gue besok mau kerumah lo, sebelum ke sekolah."
Tayana diam untuk mendengarkan kalimat Khandra
Melihat keterdiaman tayana, khandra kembali membuka suara. "Besok pagi, tunggu gue di bawah pohon mangga belakang rumah lo."
"Non?"
Tayana tersentak kaget. "Paman? Ada apa sehingga paman kemari?"
Wirya menggelengkan kepalanya. "Bukan kah kemarin nona bilang, ingin pergi? Jadi saya kemari untuk mengantarkan nona." Jelas wirya
Tayana menepuk keningnya, bagaimana bisa ia melupakan hal itu. "Maaf, tayana hanya ingin minta tolong pada paman. Tolong antarkan tayana ke pohon mangga yang ada di belakang rumah." Pintanya membuat Wirya mengeryit heran.
"Untuk apa nona? Lagi pula bagaimana bisa anda tahu bahwa dirumah ini ada pohon mangga? Maaf, bukan kah anda buta?" Pak wirya bertanya dengan hati-hati diakhir kalimat nya.
Tayana gelagapan mendengar pertanyaan itu, tidak tahu harus menjawab apa. "A-aku—, ah iya! Aku mendengar perbincangan mba ayu dan mba mirna tadi, jadi aku tahu bahwa ada pohon mangga disana." Tayana bersumpah tidak ada niatan untuk membohongi Wirya, tapi dia terlalu malu untuk mengatakan alasan yang sebenarnya.
Wirya menatap aneh kearah tayana sebelum mengangguk, "baik ayo saya tuntut."
"Terimakasih, paman."
🌟🌟🌟
Sejak tiga puluh menit yang lalu, tayana menunggu kehadiran khandra di tempat yang dikatakan pemuda itu kemarin. Dengan bantuan wirya yang sekarang entah dimana pria tua itu.
Tayana menghela nafas bosan dan jenuh. Ia sudah menunggu lama khandra, namun tidak ada tanda-tanda pemuda itu. Mungkin kah pemuda itu melupakan ucapan nya? Ah laki-laki memang tidak bisa di pegang omongannya.
Tayana terus berpikiran negatif tentang khandra, dan menjadi kesal sendiri. "Dasar! Aku tidak akan memaafkan nya." Ucap nya kesal.
"Lo lagi ada masalah?"
"Astaga!" Tayana memekik kaget ketika mendengar suara khandra yang jelas ada dihadapannya.
Khandra menyegir melihat tayana yang kaget, dia mengusap lehernya pelan. "Sorry! Gue engga bermaksud buat kagetin lo." Khandra mulai mengambil tempat duduk disebelah tayana.
"Sorry juga kalau gue telat,"
"Ah engga apa! Aku juga belum lama kok kesini." Tayana merutuki ucapannya tersebut, padahal sudah tiga puluh menit ia menunggu khandra dan kesal kepada nya. Namun, setelah kehadiran khandra kekesalannya telah pergi menghilang.
Khandra mengeluarkan Tupperware dari dalam tas sekolah nya. "Gue bawa sandwich buat lo." Khandra menyodorkan Tupperware nya kepada tayana.
"Eh?"
"Buka mulut, lo."
Tayana yang refleks, langsung membuka mulutnya untuk menerima suapan Khandra yang mampu membuat hati nya berdebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
TAYANA [HIATUS]
Teen Fiction"Sesakit itu, ya?" *** Tayana Osha Dhara Seorang anak yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang keluarga nya. Terlahir dengan fisik yang tidak sempurna membuat keluarga nya yang ambisiuso merasa terhina. Tapi terlahir sebagai tunanetra bukan lah pi...