bagian lima

608 50 3
                                    

Sinar mentari pagi menembus gorden transparan di sebuah kamar, membuat si pemilik kamar menggeliat karena sinarnya yang menyilaukan retina.

"CK," decak si penghuni kamar sebelum melihat jam di nakas yang menunjukkan angka enam,

Gibran hendak memejamkan matanya lagi sebelum mendengar sebuah ketukan di pintu kamarnya,

"Siapa sih pagi pagi dah ganggu orang tidur" gumam Gibran, dengan malas dia pun bangkit dari kasur kesayangannya untuk membuka pintu kamarnya.

"Gib! gib! gib!!, berangkat sekolah gw nebeng lo" cerocos si pengetuk pintu.

"Yaelah sya, masih pagi, Lo pulang aja dulu sana," usir Gibran sambil mendorong dorong tubuh Rasya,

"Ga mau, gw kan udah rapih, ngapain pulang, kita sarapan bareng aku ada bawain nasi goreng buatan bunda, sana Lo mandi, gw tunggu di bawah"

"Yaudah, gw mo mandi dulu, tungguin gw ya" ujar Gibran yang langsung ngacir pergi ke kamar mandi.

.
.

Gibran menuruni anak tangga setelah rapih dengan seragam yang sudah melekat di tubuhnya, lalu menghampiri Rasya yang sudah menyiapkan sarapan mereka berdua

"Sya, emang mobil Lo kenapa? ko nebeng, ga jemput ayang emangnya?" Ujar Gibran sambil memasukkan nasi goreng ke mulutnya

"Di pake ayah, mobil ayah ada di bengkel," jawab Rasya dan setelahnya di isi keheningan, hanya suara sendok beradu dengan piring yang mengisi ruangan itu,

Namun keheningan itu tidak berlangsung lama ketika dari pintu depan terlihat dua orang berbeda gender memasuki rumah dengan si wanita yang terlihat di papah oleh seorang pria, dan meletakkan si wanita di atas sofa ruang tamu.

Gibran menghampiri dua orang tersebut,
Dan melihat ibunya Ter tidur di sofa,

"Lo anak Mela kan" ujar si pria itu setelah melihat atensi Gibran.

"Iya, om siapa, kenapa bareng mama,"

"Wah wah, anak Mela, yang tidak tau siapa ayahnya udah besar, ternyata Mela Sudi juga merawatmu, ku pikir kamu sudah berakhir di tangan nya" ujar pria itu dengan smirk yang menyebalkan

"Om kalo sudah tidak ada kepentingan, mending pergi dari sini, maaf yah om, bukannya ngusir, tapi bagi saya om orang asing, saya gak bisa biarin orang asing terlalu lama ada di rumahku" ujar Gibran berusaha sopan kepada orang yang lebih tua.

"Heh anak haram, udah untung saya sudi nolong ibu kamu yang hanya seorang jalang itu, bukannya berterima kasih, malah ngu.."

Bukk!!

Sebelum si pria menyelesaikan ucapannya, Gibran sudah terlebih dahulu memukul wajahnya, membuat sang pria yang tidak siap dengan serangan Gibran jatuh ke lantai.

"Sialan!!" Ketika si pria hendak balas memukul Gibran Rasya dengan sigap menendang kaki pria itu membuatnya jatuh dengan bagian dada beradu dengan lantai, sepertinya pria itu sedikit mabuk terlihat dia yang berusaha berdiri sedikit terhuyung,

"Anda sentuh adik saya, maka anda juga ber urusan dengan saya" ujar Rasya

"Awas kalian, urusan kita belum selesai, dan untuk kamu Gibran, saya tau siapa ayahmu," ujar pria itu sebelum pergi dari hadapan Gibran dan Rasya, Rasya menoleh ke arah Gibran yang terlihat bergeming dengan nafas memburu.

"Gib, Lo baik kan?" panggil Rasya sambil menepuk bahu Gibran untuk mendapatkan atensinya.

"Gw baik ko sya, bantu gw yuk angkat mama ke kamar" jawab Gibran membuat Rasya mengangkat sebelah alisnya tidak percaya

Different  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang