012.

1.3K 74 4
                                        

Chaterinna terdiam saat menyadari jika Heeseung berlari ke arah seorang laki-laki yang selalu datang terlambat ke restoran tempatnya berkerja dulu. Orang yang selalu datang saat restoran segera tutup dengan setelan baju kerja yang sangat kasual dan sopan, jangan lupakan jam tangan yang terus di pakai setiap waktu.

Chaterinna ikut berlari kecil menahan rasa sakit yang masih cukup terasa di bagian bawahnya. Terlebih lagi dia baru saja cuci darah, tubuhnya cukup lemas dan tidak bertenaga.

Bruk!

Heeseung memeluk erat tubuh laki-laki itu dengan erat membuat orang yang di peluk langsung memasang wajah sangat terkejut. Chaterinna juga ikut terkejut dan langsung segera mencoba melepas pelukan itu, karena jujur saja itu cukup memalukan.

"Salvatore è tornato." Ucap Heeseung membuat laki-laki yang masih di peluknya erat seketika meringis pasrah.

Laki-laki itu menatap Chaterinna seolah meminta bantuan, "tolong bawa suaminya, saya bukan bermaksud merendahkan tapi dia beneran nggak mabuk? Atau gila?"

Chaterinna tertawa canggung, "maaf, sekali lagi saya minta maaf." Wanita itu terus mencoba menarik Heeseung yang malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Are you alright? No pain? Healthy? Miserable? Please tell me." Heeseung berbisik pelan masih dengan pelukannya yang semakin kuat.

Laki-laki bernama Jay itu langsung mendorong tubuh Heeseung cukup kuat membuat pria yang tengah senang seketika menekuk sisi bibirnya.

"Kamu siapa? Kurang ajar, saya masih waras suka sama perempuan!" Marah Jay membuat Heeseung lagi-lagi menekuk sisi bibirnya.

Chaterinna tak henti-henti membungkuk meminta maaf kepada Jay yang langsung pergi dari sana setelah mengucapkan kata pamit, Heeseung sempat ingin menahan Jay agar tidak pergi namun wanita di sampingnya lebih dulu menahannya agar tidak mengejar orang yang tidak di kenal itu.

Heeseung terlihat seperti anak kecil, sangat berbeda dengan tadi pagi. Very dangerous hahaha.

"Cukup, Seung! Kita pulang."

"Tapi, Chat! This is important! Gue beneran harus ngomong sama dia, sekarang."

"Nggak sekarang, Seung. Sepenting apapun kalau cara lo begini, dia malah nggak nyaman."

Heeseung seketika menatap tajam kearah Chaterinna, "And how can I meet him again? Have a way out? Tell me."

Chaterinna dapat merasakan perubahan intonasi suara serta tatapan Heeseung yang seolah tengah menusuknya sekarang, Heeseung terlihat marah, bukan sepertinya sangat kesal.

"Dia selalu dateng ke restoran tempat gue kerja dulu, eum.. biasanya dia dateng waktu restoran baru mau tutup. Nggak usah khawatir, I don't know how important your business with him, but we can try to talk slowly. Kalau kayak tadi caranya siapa yang nggak kaget?" Jelas Chaterinna lalu Heeseung menghela nafas berat.

"Let's go home, try not to say anything in my car." Pinta Heeseung lalu setelah itu dia pergi lebih dulu ke mobilnya yang di parkiran di rumah sakit.

Walau berjalan seolah meninggalkan Chaterinna di belakangnya, Heeseung sesekali menoleh untuk memastikan wanita itu baik-baik saja. Heeseung tau dia sedang marah sekarang, but the woman is more important.

。⁠:゚⁠(Bite To Heal)゚⁠:⁠。

Sesampainya di kediaman pria bersurai hitam itu, Chaterinna langsung pergi menggantikan pakaian dan membersihkan tubuhnya untuk segera pergi beristirahat sedangkan sang pemilik rumah kini tengah mengotak-atik ponselnya di ruang tamu.

Selesai membersihkan diri, Chaterinna turun untuk mengambil segelas air putih karena dia masih memerlukan cukup air di dalam tubuhnya.

Wanita itu tengah melihat Heeseung yang kini tengah asik menonton televisi dengan wajah datar, di sana menampilkan film yang memang tidak cocok di tonton oleh orang di bawah umur. Tidak bukan hal kotor, tapi menyeramkan alias film yang menampilkan adegan-adegan sadis.

Menaruh niatnya nanti, Chaterinna memilih duduk di sebelah Heeseung yang tidak menoleh kearahnya sama sekali. Menelik sebentar sebelum Chaterinna menyadari sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak sadar jika dialah penyebabnya. Banyak sekali bercak keunguan di leher Heeseung yang sudah pasti Chaterinna yang buat tadi pagi, sungguh dia pun tidak sadar akan hal itu.

"Kenapa?" Heeseung bersuara tanpa menoleh membuat Chaterinna langsung berdecak canggung lalu menatap televisi sebagai sasaran.

"Bukan, kok. Eum, maaf."

Heeseung kali ini menoleh, "kenapa?"

"Gue nggak bermaksud sengaja ngerusak urusan penting lo tadi, tapi orang tadi beneran keliatan nggak nyaman, gue takut dia malah marah dan laporin lo ke polisi karena di kira macem-macem." Jelasnya mencoba dengan hati-hati.

Heeseung mengangguk pelan lalu mendekat, menangkup pipi Chaterinna dengan tangan kanannya lalu mengecup pelan bibir itu dengan lembut. Setelah itu Heeseung kembali fokus menonton televisi, dengan sungguh tidak ada niat berbicara apapun lagi.

Chaterinna hanya dapat terdiam, sesekali menyelipkan anak rambutnya karena merasa aneh pada dirinya. Tidak, jika begini terus bisa-bisa dia mati konyol hanya karena di cium oleh orang unik seperti Heeseung.

"Masih sakit, Chat?" Tanya Heeseung tiba-tiba membuat wanita itu kini malah linglung sendiri.

"Hah? Eh, iya, eh? Apanya yang sakit? Oh, iya-iya, eum udah nggak. Ah, lumayan maksudnya." Jawab Chaterinna terdengar gagap dan aneh bagi Heeseung, makannya pria itu langsung menyerit heran.

Heeseung mengangguk pelan walau masih merasa bingung, "besok mama lo gue yang jemput, lo di sini aja istirahat."

Chaterinna mengangguk paham, seketika terbersit sebuah pertanyaan pada otaknya yang ingin sekali ia tanyakan sejak tadi pagi. Sungguh, ini membuatnya bingung rasanya cukup takut untuk sekedar melontarkan pertanyaan ini.

"Seung, can I ask you something?"

"Of course, what do you want to ask?"

Chaterinna menunduk sejenak untuk mengambil nafas, "Sorry, but.. Is this your first time making love with a girl?"

Heeseung belum mau menjawab karena melihat raut Chaterinna yang dapat di baca bahwa wanita itu masih memiliki pertanyaan di kepalanya.

Pria itu mengangkat kedua alisnya penasaran,"So? Next question?"

"Uh.. Why, your mouth tastes like blood? when we kissed this morning."











































To be continued>>>>>>>>>>>>>>

BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang