5

591 36 1
                                    

°
°
°
°

"jadi saya mau rujuk lagi sama vera."
ucap wira dengan serius.

shani menatapnya dengan intens

"anda yakin sama kata kata anda?"
ucap shani meyakin ucapan wira

"saya yakin, saya banyak cerita sama ve. karna kejadian ini dia buka suara,
dan karna saya bilang saya kenal kamu. vera jadi membujuk saya untuk bicara sama kamu hari ini, sebenarnya gausah di bujuk gitu juga saya bakal nolongin." ucap wira dengan yakin

"kalo itu keputusan anda, saya cuman minta yang terbaik buat gracia."
ucap shani

"kamu ga benci sama anak saya.?"
ucap wira pelan.

shani hanya diam tak mampu menjawab pertanyaan mudah itu, dia juga bingung. di lain sisi shani sangat mencintai gracia tapi shani juga muak melihat wajah gracia anak dari pris didepannya ini.

"tadi bapak bilang mau bicara apa sama saya?" ucap shani mengalihkan topik.

wira yang paham shani tak mau membahas anaknya itu berdiam diri.
lalu ia membuka suara.

shani, bisa kamu jauhi anak saya? gracia.

shani menatapnya datar. ia mengeratkan gerahamnya, mengerutkan keningnya. tak percaya dengan kata kata pria di depannya.

"kenapa saya harus jauhin gracia?" ucap shani dengan sinis. ia tak peduli meski didepannya ini camernya.

wira menelan salivanya, ia menatap dengan intens kedua mata shani. ia tau shani menyukai gracia, wira tak mempermasalahkan itu karna shani juga orang yang baik.

"begini shani.. bukan maksud apapun. tapi yang saya lihat, kamu dan gracia tidak ada kecocokan. maksud saya, kamu tau kan? gracia mempunyai kekasih. saya gamau kamu jadi tersakiti shani. kamu sudah banyak membantu keluarga saya, saya harap kamu mengerti ucapan saya." ucap wira dengan hati hati.

shani menatapnya datar, benar benar datar.

"bagaimana bisa anda bilang saya dan anak anda tidak cocok? memangnya anda seorang cenayang. jangan bicara seperti itu, hubungan anda dan tante ve juga kan dulu buruk? bahkan lebih buru lagi? ya kan?." ucap shani dengan tegas. "memang saya pernah bilang kalau anda dan tante ve ga cocok bersama?" ucap shani dengan emosi yang ia tahan.

wira tak bergeming. ia merasa bodoh sekarang, ia benar benar merasa bersalah dengan ucapannya.

"dan soal gracia punya kekasih. saya ga peduli. saya hanya akan menikmati rasa cinta saya, sampai habis." ucap shani dengan penekanan.

wira hanya diam. dia tau shani orang yang mempunyai pendirian kokoh, meski masih pelajar shani sudah memegang perusahaan besar. ia sudah dewasa, pemikirannya dan egonya yang sama sama menguasainya. Wira tau shani sangat mencintai putrinya, Namu shani mempunyai ego yang besar dan hati yang bimbang untuk mengakui itu semua. wira tak memaksakannya tapi wira hanya memberinya arahan agar tak selalu berdiam diri saja.

"ngomong ngomong, pak wira kenapa bisa langsung deket sma tante ve."
ucap shani setelah 2 menit hening.

"ah, itu. kamis lalu saya kerumah vera, untuk melihat keadaan rumah dan situasi di sana. dan saya ga sengaja liat vera pergi keluar saya rasa dia mau ke pasar. saya ga samperin dia tapi saya perhatikan dulu mau kemana arah tujuan vera, di saat waktu dan keadaan sudah pas, saya samperin vera. sepertinya shock melihat kehadiran saya.. awalnya kita main tarik tarikan, dia gamau ikut saya. lalu saya bilang saya mau membahas tentang kamu, vera langsung ikut saya untuk mengobrol tentang kamu, shani." ucap wira

shani tak peduli apa yang di obrolkan wira dan vera ia hanya menganggukkan kepala dan berdehem mengerti.

"pak wira, memang benar gracia keluar kota?"
ucap shani dengan nada sendu

Atma trangganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang