6

585 34 2
                                    

°
°
°
°
°

"hah..?" Ucap gracia dan hendak mengambil jarak, gracia rasa ia salah dengar.

"aku, cinta. sama kamu ge."
ucap shani seraya tersenyum miris.

gracia diam, ia tau ini salah. cinta shani mungkin pure dari lubuk hatinya, tetapi mau bagaimana pun cinta shani itu salah. dan gracia tidak buta dalam hal itu. Gracia bingung ingin merespon shani seperti apa? ia hanya menunjukkan ekspresi datar dan menatap intens shani, menampakkan reaksi tak percaya. Namun lihatlah wajah shani sekarang, hanya ada senyum tipis yang membuat lesung pipinya terukir sempurna. wajah lega, seperti telah menyimpan penat dalam benaknya selama ber puluh puluh tahun. tapi? kenapa harus seperti ini.

Gracia belum juga mengeluarkan suara, ia pergi begitu saja meninggalkan shani yang masih menatapnya sendu. Gracia saat ini sedang memproses apa yang sedang terjadi sekarang? pikirannya tak berjalan mulus, dan meninggalkan shani dengan mentah mentah. shani menghapus senyumnya menjadi tatapan miris. Tapi baiknya sekarang ia merasa lega tlah menyampaikan perasaannya. tak ada lagi beban tak jelas yang menimpa shani, mungkin sekarang gracia akan merasa jijik dan menjauhinya. ia sudah siap dengan itu semua, maka dari itu dia memberanikan diri.











langit langit yang di penuhi oleh pernak pernik bintang berwarna putih, lemari besar yang di penuhi buku buku tebal berisi ilmu pengetahuan, ranjang besar berukuran king yang di baluti selimut berwarna putih dan abu, kamar yang di hiasi gitar dan kamera di dalam, membuat suasana kamar itu menjadi mewah. namun, di dalam sana. ada seseorang yang tidur di balik selimut berwarna putih, menangis dalam tidurnya. mimpi abu abu yang masih menjadi teka teki dalam benaknya. ia terbangun dengan air wajah yang mengalir deras sampai membasahi tiap helai rambutnya.

ia mengelap air wajahnya, dan sekarang bulir air bening muncul dari kelopak matanya. ia tak menghapusnya, hanya diam dan menunggunya sampai terhenti sendiri. karna sudah sampai di titik letih menghapus bulir air itu. ia meraih botol minum berwarna silver di samping ranjangnya dan meneguknya sampai 3 kali, seperti seseorang yang habis lari marathon.

pagi ini shani mimpi buruk lagi, ah bukan pagi ini. mungkin setiap hari?

shani hendak berdiri dan meninggalkan ranjangnya meski sedikit terhuyung karena merasakan pusing yang memberayang di pelipisnya, ia memijat pelipisnya dan berjalan mendekati kotak obat yang terletak di sofanya. menjadi obat yang berbentuk lingkaran dan pil. meminum kannya secara bersamaan.

shani menatap kearah tangan kanannya untuk melihat jam, ia langsung beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mandi. untuk pergi kesekolah.











"morning mah" ucap shani yang sedang sibuk memasukkan laptop kedalam tasnya.

naomi tersenyum kearah shani dan mempersilahkan shani untuk sarapan.

"jangan kecapean di sekolah ya sayang." ucap naomi seraya menyunggingkan senyumannya.

shani hanya mengangguk mengerti dan melanjutkan menyantap sarapannya.

"aku berangkat." ucap shani dan mengulurkan tangannya untuk mencium tangan sang ibunda.

"iya sayang, hati hati ya." ucap naomi mengulurkan tangannya, dan mengusap rambut sang putri.

shani tak menjawab iya lagi lagi hanya manggut" sebagai jawaban.










"ge, oi, WOI!."
teriak anin di dekat kuping gracia karna kesal tidak di respon.

gracia tersentak dan menatap temannya itu dengan sebal.

"ck, apaan sih lo nin."
ucap gracia sinis.

Atma trangganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang