Di ruangan yang tampak sepi dari hingar bingar di luar sana, membuat dua orang pria yang duduk bersebelahan di sofa itu tampak canggung, sebelum pria yang lebih tua memecah keheningan.
"Apa yang ingin kamu dengar dariku Gibran?"
"Ayah" jawab Gibran melihat manik seseorang di sampingnya
"Oh tentu saja kau akan menanyakan soal ayahmu,"
"Mama" sambung Gibran yang di balas anggukan oleh david (pria itu), dia tau, tanpa Gibran bertanya pun, cerita ini sudah memiliki jalannya sendiri.
"Ayahmu adalah keponakan ku, anak pemilik tempat ini Gibran, dan ibumu, dia seorang yang polos dulu ketika ayahmu mengenalkannya kepada keluargaku, tapi sayang, nasib ibumu tak sebaik itu..
... karena ibumu seorang yatim piatu, tentu saja nenekkmu sangat membencinya, dia tidak mau merestui hubungan kedua orang tuamu, walau saat itu ayahmu sudah menikahi ibumu tanpa sepengetahuan nenekmu..
.. nenekmu akan melakukan berbagai cara untuk menyingkirkan ibumu, termasuk memfitnahnya, menjadikanku sebagai kambing hitam untuk membuat ayahmu salah paham kepada ibumu dan tak mengakui janin yang ada di kandungan ibumu adalah anaknya..
...asal kamu tau Gibran, seinci pun, aku tidak pernah menyentuh ibumu, siapapun, kecuali ayahmu, walaupun dia bekerja padaku, tapi dia tak pernah tersentuh oleh siapapun Gibran, dia hanya menemani, bukan melayani, dan janin yang berada di kandungannya, adalah kamu, dia melahirkanmu sendiri setelah di buang oleh ayahmu"
"Kamu adalah kesakitan bagi saya Gibran, kelahiranmu, adalah kesialan dalam hidupku"
ingatan ingatan itu terus muncul dalam kepala Gibran, tentang ibunya yang membencinya, tentang ibunya yang tidak pernah menganggapnya ada.
Nafas Gibran tiba tiba tersendat, dengan jantung yang berdetak sangat cepat membuat dadanya terasa nyeri, tangannya bergetar sambil meremas kepalanya yang begitu menyakitkan , kenyataan yang di terima Gibran begitu sakit untuk Gibran terima,
"Jangan sekarang ku mohon"
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
.
.
.
.Adara sedang menonton tv dengan camilan di pangkuannya, Dika kemudian menghampiri Adara yang asik dengan tontonan nya,
"Sayang"
"Ayah? Ayah baru pulang? Adara kok ngga denger suara mobilnya"
"Mana bisa denger, orang kamunya aja serius banget nonton nya" ujar Dika sambil mengusap rambut Adara
"Adara, ayah mau tanya, sebenarnya Gibran itu siapa?" Pertanyaan sang ayah membuat Adara mengangkat kedua alisnya.
"Temen Adara, atau mungkin orang yang Adara suka?" Jawaban adara membuat Dika memejamkan matanya
"Adara dengerin ayah, Adara boleh meminta apa saja, asal jangan Gibran"
"Maksud ayah" tanya Adara mengernyit kan dahinya tidak mengerti
Dika mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sesuatu kepada Adara, sebuah video Gibran yang memasuki club' malam yang tak sengaja dia lihat di perjalanan pulang tadi.
"Dia bukan anak baik baik Adara, jauhi dia boleh? Ayah tidak mau kamu terjerumus pergaulan seperti dia"
"Adara lebih tau siapa Gibran ayah, dan jangan larang Adara lagi, jika ayah mau Adara menuruti semua perintah ayah, jangan jauhkan Adara dengan Gibran, karena Gibran itu payung ketika ayah menjadi hujan badai, Gibran adalah coklat hangat ketika malam berubah menjadi sangat dingin" ujar Adara sambil beranjak dari duduknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (END)
Fanfictiontentang Gibran yang merelakan Adara untuk cinta pertamanya