1

1.9K 71 0
                                    

                                    °
                                    °
                                    °
                                    °

cuaca pagi yang sudah di suguhi oleh suara rintik hujan dan awan gelap yang berwarna ke abuan sudah menampakkan wujudnya.

sebuah rumah bertingkat dengan ukurannya cukup besar dan warna cat putih dapat menampilkan kesan elegan dari rumah tersebut. di balik keindahan yang terpancar dari rumah besar itu banyak suara suara teriakan serta kata kata kasar yang di lontarkan oleh dua sepasang suami istri yang berada di ruang tengah ruang tamu. dengan sepasang mimik wajah yang memerah akibat emosi yang sudah mencapai batas mereka masing masing.

"AKU UDAH CAPE SAMA KAMU MAS!"

ucap wanita itu sambil sesekali menahan air mata yang hampir jatuh ke kelopak matanya, mata wanita itu memerah, dia mengertakan gerahamnya terus menerus, manik manik coklat penuh dengan kebencian,kekecewaan, kesedihan dan amarah. semua tercampur menjadi satu di dalam sana dan hanya bisa mengeluarkan air yang tak bisa di tahannya lagi.

"kamu ini kenapa sih?! aku sama maya cuman rekan kerja! jangan berlebihan. kamu sama frans memang sama hahaha! cocok kalian berdua, kenapa ga nikah sma frans? sama sama brengsek."

ucap lelaki di seberangnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada bidangnya. lelaki bertubuh jangkung yang memiliki paras tampan dengan pakaian jas berwarna hitam. alisnya hampir menyatu, keningnya menampilkan kerutan emosi.

"kenapa kamu tiba tiba bahas frans?!kamu cemburu aku sama frans!? hah yang bener aja mas? kamu lupa sama kejadian 2 tahun lalu? HAH?! KAMU LUPA SAMA KEJADIAN ITU?!"

pria itu terdiam, dia membayangkan kejadian 2 tahun lalu yang bahkan dia bersumpah kepada istrinya agar tidak membenci dirinya sendiri, karna kejadian itu. dia menarik nafasnya secara manual dan mulai pergi meninggalkan wanita itu sambil memijat pelipisnya yang berkedut terus menerus.

wanita itu jatuh tersungkur, asisten rumah tangga yang melihat majikannya lemah dan terjatuh langsung memapahnya dan membawanya ke arah sofa di dekatnya. Di bawakannya air hangat untuk menetralkan pikiran dan meredakan amarah sang majikan yang menggebu gebu.

wanita itu tidak melontarkan kata" ia hanya diam dan menunggu majikannya yang mengeluarkan suara karena canggung dengan keadaan.

"bi, gapapa tinggalin saya sendiri aja bibi bangunin shani ya. saya mau kekamar dulu." Ucap wanita itu sambil tersenyum tipis.

ia pun langsung mengiyakan majikannya dan bergegas ke lantai atas untuk membangunkan anak dari majikannya itu.

TOK TOK TOK

Suara ketukan kecil yang tidak mendapat jawaban sedikitpun dan seseorang yang berada di balik pintu berwarna coklat serta gagang berwarna putih tersebut.

Karena tak kunjung mendapat jawaban ia pun langsung memutar knop pintu dan mendorongnya secara perlahan. Yang ia lihat pertama kali adalah warna yang berwarna putih vintage dengan sedikit hiasan, rak besar yang berisi buku" filosofi dan kedokteran, langit" dinding yang terdapat hiasan bintang, terdapat beberapa gitar klasik dan listrik yang tertata rapi di tempatnya ada juga yang di pajang. Namun hasilnya nihil hanya ada benda di dalamnya tidak ada seseorang.

"non shani mana bi?"
ucap lelaki bertubuh sedikit tinggi, berseragam putih dengan alat pemukul di sisi kiri pinggangnya
Di naikkannya sedikit topi berwarna biru itu karena menghalangi penglihatannya.

"loh, saya baru juga mau tanya pak,
Saya kira bapak liat shani. yaudah pak saya balik kerumah lagi ya, Kayaknya non shani udah berangkat lewat belakang." Ucap wanita itu sambil membalikkan tubuhnya menuju kearah rumah besar itu kembali.

Atma trangganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang