5- Perihal Pakaian

68 14 66
                                    

- SUGENG MAOS -

____°°____

Hati adalah perkara yang mudah berubah melebihi cuaca, terutama hati yang masih berkelana mencari dermaga.

~ Emiko Mazaya Diandra ~

____°°____

Firasat Emiko ternyata benar. Kiriman bunga anyelir dua minggu yang lalu menjadi pertanda bahwa Ren akan masuk kembali ke hidupnya. Ren selalu mengacaukan hari Emiko dengan segala upaya agar perempuan itu mau kembali kepadanya.

Mulai dari selalu mengirim pesan, mengirim barang, menelepon, sampai rutinitas berkunjung ke kafe dan rumah. Ren mengetahui alamat rumah Emiko karena sempat mengikuti perempuan itu yang pulang menaiki taksi, tepatnya saat melihat Emiko usai membeli dimsum favoritnya hari lalu.

Seperti saat ini, kendaraan roda empat milik Ren sudah berada di depan Kafe Honey dengan sang pemilik yang bersandar di bagian samping sembari bersedekap dada. Dia menanti kedatangan seorang perempuan yang sukses menyita perhatiannya sejak dua minggu yang lalu. Entah mengapa ambisi untuk kembali memilikinya seakan menggebu-gebu.

Tak berselang lama, hal yang dinanti pun tiba. Garis bibir Ren melengkung ke atas kala melihat mobil milik Emiko mengisi barisan parkiran di seberang. Kaki jenjangnya pun mematri langkah menghampiri si pengemudi yang baru saja turun.

"Baby," sapa Ren hingga membuat Emiko mengelih ke sumber suara.

Perempuan itu terkesiap kala mendapati keberadaan Ren yang sudah mirip seperti jalangkung. Kejutan yang didapat pagi menjelang siang ini membuat semangat Emiko turun seketika, apalagi ketika Ren menampilkan segaris senyuman yang sangat memuakkan. Jika membunuh orang tidak dosa dan terjerat hukum, mungkin Emiko akan melakukannya detik ini juga.

Perempuan itu memutar bola mata malas. Dia menepis tangan Ren yang hendak menggapai tangannya. Tatapan tajam penuh peringatan Emiko berikan pada sepasang netra cokelat yang pernah menjadi objek favoritya tersebut.

"Pergi dari sini! Gue udah muak lihat muka lo," desis Emiko tajam.

Setelah mengatakan itu, dia mematri langkah cepat memasuki kafe. Namun, ada sebuah cengkeraman erat di pergelangan tangan yang membuat pergerakan Emiko terhenti. Siapa lagi pelakunya jika bukan Ren.

Rahang laki-laki itu tampak mengeras ketika matanya bertemu dengan mata monolid milik Emiko. "Gue udah berusaha biar bisa dekat sama lo lagi, Emi. Tapi apa? Lo selalu menolak keras semua sikap baik gue ke lo. Mau lo apa, sih?" ungkap Ren lirih dengan nada penuh penekanan.

Keduanya beradu pandang cukup lama. Detik berikutnya, Emiko menghempas kasar tangan lawan bicara. "Gue mau lo pergi dan jangan ganggu hidup gue lagi!"

Ren bergeming sesaat. Tangannya kembali mencengkeram erat pergelangan tangan Emiko dan sedikit menarik perempuan tersebut untuk mendekat padanya. Ren berucap tegas, "Semakin lo menolak, gue semakin nekat bertindak, Emi."

Ren memberikan tatapan penuh peringatan. Laki-laki jangkung itu pun menghempas tangan Emiko. Sebelum beranjak, mata Ren sempat menjelajahi sosok perempuan pemilik nama lengkap Emiko Mazaya Diandra tersebut. Dalam penjelajahan itu, arah pandangnya jatuh pada objek yang sukses menarik perhatiannya.

Hijab yang dililit ke belakang serta baju rajut yang Emiko pakai membuat area depannya sangat mencolok mata. Hal itu membuat pikiran Ren tercemar seketika. Wajah yang semula tersulut emosi itu tergantikan dengan seringai nakal.

Emiko yang menyadari hal itu langsung mengapitkan kedua sisi blazer tanpa kancing yang terbuka untuk menutup bagian depannya. Dengkusan geli Ren keluarkan karena hal itu. Satu kedipan mata ia berikan pada Emiko, lantas berbalik arah menghampiri mobilnya.

Zaymiko || Pindah ke Fizzo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang