#14 Teman baru

763 52 18
                                    

halooo readerss MTML !! 👋
up lagi nihhh, cieee nungguinn yaaaa

hehe maaf yaa sibuk banget aku minggu ini, kejuruannya bikin kepala mumet
ini aja lagi sakit, doain cpet sembuh yaaaa

buat yang masii stayy mantengin MTML, sarangbeo 💗

•happy reading•
.
.

Sudah tiga hari semenjak kejadian itu, tapi belum ada tanda-tanda Kanza akan terbangun dari tidur panjangnya. Gadis itu masih setia menutup matanya dengan rapat.

Leano yang sedari tadi hanya diam duduk di kursi sebelah brankar Kanza, memandangi wajah istrinya yang teduh. Ia selalu berdoa pada Tuhan agar istri kecilnya membuka mata dan kembali menatapnya.

Ceklek!
Pintu ruangan Kanza terbuka, menampakkan dua sosok pria. Satu memakai setelan jasnya, dan yang satunya lagi pria setengah baya memakai pakaian biasa. Arya dan Tian.

Netra yang tadinya menatap lekat pada seorang gadis, beralih menatap pintu yang terbuka. Arya melangkah mendekat ke arah brankar Kanza. Mengabaikan sosok Leano yang sedari tadi yang juga menatapnya.

Setelahnya, Arya menoleh intens pada Leano kemudian beralih berjalan ke ambang pintu, "Saya tunggu kamu di luar."

"Susul Kakek. Kakek udah tau," Tian menepuk pundak Leano, memberi semangat. Sembari bibirnya yang tersenyum hangat menyalurkan kepercayaan.

"Tapi .." Tatapan Leano beralih menatap Kanza, enggan rasanya ia beranjak dari sisi istrinya walau hanya beberapa saat saja.

"Tenang. Ada gua," Tian meyakinkan.

Angin sepoi-sepoi yang sejuk menerpa wajah kedua orang yang sedang duduk di bangku taman dekat rumah sakit. Salah satunya sedang tertunduk dalam, alih-alih berbicara, menatap sang Kakek saja tidak berani.

"Apa alasan kamu, melakukan ini?" pertanyaan Arya tepat mengenai telinga Leano. Membuat pria itu mendongak menatap Kakeknya.

"Kamu, saya besarkan sedari kecil hingga sekarang. Tapi malah menjadi seperti ini, Leano?"

"Maaf .."

"Bukan dengan saya, tapi pergilah minta maaf dengan istri kamu!"

Arya sudah tersulut emosi. Bukan kepalang saat Tian menceritakan semua padanya saat di rumah, jika saja Leano bukan cucunya, ia sudah membunuh pria itu dengan sekali tembakan tepat di kepalanya.

"Cepat katakan, apa alasan kamu Leano!!" teriak Arya tepat di depan wajah Leano.

"Mamah. Karena Mamah," lirih Leano.

Deg!
Arya terdiam mendengar jawaban dari cucunya, menatap Leano penuh pertanyaan. Kenapa cucunya harus melakukan ini semua karena mendiang anaknya? Apa sebenarnya yang dipikirkan Leano selama ini.

"Tapi, kenapa?"

"Mamah meninggal bukan murni bunuh diri, Kek. Ada dalang dibalik meninggalnya mamah."

"Siapa?!"

Sesaat kemudian Leano menggeleng pelan, tanda tidak tau. Andai saja ia tau, kejadian ini mungkin saja tidak akan pernah terjadi. Kejadian yang akan membekas dalam di hati dan pikirannya.

Menikahi Tuan Muda Lugu [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang