Taman.
---Tayana pergi. Tapi ia tidak pergi kabur dari rumah, ia hanya pergi sebentar ke taman komplek untuk menenangkan pikiran nya. Setelah mendapatkan fitnah, kekerasan, pengusiran dari ibu nya tayana memutuskan untuk pergi keluar rumah dibantu oleh pak wirya.
Kini ia duduk seorang diri ditaman, hari ini bukan lah hari libur. Taman nampak sepi, tayana bisa merasakan lewat indra pendengarannya.
"Dimana tongkat, aku?" Tayana bergerak gelisah, tangan nya meraba-raba kursi taman yang ia duduki. "Tongkat ku ... Astaga!" Jerit Tayana.
"Tongkat ku, ketinggalan." Tayana terlihat gelisah, ia tidak tahu bagaimana caranya kembali kerumah. Pak Wirya sudah kembali ke rumah, lalu tongkat nya tertinggal, dan ia juga tidak tahu arah mana rumah nya. Juga pak Wirya berjanji akan datang menjemput nya ketika acara dirumah sudah selesai. Apakah ia harus menandai bahwa hari ini adalah hari kesialan yang kesekian kali.
"Gimana cara nya pulang? Aku, engga kenal orang yang ada disini." Tayana beranjak dan berjalan pelan tangan nya berusaha menggapai apapun yang bisa ia pegang. Entah itu pohon, sebuah tiang, tembok dan apapun itu.
Bruk
"Shit!" Umpat pemuda yang baru saja di tabrak oleh tayana.
"Astaga..." Tayana terkejut. "M-maaf-" ucapnya terbata-bata.
Pemuda itu, menatap tajam tayana wajah nya nampak emosi. Dia membungkuk mengambil headphone nya yang jatuh ketanah karena ulah tayana.
"Lo kalau jalan itu pakai mata." Semprot pemuda itu kesal. "Gara-gara lo, hp gue jadi retak. Tau engga, lo?"
Tayana menundukkan kepalanya. Ia tidak tahu harus merespon orang dihadapan nya dengan apa. Ia juga merutuki kecerobohan nya yang malah membuat rugi dirinya, dan orang dihadapannya.
"Gue emang kaya, tapi gue mau lo ganti rugi soal hp gue!" Pemuda itu menyilangkan tangan nya di depan dada, "gara-gara lo, hp gue retak terus engga bisa hidup." Pemuda itu terlihat ngotot untuk meminta ganti rugi kepada tayana.
"T-tapi- kan, a-aku sudah minta maaf."
Pemuda itu menatap sinis kearah tayana. "Lo pikir dengan minta maaf, itu bakal buat hp gue engga rusak? Gue bodoamat! Yang gue butuhin ganti rugi, bukan ucapan minta maaf, lo." Sungut nya.
Tayana menunduk, pikiran nya sedang berperang sekarang ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia tidak tahu harus mengganti headphone pemuda itu, ia bahkan tidak punya uang sepeser pun.
"Lo bisu?" Sentak pemuda itu membuat tayana ketakutan. "Gue minta ganti rugi sekarang!" Seloroh nya.
"Tapi, aku engga punya uang." cicit tayana, kedua matanya sudah berkaca-kaca.
"Sial!" Umpat pemuda itu, "terus lo mau ganti rugi gimana? Uang engga punya. Miskin amat jadi orang." Hinanya.
Tayana mengusap kedua matanya. "A-aku-, janji bakal ganti rugi, tapi engga sekarang." Ucapnya.
"Udah engga perlu, yang ada nunggu gue mati baru lo bayar." Tolak pemuda itu.
"T-tapi.... " Tayana merasa tak enak hati. Dia sudah membuat headphone pemuda itu rusak, ia memang tidak mempunyai uang. Ia akan berusaha untuk menjual beberapa barang miliknya, yang mungkin bisa mengganti headphone pemuda itu. Tapi, kenapa pemuda itu menolak niat baik nya itu?
Tayana tersadar dari perang pikiran nya itu ketika indra pendengarannya mendengar langkah kaki yang menjauh. "Kamu mau kemana?" Tanya nya.
"Bukan urusan, lo." Ketus pemuda itu yang kembali melangkah menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAYANA [HIATUS]
Roman pour Adolescents"Sesakit itu, ya?" *** Tayana Osha Dhara Seorang anak yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang keluarga nya. Terlahir dengan fisik yang tidak sempurna membuat keluarga nya yang ambisiuso merasa terhina. Tapi terlahir sebagai tunanetra bukan lah pi...