Menaiki anak tangga menuju kelas masing-masing, Diana dan Delvin berjalan beriringan sesekali ada canda gurau di antara mereka. Delvin terkekeh riang begitupun Diana, ternyata mereka saling mengingat masa-masa konyol keduanya.
"Diana!" panggil Fara membuyarkan obrolan seru mereka.
Fara berlari ringan menghampiri Diana. "Tugas kimiamu udah selesai, 'kan?"
"Ya, udah selesai. Kenapa?" Diana menautkan kedua alisnya.
Fara merengek histeris. Ia memperlihatkan buku-buku yang ada di dalam ranselnya. Cukup banyak, sayangnya raut kegelisahan tergambar jelas di wajah cantik Fara.
"Aku lupa enggak bawa buku tugas kimia, padahal udah aku kerjain. Boleh enggak, aku pinjam punyamu nanti. Bakal kukebut deh, biar cepet."
Helaan napas Delvin mengantarnya untuk beranjak pamit dari kegaduhan kedua gadis di depannya itu. "Hadeh, Fara ... Fara ... aku pamit dulu, deh. Udah mau bel masuk soalnya."
"Iya, iya. Nanti aku pinjamin. Tapi, jangan jadi kebiasaan kalo lupa, oke?" anjur Diana tegas.
Fara mengangguk histeris. "Iya, iya, aku janji!" Ia pun mengacungkan salah satu tangannya setinggi bahu.
"Ayo ke kelas, keburu Bu Jasmine, guru Bahasa Inggris udah masuk kelas." Diana menarik cepat lengan Fara.
Selama jam pelajaran Bahasa Inggris, Fara terus mengebut menyalin pekerjaan Diana dengan hati-hati agar tidak diketahui Bu Jasmine. Untungnya, tidak ada siswa lain yang berusaha membiarkan Fara ketahuan. Mereka sudah sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Heuh, akhirnya selesai juga. Makasih, ya, Di. Enggak bakal aku ulangi lagi," cetusnya seraya memberikan buku itu pada Diana.
"Sama-sama, fokus lagi yuk ke pelajaran Bahasa Inggris." Diana dan Fara kembali mendengarkan tiap penjelasan dari Bu Jasmine. Bersamaan menyalin tulisan yang ada di papan tulis.
Sekian menit berlangsung, kisaran delapan menit, seseorang menginterupsi memanggil sang guru. Sepertinya ingin meminta izin sebentar.
"Bu Jasmine! Saya izin ke toilet sebentar, ya," izin Pasya dan diangguki guru berkaca mata hitam.
Jalannya sedikit sempoyongan. Pandangannya sayu dengan sedikit guratan kelelahan di wajahnya. Kelopak matanya berkerut dan sedikit gelap. Tampak sesuatu sedang terjadi pada tubuhnya.
"Sejak dia masuk, kok selalu pucat, ya? Curiga aku sama kondisinya. Jangan-jangan ...," terka Fara.
Diana menggeleng. "Fara, jangan aneh-aneh, deh. Mungkin aja memang dia lagi capek makanya keliatan pucat."
Fara membalas dengan tak gentar. "Masa tiap hari, sih?" balasnya dengan terus berbisik.
"Oke, kalo kamu penasaran gimana kalo kita cari tahu kebenarannya. Kita ikutin Pasya beberapa hari ini, mungkin dua minggu? Cukup?" usul Diana untuk menuntaskan kecurigaan Fara pada siswa baru tersebut.
"Oke, deal!" teriak Fara sedikit kencang.
"Fara? Diana? Kalian sedang membicarakan apa? Sampai ada kesepakatan begitu, hem?" kejut Bu Jasmine yang membuat kedua siswi itu terkesiap dan tersenyum kikuk.
"Oh, e ... maaf, Bu. Tadi, bukan apa-apa hehe," jawab Diana. Fara hanya mengangguk-angguk sambil melirik ke arah Diana yang berbicara.
•••
Harum bumbu nasi goreng semerbak mengitari hidung Fara dan Diana. Setiap kursi yang ada di kantin, sudah ada pemiliknya. Untungnya keduanya bisa mendapatkan kursi untuk bersantap dan bersantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoot Your Love
Teen FictionSekian lamanya Diana menjalani hidup yang begitu mulus, selalu melakukan apapun dengan sempurna dengan energinya yang positif. Akhirnya seorang mahasiswa jurusan pendidikan kimia yang sedang menjalani Praktik Kerja Lapangan (PKL) di sekolah Diana, b...