Hari minggu yang cerah, di teras depan sebuah rumah sederhana.
Seorang pemuda tengah berusaha membujuk salah satu sohibnya di kampung untuk ikut bermain voli bersamanya. Pertandingan yang akan dilaksanakan besok sore melawan anak-anak kampung sebelah."Nar ayo atuh lah, gak asik kalo gak ada maneh mah!"
Toneri nama pemuda berusia 24 tahu itu memasang wajah memelas sambil memegang pagar besi rumah yang hanya setinggi perutnya.
"Hampura Ton. Bukannya gak mau ikut, cuman ni dunungan aing dari tadi udah uring-uringan di telepon, spam WA, sampe ngechat ke akun ML segala coba," jelas Naruto sambil mengikat tali sepatunya di samping motor Satria.
Motor yang mesinnya menyala karena sedang dipanaskan saat hendak dipakai.
*hampura = maaf
dunungan = atasan.Dalam benak Naruto, dirinya sedikit menyesal kenapa dulu bisa-bisanya dia mengenalkan atasannya itu pada game online. Hingga akhirnya Naruto kena getahnya sendiri.
Dikit-dikit kalau dirinya slow respon pasti atasanya itu langsung spam chat ke akun ML nya. Tahu saat itu Naruto pasti sedang bermain game jika sudah lebih dari 15 menit tidak membalas. Bahkan tidak segan melaporkan akun Naruto hingga berkurang kredit skornya.
"Anjir lah dunungan teh, hari minggu gini masih disuruh kerja juga. Heran aing kok masih betah kerja di sana."
"Ya dibetah-betahin aja lah Ton, sayang juga lah gajinya gedean dari pada yang dulu."
"Halah taik, bukan gajinya kali yang maneh sayang mah, paling juga sayang ke jeruk balinya yang sama gedenya itu," cemooh Toneri pada Naruto.
"Eh sia koplok sembarangan kalo ngomong, lagian aing juga sukanya yang standar-standar aja kali," sangah Naruto yang sudah siap di atas motornya. Sedikit bernada ngegas, meskipun tak benar-benar serius marah.
"Taik lah mana aing percaya. Eh jadi gimana, beneran gak bisa ikut?" tanya Toneri kembali tanpa rasa bosan.
Berbeda dengan Naruto yang sudah bosan menjawab pertanyaan Toneri, yang sudah terlontar dari pagi buta bahkan ketika tukang bubur saja belum terdengar suara dentingan mangkoknya. Membuat Naruto hanya mengangguk dengan malas pada Toneri.
Mendapat tanggapan seperti itu Toneri berdecak kecil diikuti suara dumelan tidak jelasnya.
"Si Gaara juga gak bisa, disamper malah lagi ngapelin Teh Mei dia. Ck, saria berubah lah anjir semenjak ada cewek mah!" gerutu Toneri yang beranjak masuk ke dalam rumahnya sendiri yang tepat saling bersebrangan dengan rumah Naruto.
"Saria = kalian semua (kasar).
"Anying aing gak bisa kerena kerja lah Ton, gak ada ada hubungannya sama cewek!"
"Iya iya lah sana pergi aja bangsat nanti telat!"
"Hah Dasar."
Gumam Naruto, dia menggeleng pelan mendengar umpatan sohib sedari oroknya itu.
.
.
.Di jalanan kota kembang Bandung Naruto melesatkan Satria FU 150 karbu hitamnya dengan 'tak tanggung-tanggung. Untung jalanan sedang lenggang-lenggangnya saat itu, jam-jam sibuk sudah lewat dan tidak sepadat hari-hari biasa di jam berangkat kantor atau sekolah.
30 menit memacu motornya dengan kecepatan tak layak ditiru akhirnya Naruto sampai di sebuah rumah bergaya modern minimalis.
"Dari mana aja kamu kok baru sampe! Udah ditungguin dari tadi juga!"
Belum sempat Naruto menstandarkan motornya, omelan atasanya itu sudah lebih dulu menghujam telinga Naruto. Untungnya setelah 5 tahun ikut bekerja bersamanya membuat Naruto sudah terbiasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Si Teteh Kaguya
FanfictionNaruto x Kaguya. Seperti air. Apakah akan mengalir dengan tenang sampai tujuan atau terjebak dalam genangan lalu meresap hilang dan hanya meninggalkan bekas kenangan. . . . Disclaimer Masashi Kishimoto. Beberapa pict bersumber dari pinterest juga...