Dua

569 39 3
                                    

Sore harinya Kaguya masih betah berada di rumah Naruto, ditambah dia memang berencana menginap demi menuruti keinginan gadis kesayangannya.

Ini memang bukan yang pertama untuk Kaguya menginap di sini, meskipun tidak sering juga. Mungkin yang kelima atau enam.

Rumah yang dihuni tiga orang itu tidaklah besar, tapi selalu berhasil membuat Kaguya betah jika sudah berada di sini. Berbeda sekali dengan rumahnya sendiri yang meskipun besar tapi Kaguya sering merasa sepi. Semua terjadi semenjak Kaguya ditinggal sendiri oleh kedua orangtuanya yang telah tiada dalam sebuah insiden kecelakaan lalu-lintas 8 tahun yang lalu.

Saat itu Kaguya tidak termasuk karena dirinya lah yang menjadi tujuan kedua orang terkasihnya. Datang mengunjunginya yang tengah berkuliah di Kota Pelajar Jogja.

Ditinggal seorang diri tanpa seorang yang bisa menguatkan di sisinya, membuatnya membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa keluar dari rasa kehilangannya. Terlebih Kaguya adalah anak tunggal.

Hingga akhirnya Kaguya menemukan kembali cahaya kehangatan itu dari keluarga kecil Kushina. Keluarga yang tetap bisa tersenyum cerah meskipun tanpa adanya sosok ayah dan kepala keluarga di antara mereka.

Keluarga yang juga mengajarkannya untuk bisa bangkit dan merelakan segalanya karena dirinya harus yakin jika kedua orangtua nya itu pasti tenang dan bahagia di sana. Di tempat terbaik di surga-Nya.

Dan Kaguya sangat bersyukur bertemu dengan mereka. Keluarga yang memberinya kehangatan dan kenyamanan meskipun tak memiliki ikatan darah.

.
.
.

"Teh."

Suara panggilan lembut seorang wanita paruh baya itu menarik Kaguya kembali dari lamunannya.

Matanya memang menatap lurus pada layar laptop yang menampilkan drama Korea yang ditontonnya bersama Shion. Namun benaknya beberapa saat lalu justru melayang jauh dari raganya.

"Iya Mah," jawab Kaguya menoleh pada Kushina.

Di kursi lain di sebrangnya, wanita paruh baya yang sehari-harinya berprofesi sebagai guru honorer di sekolah dasar itu tengah melipat tumpukan jemuran.

Kaguya memang memanggil Kushina dengan panggilan yang sama dengan yang digunakan oleh kedua anak kandungnya. Dan Kushina sendiri tak pernah mempermasalahkan itu. Wanita itu justru merasa senang dianggap ibu oleh sosok yang tak jarang begitu baik pada keluarganya.

"Teh, Teteh kok sampe sekarang belum keliatan ada niatan untuk berumah tangga sih Teh. Teteh kan udah dewasa, udah mateng, baik umur juga mental. Maaf ya Teh Mamah gak maksud ikut campur kehidupan pribadi Teteh, Mamah sadar posisi Mamah. Tapi... Mamah sayang Teteh. Teteh udah kayak putri Mamah sendiri. Mamah pengen lihat Teteh bahagia," tutur Kushina, menatap dalam mata Kaguya.

"Mamah kenapa minta maaf. Teteh juga sayang Mamah. Teteh juga bukannya gak ada niatan nikah atuh Mah, gak betah juga sendiri terus kayak gini. Tapi ya gimana, calonnya juga belum ada," jelas Kaguya sambil mengelus kepala Shion yang merebah ke atas pahanya.

"Ya Teteh nya jangan cuek-cuek atuh kalau ke cowok. Kan mereka jadi segan mau deketinnya," ujar Kushina yang tanpa sadar melepaskan nada gerutuannya pada Kaguya.

"Ya gimana atuh mah udah dari sananya mungkin. Teteh juga cuman mau ngindarin mereka yang dari awal aja udah keliatan cuman main-main atau ngincer hal yang lain Mah. Enggah mudah nemuin yang tulus sekarang," ucap Kaguya setengah merajuk.

"Kenapa Teteh gak nikah aja sama Aa. Jadi kan Teteh beneran jadi Tetehnya Shion," ucap Shion yang tiba-tiba ikut nimbrung obrolan Kaguya pada Kushina.

Gubrak!

Si Teteh KaguyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang