15|A Dating Mission

25 3 12
                                    

"Ini sepertinya obat herbal yang tujuannya untuk meredam rasa sakit pada tulang kaki akibat adanya kanker. Atau bisa sebagai obatnya untuk mengikis pelan-pelan kanker tersebut dibarengi dengan pengobatan lain, seperti kemo atau terapi."

Seketika itu juga, gelagat Fara berangsur meringsut. Ia menundukkan kepalanya, dilanjut menatap nanar wadah kecil berisi obat-obatan itu. Pikirannya sudah melayang-layang tak tentu arah.

"Oh, begitu, ya, Om. Apakah mungkin kanker tulang bisa sembuh?" tanya Fara begitu penasaran.

Adik dari ayah Fara, sang dokter tersebut. Pria itu menghela napas.  "Semua garis takdir seseorang sudah ada yang mengatur. Sejauh ini, banyak para penyintas kanker tulang yang berhasil melawan serangan."

Hanya anggukan lemah membersamai anggukan sang gadis manis. Radar keinginatahuannya seperti jawaban yang tepat. Tidak perlu bergilir ataupun mengantre, asalkan paham dan lekas membaik keingintahuannya.

"Fara, ini obat siapa memangnya?"

Sang dokter kembali bertanya. Apakah milik orang terdekatnya, atau seseorang yang lewat begitu saja dan ia tidak mengenalnyam

"Em, ada. Ada pokoknya, Om. Dia itu ... teman dekatku," kilahnya pada sang dokter.

Raut kekhawatiran tergambar jelas di wajah dokter. Fara beralih unjuk diri untuk pamit. Sebelum gadis itu pergi, ucapan dokter seperti mengisi dayanya.

"Fara, itu mungkin hal privasi yang sudah dijaga baik-baik oleh si pemiliknya. Jadi, Om harap kamu jangan gamblang berbicara ke dia, oke?"

Aroma khas rumah sakit menjalar semakin terasa di indera penciumannya. Fara berulangkali mencerna setiap kalimat yang baru saja ia dengar.

Fara pun mengangguk. "Iya, makasih atas penjelasannya, ya, Om. Fara pamit dulu."

Di sepanjang perjalanan menuju pulang, lamunan gadis berjaket denim itu membuatnya tak sadar seseorang menyenggol bahunya. "Aduh," keluhnya.

"Maaf, Dek. Ibu permisi mau keluar dari bus dulu."

Seketika lamunan Fara buyar. Ia beringsut dan memberikan ruang pada sang ibu tadi untuk bisa keluar. Pasalnya, ibu tersebut duduk di sisi pojok dan harus melewati Fara.

Kesadarannya pulih kembali. Fara pun memberikan jalan seraya menjawab, "silakan, Bu. Maaf tadi enggak fokus."

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Semenjak Fara mengetahui penyakit Pasya, gadis itu sudah tidak berani lagi mendekatinya. Ia tidak enak karena diam-diam tidak mengembalikan benda milik Pasya yang seharusnya ia kembalikan.

Diana pun menyadari hal tersebut. Namun, ia tidak ambil pusing. Mungkin memang Fara sudah menyerah dengan misinya dulu.

"Di, tugas sejarah kemarin kita kerjain bareng-bareng di rumah aku, ya. Sekalian main, haha," kelekar Fara selanjutnya.

Shoot Your Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang