Aku tidak tau apa yang kupikirkan saat itu. Rasanya, semua emosi meluap dalam diriku. Bahkan aku tak dapat melihat dengan jelas lagi. Pandanganku buram, aura dingin menusuk hingga ke tulang. Seolah berada di sebuah tempat antah berantah yang gelap nan sunyi. Suaraku tak lagi terdengar bahkan oleh telingaku sendiri.
"Dean bisa kok. Dean 'kan kuat? ... "
***
Sial, mimpi itu lagi, bersama kalimat terakhirnya yang masih menjadi misteri.
Terdengar jelas suara hujan yang lebat di luar sana. Kalau begini, bagaimana bisa aku ke rumah utama? Tapi kalau terlambat maka habislah aku.
Masa bodo, aku sudah terlatih untuk tahan banting di segala kondisi. Pekerjaanku yang utama, jika sampai terganggu maka aku tak lagi memiliki hak untuk hidup. Begitulah kata mereka.
Kulirik jam dinding, masih sempat untuk bebenah diri. Aku pergi menuju ruangan kecil yang di dalamnya terdapat toilet jongkok yang kumuh namun bersih. Ada pula rak kecil reot yang kugunakan untuk menaruh sikat gigi usang dan peralatan mandi seadanya.
Segera aku sikat gigi dan menyeka tubuhku sedikit-sedikit, kemudian berganti baju dan mengambil plastik untuk kugunakan sebagai pelindung kepalaku dari air hujan.
Tiba di kediaman utama, kegaduhan sudah menyambut. Supir ayah yang sudah tidak lagi muda itu berlarian ke sana ke mari.
"Pak Gio, ada apa?" tanyaku setelah berhasil menghentikannya.
Dengan wajah panik ditambah kelelahan, pria paruh baya itu menyahutku, "Den Bian kumat, sampai muntah-muntah."
***
Prolog END
Karena ga bakat buat romance, akhirnya kembali ke tema andalan author, BROTHERSHIP🙏🏼
Degem nya dibuat selingan aja yaa, udah banyak juga chapternya😀
23 Januari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
DEANNO [Hiatus]
Teen FictionIa tak dibiarkan melihat cahaya harapan barang sedetik pun. Ia hidup dalam kegelapan yang seakan tak berujung. Bukan dia yang memilih takdir, tapi takdir yang memilihnya. [BROTHERHOOD! NOT BL]