bagian enam

564 56 2
                                    

Gibran memasuki gerbang rumahnya setelah mengantar Rasya samai depan rumah,

Gibran berhenti di depan pintu, karena terlihat dari dalam rumah mamah nya yang menatap tajam ke arahnya seolah ingin melubangi tubuh Gibran.

"Sini kamu!" Bentak Mela sambil menarik lengan Gibran masuk kedalam rumah dan melemparnya ke sofa,

"Apa yang kamu lakukan pada bos saya tadi pagi? Kamu memukulnya? Yang benar saja Gibran, otak kamu di taro di mana? " Maki Mela

"Dia bos mama?" Kaget Gibran

"Ish bodoh kamu ya, bisa ngga sih ga usah campuri urusan saya, ga usah ngurusin hidup saya,"

"Mah, orang itu sudah menghina mama, mana bisa aku diam aja mendengar wanita yang sudah melahirkan ku di hina di depan mataku, aku ngga terima mah"

"Kenapa? Kenapa kamu ngga terima? Saya memang sehina itu Gibran," ujar Mela dengan mata penuh dengan air mata, membuat hati Gibran hancur, Gibran turun dari sofa dan memeluk kaki Kanan sang ibu

"Nggak ma, mama ga boleh bilang begitu, jangan merendahkan diri mama, Gibran sakit jika mama berkata seperti itu"

"Lepasin saya Gibran, kalau kamu ngga bisa terima kenyataan, maka jangan anggap saya sebagai mama kamu, lagian, saya juga tidak pernah mau melahirkan anak sepertimu, kamu itu kesakitan bagi saya Gibran, kelahiran kamu, adalah kesialan dalam hidup saya," ujar Mela sambil menarik kasar kaki yang di peluk Gibran dan berlalu pergi setelahnya.

"Jangan pernah menyayangi orang seperti ku Gibran, jangan merasa sakit untuk orang sepertiku, kamu anak baik, tidak sepantasnya kamu lahir dari wanita hina sepertiku"

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

.
.
.

Di sebuah bukit yang terletak tidak jauh dari kediaman Adara, terlihat Adara dan angga sedang menikmati semilir angin sore yang menerpa wajah mereka.

"Aku pasti sangat menjengkelkan yah ngga" ujar Adara lirih tersapu oleh angin.

"Jangan salahkan dirimu, aku yang terlalu bodoh, maka mataku tidak bisa melihat yang lain kecuali kamu walaupun kamu mencintainya, kupikir aku masih mempunyai harapan, tapi bahkan mungkin kamu tidak pernah memikirkan ku sama sekali, di antara kita hanya aku yang menginginkanmu, tanpa sadar sekarang aku sedang merasakan jatuh cinta sepihak, dan jatuh cinta sepihak itu pada akhirnya aku hanya akan membuat semua hanya untukku, kita salah mengartikan perasaan kita dar"

Angga menggenggam tangan Adara

"Kemarin, kupikir cinta kita masih, ternyata hanya pernah"  ujar Angga

"Tapi ngga, dia sudah terlanjur hancur karenaku"

"Masih ada kesempatan Dar, gue bakal bantu lo"

"Thanks ya ngga" Adara tersenyum, senyum yang terasa berbeda bagi Angga, bukan senyum yang membuat hatinya bergetar seperti dulu, karena Angga tau untuk siapa senyum Adara sekarang, dan itu bukanlah dirinya.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
.
.
.
.
.

Di dalam ruangan yang di penuhi dengan hidangan tertata rapih di meja dengan kursi yang berjejer mengelilinginya, seorang wanita satu satunya di ruangan itu Tengah sibuk menata piring sebelum  suara menginterupsinya.

"Ayah mana mah, belum turun?" Ujar Rasya sambil menduduki salah satu kursi

"Ayah lagi mandi, bentar lagi juga turun, oiya sayang, panggilin Gibran ke sini dong, bunda bikin masakan kesukaannya juga, pasti dia belum makan"

Different  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang