XII. Rumit

1.7K 165 106
                                    

>>Chapter Sebelumnya>>

"I-ivy...kamu baik-baik saja?" Tanya Alezzie begitu mendengar teriakan sang adik kembar dari luar kamarnya.

♪♪♪

"Ivy?" Panggil Alezzie sembari mendekatkan telinganya pada pintu.

Alevya menghela nafasnya kasar.

"Zhe, ini bukan salah Alezzie. Dia itu orang yang baik banget, inget selama ini Lo dibantu sama dia semenjak Lo pindah ke tubuh ini" gumam Alevya seolah memotivasi diri.

"Apapun masalahnya, Lo gak seharusnya ngejauhin Alezzie bahkan menghindar cuma karna mimpi sialan yang Dateng tiba-tiba itu"

Setelah ittu dia menghela nafas dan menghembuskan ya perlahan. Lalu berjalan untuk membuka pintu.

"Ya kak? Kenapa?" Tukas Alevya dengan senyum di wajahnya.

"Kamu...baik-baik saja?" Tanya Alezzie hati-hati.

Alevya mengangguk "emangnya gue kenapa?"

Alezzie menghela nafas lega "tidak apa-apa. Tadi aku terkejut karna kamu berteriak. Kupikir sesuatu yang buruk terjadi padamu, syukurlah jika tidak ada yang terjadi padamu"

Alevya menggaruk leher belakangnya. Sekarang ia harus apa? Entah mengapa, ia merasa canggung.

"A-apa...kamu mengingat sesuatu?"

Ini dia, ini pertanyaan yang paling sering Alezzie lontarkan padanya. Sejujurnya Alevya masih tidak mengerti kenapa Alezzie terus mengulang pertanyaan yang sama?

Baiklah, jika ingin mencari tahu sesuatu. Kita harus berbohong terlebih dahulu bukan?

"Kurasa" jawab Alevya singkat masih disertai senyuman.

Alezzie tersentak.

"A-apa...Ka-karna aku menyebut nama orang itu? Jika benar...aku...aku minta maaf"

Alevya menaikkan alisnya. Mencoba mengingat apa yang dimaksud sang kembaran.

<<< Flashback <<<

"

Bukan. Foto itu bukan foto mereka berdua Ivy. Orang di foto itu, namanya Mattheo. Mattheo Austin, dia..." Alezzie menjeda sedikit kalimatnya.

Kemudian berbalik menatap Alevya dan tersenyum muram "dia kekasihmu dari saat sekolah menengah pertama"

Alevya membolakan matanya.

"Gue punya pacar?!" Serunya kaget, membuat seisi kantin menatap padanya.

Namun ia tak peduli, dia butuh jawaban saat ini.

Alezzie mengangguk sebagai jawaban.

Melihat tak ada lagi respon dari Alevya, Alezzie melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Alevya kemudian kembali ke mejanya dengan tatapan kosong.

Ia tak percaya ini.

Kenapa semua menjadi rumit sekali?!

Stop Being ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang