Bertemu Kembali
---Sudah tiga jam lamanya tayana berjemur dibawah terik nya sinar matahari, ia tidak beranjak sedikit pun dari tempat awal nya. Sedangkan ayu lebih memilih untuk pergi ke kamar daripada mengawasi tayana.
"Panas banget." Keluh tayana sambil mengusap dahi nya yang sudah banyak mengeluarkan keringat.
Cuaca memang sedang terik, tidak ada hujan selama tujuh hari. Dan kesialan bagi tayana karena ia harus dihukum tanpa melakukan kesalahan.
"Ngapain lo jemur diri kek gitu? Mau cosplay jadi ikan asin?" Seru pemuda itu, "nih gue kasih payung buat, lo." Lanjut nya yang menarik tangan tayana untuk menggenggam payung milik nya.
"Khandra?" Panggil nya ketika merasa tak asing dengan suara dan aroma tubuh pemuda itu.
Khandra, pemuda itu hanya berdeham singkat untuk mengiyakan panggilan tayana.
Senyuman tayana merekah, ini sudah dua kali ia bertemu dengan khandra. Dan sudah dua kali pemuda itu menolong nya. Bagi tayana khandra adalah sosok pahlawan setelah pak Wirya.
Khandra bergidik ngeri melihat tayana yang tersenyum seperti orang gila. "Ngapain lo senyum gitu? Geli gue liat nya." Tegurnya sambil di selingi oleh gurauan.
Tayana menggeleng. "Engga ada, aku cuman bahagia bisa ketemu kamu lagi." Jawabnya
Khandra hanya mengangguk untuk merespon, walaupun dia tahu bahwa gadis dihadapannya tidak akan bisa melihat respon nya. Mengalihkan pandanganya, Khandra berjalan menuju pohon mangga yang ada di dekat tayana.
Kedua nya terdiam, tidak ada tahu harus membuka obrolan seperti apalagi, keduanya mati topik.
"Khandra, kamu masih disini kan?" Tanya tayana, yang tanpa ia ketahui bahwa sedari tadi khandra ada dihadapannya dan sedang memperhatikan nya walaupun terhalang jarak.
"Ya." Jawab Khandra singkat. "Ngapa? Lo risih gue ada disini?" Tanya nya menuduh.
Dengan cepat tayana menggelengkan kepalanya. "Engga kok. Aku cuman mau tanya, kamu kok bisa ada disini?" Tanya gadis itu dengan heran.
"Gue orang nya bebas, jadi gue bebas mau kemanapun. Termasuk buat ada disini." Jawabnya yang malah membuat tayana merasa bingung, oke perlu diingat kan tayana bulan lah gadis yang pintar, ia hanya gadis buta yang tak pernah sekolah. Jadi kata-kata itu membuat tayana pusing tidak paham.
Khandra memijat keningnya, ketika melihat respon tayana. raut wajah yang bingung dengan tatapan mata yang kosong membuat pemuda itu meringis. "Rumah gue, sebelah rumah lo." Ucapnya singkat namun mudah dipahami.
"Gitu ya? Pantes aja kamu tahu alamat rumah ku, juga bisa kesini. Ternyata kamu tetangga aku, tapi kok kamu bisa masuk kerumah ini? Setahu ku didepan sana, kata pak wirya ada bodyguard yang berjaga." Tayana terus bertanya supaya ia lebih leluasa untuk mengobrol pada pemuda dihadapannya.
Khandra mendelik sebal, gadis dihadapannya itu banyak tanya sekali. Seperti salah satu tokoh kartun yang disenangi adik perempuannya. "Ya gitu, udahlah engga usah banyak tanya, lo." Ucapnya dengan ketus. "Gue mau balik, besok gue kesini lagi." Khandra menepuk-nepuk pantatnya yang kotor.
Tayana menatap melas ke arah khandra. "Cepet banget, padahal kamu baru dateng." Ucapnya seakan protes tak senang jika khandra pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAYANA [HIATUS]
Teen Fiction"Sesakit itu, ya?" *** Tayana Osha Dhara Seorang anak yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang keluarga nya. Terlahir dengan fisik yang tidak sempurna membuat keluarga nya yang ambisiuso merasa terhina. Tapi terlahir sebagai tunanetra bukan lah pi...