8- Pasang Surut

84 14 83
                                    

- SUGENG MAOS -

____°°____

Tidak hanya dipermainkan oleh kenyataan, ternyata dipermainkan oleh diri sendiri juga lelah.

~ Emiko Mazaya Diandra ~

____°°____

"Biasa aja kali mukanya. Nggak usah kaget gitu!" sembur Emiko.

Melan membalas, "Ya jelas gue kagetlah. Lo ngomongnya nggak kasih aba-aba kalau dia sohibnya mantan lo."

Emiko mendengkus geli. "Ngapain juga, sih, lo stalking, tuh, orang, Mel? Kayak nggak ada yang lain aja."

"Lo itu kayak nggak tahu Melan aja, Mi. Lihat bening dikit langsung caplok," celetuk Valen.

"Berarti gue normal, dong, doyannya sama cowok bening, Val," balas Melan tak mau kalah.

"Iyain, deh, si paling normal," tandas Valen dengan menekan kata 'normal.'

Melan mengabaikan, tak lagi meladeni. Dia menatap sekilas foto Zayyan yang menampilkan segaris senyuman dalam ponselnya. "Gue kecantol aja sama gingsulnya. Pantesan gue cari gula di rumah nggak ada, taunya di sini semua."

"Bjir! Selera lo geser ternyata, Mel," lontar Emiko. "Yang dulunya berdasi sekarang berpeci."

"Daripada aki-aki ...," air muka Melan berubah sengit, "mending Mas-mas yang ini."

"Tapi materi juga perlu kali. Emang lo mau sama yang menang tampang doang tapi kere?" Emiko melontarkan sanggahan.

"Realistis." Valen menimpali seraya menjentikkan jari. "Hidup juga butuh duit, perut nggak akan kenyang dengan cinta sama tampang doang."

"Tapi percuma juga, sih, kalau modal tampang sama duit sedangkan kelakuannya bajingan," imbuh Emiko. "Yang ada setiap hari makannya bukan nasi, tapi hati."

"Kayak Ren maksud lo?" celetuk Valen sembari memajukan wajahnya pada Emiko.

Emiko melayangkan tatapan datar karena lelah dengan pemilik nama tersebut. "Nggak usah sebut merek!"

"Oh oke." Valen menetralkan ekspresinya. Dia lupa jika Emiko sangat sensitif dengan nama itu sekarang. "Gue cuma kasih contoh aja tadi."

"Makanya yang bener itu sama Mas-mas yang namanya Zayyan ini aja, deh, kayaknya," cetus Melan menggebu.

Emiko dan Valen mengalihkan pandang pada perempuan berambut cokelat sebahu tersebut. Valen pun berujar, "Ya, udah sana buat lo aja, Mel. Gue nggak mau minta."

"Emi." Melan mengalihkan atensinya pada Emiko dengan mata yang berbinar. "Sabi kalilah lo kenalin gue sama Mas Zayyan ini. Lo kenal, kan?"

Emiko terkesiap dengan permintaan konyol tersebut. "Gilak! Ya, kali gue comblangin lo sama dia."

"Ih, gue nggak minta dicomblangin, cuma dikenalin," papar Melan. "Soalnya gue dekatin lewat sosmed nggak bisa. DM gue seminggu lalu aja nggak dibalas."

Emiko berdecih, menertawakannya. "Ya, iyalah DM lo nggak dibalas. Tipe dia pasti yang ukhti solehah, bukan ukhti solehot kayak lo!"

"Sialan lo, Mi!" maki Melan. "Bukannya dukung teman PDKT malah dibuat minder duluan."

Ketika menertawakan air muka Melan yang dilanda kekesalan, tanpa sengaja manik Emiko menangkap kedatangan sosok laki-laki yang sukses menarik fokusnya. Dia baru saja menuruni beberapa undakan menuju taman bersama seorang perempuan berperut buncit.

Zaymiko || Pindah ke Fizzo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang