21|Farewell

24 3 28
                                    

Andai setiap waktu mampu ditukar dengan uang, mungkin orang-orang akan gila dengan uang agar bisa mengulangi kejadian sebelumnya. Bukan hanya soal mengulangnya, akan tetapi keserakahannya untuk menyempurnakan apa yang seharusnya sudah terjadi. Meskipun dalam bentuk apapun hingga bisa saja tidak diterima.

"Ada apa Kak Dylan?"

Dylan masih menunduk dengan tangannya masih menggenggam pergelangan tangan gadis berparas menggemaskan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dylan masih menunduk dengan tangannya masih menggenggam pergelangan tangan gadis berparas menggemaskan itu. Diana terus menelisik wajah pria itu hingga kepalanya ia dongakkan. Mengintip ada apa sebenarnya.

"Apapun itu yang selama ini aku perbuat, tolong kalo bisa kamu lupain aja. Aku hanya mencoba mengingatkanmu siapa aku sebenarnya," ujar Dylan setelah wajahnya menghadap gadis di depannya.

"Justru gara-gara hal kecil kemarin, kamu malah mengingatku," sambungnya setelah mengingat kejadian memberi payung pada Diana tempo lalu.

"Em, enggak deh. Ngapain juga nyuruh-nyuruh ngilangin ingatan? Enggak segampang itu lah, Kak." Diana mengelak terus terang seraya mendongak percaya diri.

Dylan berdecak. "Ck! Terserah kamu aja, lah."

Seperti adegan familier yang pernah ia lihat di film-film. Sepasang tangan milik Dylan mencoba mengalungkan sesuatu ke leher mulus berkulit putih itu. Ada semacam aliran listrik yang mengalir di jantung Diana.

"Khem, i ... ini, buat salam perpisahan aja, sih. Sekaligus salam udah kembali mengingatku," terang Dylan berbarengan aksinya yang hampir selesai.

Kalung berliontin Bunga Daisy, serasi dengan wajah ceria si pemiliknya sekarang. Raut haru tidak terlihat di wajah Diana. Justru kebingungan jelas terlihat padanya.

"Serius?" tanya Diana dengan menyipitkan matanya heran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Serius?" tanya Diana dengan menyipitkan matanya heran.

Anggukan tanpa ucapan pun hanya yang diterima Diana. Ia lihat kembali kalung yang sudah melingkar di lehernya. Cantik dan menggemaskan.

"Jangan berlebihan gini, Kak. Lagipula kita bisa ketemu lagi di suatu tempat lain, mungkin." Diana mencoba melepas kalungnya.

"Oh, kita bisa tukeran nomor aja biar mudah komunikasinya," lanjut Diana usai melepas kalungnya. Namun, tidak sengaja ia memberi pintu lebar kepada Dylan semakin dekat padanya.

Shoot Your Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang