🌕𝑻𝒉𝒆 𝑭𝒊𝒓𝒔𝒕 𝑩𝒐𝒐𝒌 𝒇𝒓𝒐𝒎 𝑴𝒐𝒐𝒏 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔🌕
Warning : 🔞
Akibat sebuah perjodohan yang dipaksakan, Andrea Kartika Lapada harus menanggung rasa kesepian meski tinggal di rumah mewah bersama Johnny Soeseno, suaminya. Hari-harinya ter...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setidaknya Johnny menciumnya dengan cara yang sangat Andrea sukai.
🌕🌕🌕
Johnny tiba setengah jam kemudian. Menjadi orang terakhir yang datang menjenguk bayi James yang tampak sangat mirip dengan ayahnya itu. Semua mata tentu saja tertuju padanya, sejak pertama kali ia membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam ruang rawat Clara.
"Selamat atas kelahiran putra pertama lo, James," Johnny menjabat tangan James, lengkap dengan senyum tipis yang nyaris tidak kentara.
James menepuk bahu Johnny dan tersenyum lebar. "Thanks. Semoga promil Andrea lancar, ya, Bro. Biar bisa jadi hot daddy bareng kita."
Hampir seluruh orang di dalam kamar rawat itu tertawa. Namun, Johnny hanya membalasnya dengan senyum simpul dan anggukan singkat.
Lihatlah, betapa buruknya Johnny dalam kehidupan sosial, bahkan di lingkup keluarganya sendiri.
"Oh, satu lagi. Selamat juga karena sudah jadi CEO JAIA Hotel. Opa memilih orang yang tepat," Johnny mengatakan hal itu dengan nada datar, lalu melirik kakeknya yang sedang duduk di sofa single tidak jauh darinya.
Dehaman kakeknya adalah sebuah pertanda agar Johnny berhenti mengungkit hal itu sekarang. Dan sebelum Johnny kembali buka suara, Andrea yang memahami kode itu lantas mendekati suaminya.
"Joe, mau tiramisu, nggak? Aku tadi beli di tempat biasa," Andrea menggandeng Johnny menuju sofa kosong di dekat jendela. "Atau mau minum? Aku ambilin," lanjutnya masih berusaha mengambil perhatian Johnny agar teralihkan dari teguran tersirat dari kakeknya itu.
"Aku mau satu potong saja, Rea. Sama sekalian air dingin deh."
"Oke, sebentar, ya."
Andrea berjalan menjauh untuk mengambil sepotong tiramisu dan air kemasan dingin yang ada di kulkas. Sikapnya sangat alami, mengundang beberapa pasang mata di sana menatapnya dengan berbagai ekspresi. Tidak suka, datar, dan senang. Namun, pada akhirnya Andrea tidak peduli dengan tatapan orang lain kepadanya. Yang terpenting adalah bagaimana Johnny tetap memiliki tameng untuk menjaga nama baiknya.
"Johnny apa-apa dilayani, ya," celetuk ibunya James. Mulai memancing pembicaraan yang semua orang tahu arahnya ke mana.
Andrea yang baru saja menaruh tiramisu dan air kemasan dingin di meja di depan Johnny seketika tersenyum, lalu ia pun mengambil duduk tepat di samping suaminya. "An justru suka melayani Johnny, Tante. An, kan, belum punya anak. Kerjaan An di restoran juga nggak banyak. Jadi, kalau di rumah, ya, kerjaan An cuma siapin apa yang Johnny butuhkan saja."
"Pantes susah hamilnya, kamu kebanyakan kerja, sih. Istirahat, An. Clara semenjak nikah saja nggak kerja sama sekali, lho. Makanya cepat punya anaknya," seolah belum puas, kata-kata tidak enak kembali keluar dari mulut wanita itu.