Gibran di papah oleh Irsyad masuk ke rumah, setelah sebelumnya di bawa ke klinik terdekat.
"Ke rumah sakit aja yah gib," bujuk Irsyad yang mendapat gelengan dari Gibran.
"Gue ga suka rumah sakit syad, gw papa bneran, ga usah liat gue dengan pandangan kayak gitu,"
"Lo luka luka loh gib ini,"
"Cuma ke gores doang kok ini,"
"Itu pala belakang Lo kebentur aspal pasti tadi, Lo harus di periksa"
"Ya udah lah si, kan udah ke klinik tadi beli obat, sama perban perban ini kaki, lengan, ntar juga sembuh" ini yang irsyad benci dari Gibran, dia selalu abai dengan kondisi tubuhnya.
"Ya udah Lo istirahat aja dah, dasar batu" kesal Irsyad mengantar Gibran ke kamarnya.
.
.Pagi hari Irsyad bangun, mendapati Gibran yang tertidur di sebelahnya, namun yang membuat Irsyad heran, perban yang Gibran pakai sudah kotor dengan darah,
"Gib, bangun gib, duh anget lagi ni bocah batu"
Gibran melenguh mendengar ocehan Irsyad
"Napa syad?" Tanya Gibran sambil mengumpulkan nyawa.
"Lo demam, kita ke rumah sakit ya, itu darah Lo juga keluar banyak banget sih, gw gantiin perbannya dulu yah, "
"Ga usah, anterin gw pulang aja yuk,"
"Lo gila gib?, gw panggil Rasya aja yah, biar jemput Lo, Lo ga bakal kuat bonceng motor" ujar Irsyad
Se seenggaknya kalo Rasya tau, dia bakal bujuk Gibran untuk ke rumah sakit, Gibran ga bakalan berani bantah kalo Rasya yang udah turun tangan, batin Irsyad.
Irsyad memanggil Rasya setelah mengganti perban Gibran,
"Halo sya, Lo bisa ke rumah gw ngga jemput Gibran, ntar gw jelasin di sini ok?" Irsyad cepat cepat memutus panggilan sepihak
"Ini kenapa darahnya keluar terus sih" gumam Irsyad, luka Gibran di kaki sebelah kiri, lengan kiri dan siku sebelah kanan yang di perban terus mengeluarkan darah,
Sya, cepetan sya, gw takut, batin Irsyad
.
.Setelah menerima telefon dari Irsyad, Rasya bergegas mengambil kunci mobilnya ,
"Sayang mau kemana?" Tanya Maya pada sang putra yang terlihat terburu buru.
"Rasya mau jemput Gibran kerumah Irsyad Bun"
"Ooh, emang Gibran ga bawa motor?" Tanya Maya penasaran
"Itu yang Rasya ga tau Bun, tadi Irsyad telfon, terus suruh Rasya buat jemput Gibran,"
"Kenapa bukan gibran yang telfon?"
"Bun, jangan bikin Rasya jadi kepikiran terus ini" ujar Rasya gelisah
"Yaudah sana cepetan jemput, bunda tunggu kabar kamu yah"
"Iya Bun, Rasya berangkat, assalamualaikum"
"Iya Sayang, wa'alaikum salam"
"Ya Allah, tolong lindungi lah kedua putra hamba" maya memperhatikan mobil Rasya yang melaju pergi meninggalkan pekarangan rumah.
.
.Rasya memasuki rumah Irsyad dan menemukan irysad yang menunduk sambil meremas tangannya sendiri.
"Irsyad" panggil Rasya membuat Irsyad mendongakkan kepalanya dan bersyukur Rasya sudah datang.
"Ya Allah, Alhamdulillah Rasya, Gibran di kamar, cepetan ayo" seret Irsyad, Rasya merasakan tangan Irsyad sangat dingin.
Rasya memasuki kamar Irsyad, dan melihat pemandangan yang begitu menakutkan baginya,
"Astaghfirullah Gibran!!" Teriak rasanya melihat Gibran yang tak sadarkan diri dengan perban yang berlumuran darah,
"Lo hutang penjelasan sama gue syad" ujar Rasya dan segera mengangkat Gibran, tak perduli dengan bajunya yang basah terkena darah Gibran,
Rasya membawa Gibran keluar kamar dan memasuki mobil di ikuti irsyad
Gibran sedikit sadar ketika ia di masukkan ke dalam mobil oleh Rasya,
"Sya gw ikut" Irsyad pun masuk ke dalam dan memangku kepala Gibran.
Dan mobil pun melaju membelah jalanan.
"Sya.." panggil Gibran lirih, namun Rasya tidak menghiraukan, yang ada di pikirannya sekarang adalah cepat cepat sampai di rumah sakit.
"Hey gib gib, jangan tidur dulu yah, tetap bangun"
"Gw ngantuk syad"
"Lo mau denger cerita gak? Cerita lucu, "
"Syad dingin" balas Gibran lirih
"Gw peluk yaa," ujar Irsyad sambil berusaha menghangatkan tubuh Gibran, walaupun itu percuma, Gibran mencoba mempertahankan kesadarannya, namun kelopak matanya terasa sangat berat.
"Ngga ngga, Lo ga boleh tidur, semalem Lo udah tidur lama, dan paginya Lo bikin gw jantungan, Lo ga kasian apa sama gw" ujar Irsyad sambil terisak, Irsyad tidak pernah menyangka, jika akan seperti ini, sebenarnya apa yang salah dengan Gibran,
"Lo jangan nangis syad, jelek" ujar Gibran lirih sebelum memejamkan matanya.
"Syaa, cepetan jalannya" ujar irysad histeris melihat darah Gibran yang menetes dan merembes ke jok mobil,
"Sialan" Geram Rasya setelah bulir bening meluncur mulus dari matanya tanpa di komando
Di perjalanan menuju rumah sakit Rasya tidak memperdulikan rambu lalu lintas, membuatnya di klakson oleh beberapa mobil yang merasa terganggu,
Karena melanggar aturan, Rasya pun akhirnya di kejar oleh polisi, dan mobil rasya berhasil di berhentikan.
Rasya dengan kesal keluar dari mobil,
"Minggir pak saya lagi bawa adik saya saya harus segera membawanya kerumah sakit"
"Maaf dek, adek sudah melanggar peraturan"
"Brengsek!! Adik saya sekarat, bapak mau bertanggung jawab jika adik saya kenapa Napa? Saya mohon pak, bapak boleh hukum saya, setelah saya memastikan adik saya selamat"
Polisi itu yang melihat baju Rasya bernoda darah dan melihat ke dalam mobil pun akhirnya mengizinkan
"Baiklah dek, silahkan jalan" ujar polisi itu setelah menepikan motornya yang berada di depan mobil Rasya, dan Rasya pun menancap gas, melajukan mobilnya di atas rata rata.
"Lo harus kuat gib, jangan buat Rasya lebih kacau dari ini" ujar Irsyad memandang wajah Gibran yang pucat, Irsyad tak pernah melihat rasya hilang kendali, karena biasanya di antara mereka bertiga Rasya adalah sosok yang paling tenang, dan hari ini Irsyad melihatnya, melihat sosok Rasya dengan binar mata yang terlihat ketakutan.
.
.Rasya memarkirkan mobilnya di sembarang arah, dan menggendong Gibran masuk ke rumah sakit, membuat jejak darah di sepanjang jalan yang berasal dari tubuh Gibran.
Rasya meletakkan Gibran di brangkar rumah sakit dan ikut mendorongnya memasuki IGD,
"Keluarga pasien harap tunggu di luar" ujar sang dokter menghentikan Rasya, ketika pintu di tutup Rasya pun terduduk,sambil melihat telapak tangannya yang masih berlumur darah Gibran,
"Sya, mending Lo cuci tangan dulu deh" ujar Irsyad menepuk bahu Rasya.
Rasya berdiri dan berlalu pergi untuk membersihkan tangannya tanpa sepatah kata.
Tidak berselang lama, Rasya sudah kembali dan menghubungi ayah bundanya,
"Lo boleh jelasin sekarang syad" ujar Rasya setelah memutuskan panggilan
Dan Irsyad pun menjelaskan kronologisnya dari Gibran yang di tabrak mobil, dan alasan dia menelfon Rasya pagi tadi.
"Sebenarnya apa yang salah sama Gibran sya"
"Hemofilia"
.
.
.TBC .
KAMU SEDANG MEMBACA
Different (END)
Fiksi Penggemartentang Gibran yang merelakan Adara untuk cinta pertamanya