003.

1.6K 83 4
                                        

Chaterinna mengambil nafas berat setelah mendapatkan omelan panjang lebar dari sang bos karena kemarin tidak masuk tanpa izin membuat keadaan lumayan berantakan. Gadis itu memijat pelipisnya dan segera membereskan barang-barangnya karena sekarang sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Mamanya kini masih menjalani perawatan di rumah sakit, dan setiap sore saat jam istirahat di cafe tempatnya bekerja, Chaterinna selalu datang untuk menjenguk. Hari ini keadaan mamanya sudah membaik, dan sudah mulai bisa tertawa seperti biasanya. Sungguh itu adalah pemandangan paling indah yang Chaterinna lihat hari ini.

Saat membuka pintu tempat makan tersebut berniat langsung pulang karena tubuhnya merasa ingin remuk. Chaterinna malah di suguhi wajah tak asing yang sempat dia lihat di cafe kemarin. Masih sama, bersetelan kemeja serta tas layaknya pria kantoran.

"Udah tutup?" Tanya orang itu lalu Chaterinna mengangguk sopan.

"Udah, maaf ya. Bisa kembali lagi besok.”

Orang itu mengangguk lalu langsung pergi dari sana setelah berpamitan. Chaterinna pun segera keluar dari sana dan mencari ojek atau apapun yang ada di sekitar sini untuk dia pulang. Namun saat kakinya mulai melangkah untuk mencari keberadaan ojek depan pengkolan gang biasa, tangan gadis itu malah di tahan oleh seseorang membuat dirinya langsung was-was.

Bukan apa, hanya saja ini sudah tengah malam. Takut begal, atau hal yang tidak di inginkan? Bisa berabe.

"Ini Heeseung, nggak usah lebay tutup mata segala. Gue nggak akan begal tas lo." Sungut Heeseung membuat Chaterinna langsung membuka matanya.

"Bisa nggak usah langsung pegang tangan, nggak? Kaget, orang juga punya jantung." Sahurnya tak kalah tajam.

Heeseung memutar bola matanya malas, "mau kemana? Pulang? Emang ada rumah?"

Chaterinna menepis tangan Heeseung, "nggak, gue tinggal bareng tante gue."

"Berdua?"

"Bareng suami nya,"

Heeseung mengangguk paham seraya kembali menarik pelan lengan Chaterinna. "Tidur di rumah gue lagi aja, ya?"

"Nggak mau."

Heeseung menghela nafas berat, "gue masih baik, loh! Tinggal ikut aja apa susahnya sih?"

"Gue bilang nggak mau, ya, nggak mau!"

。⁠:゚⁠(Bite To Heal)゚⁠:⁠。

Chaterinna menghela nafas berat seraya mendudukkan dirinya di atas sofa kediaman Heeseung. Benar, dia memang menolak awalnya, namun setelah dapat kabar dari sang tante, bahwa orang itu tidak akan ada di rumah malam ini karena pergi bersama keluarganya, Chaterinna mau tak mau menerima ajakan Heeseung yang sempat dia tolak sebelumnya.

Memang keadaan seperti ini sangat sulit untuk sebatas di iyakan, karena pada akhirnya Chaterinna pun harus mencoba memahami bahwa sudah banyak sekali cara yang di lakukan tantenya itu untuk mengusirnya dari rumah. Dia pun sebenernya sudah tidak mau tinggal di sana, namun apa daya dirinya juga jika hidup tanpa uang yang berkecukupan seperti ini?

Jangankan beli rumah, beli makan saja terkadang masih bingung harus gimana.

Heeseung mendudukkan dirinya di sebelah Chaterinna dan menyandarkan diri. Suasana di sini cukup remang karena lampu ruang tamu sengaja Heeseung matikan. Laki-laki itu tidak suka tempat yang terlalu terang, matanya sakit dan tidak nyaman.

"Would you like ice cream? " tanya Heeseung sedikit menoleh kepada Chaterinna yang sedang asik dengan ponsel jadulnya untuk mengirimkan kabar pada sang mama.

BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang