Chaterinna membuka matanya perlahan saat cahaya matahari memaksanya untuk segera bangun. Dia melihat kearah sekeliling, entah mengapa tubuhnya seperti akan remuk menjadi beberapa bagian. Chaterinna mengubah posisinya menjadi duduk, memakai selimut sebagai bantuan untuk menutupi tubuhnya yang telanjang bulat.
Melihat kearah sekeliling dan mendapati kemeja Heeseung yang tadi subuh pria itu pakai sebelum akhirnya di lepas dan di lempar ke sembarang arah. Chaterinna berjalan perlahan mengambil kemeja itu dan langsung memakainya.
Heeseung sudah tidak ada di kamar ini, seperti pria itu sedang memasak di dapur. Chaterinna menuruni anak tangga dengan tertatih karena merasa cukup sakit di area inti nya. Wanita itu mencari keberadaan Heeseung dan betul saja, pria itu kini sedang asik berkutik di dapur.
"Seung?" Panggil Chaterinna membuat Heeseung langsung menoleh.
"Mau makan?" Heeseung berjalan mendekat lalu menuntun Chaterinna agar duduk di bangku yang sudah dia sediakan. Kini Heeseung menyiapkan berbagai macam makanan di atas meja, ada SOP Iga kesukaan Chaterinna dan ada juga bubur hangat yang terlihat begitu lezat.
"Makan dulu habis itu mandi," Heeseung berucap sembari menyendok kan nasi untuk Chaterinna.
Mereka pun mulai makan sambil berbincang, tidak ada yang membahas kejadian di pagi buta yang begitu gila bagi keduanya, namun entah mengapa ada yang ingin sekali Chaterinna tanyakan, tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat.
"Sakit?" Tanya Heeseung tiba-tiba.
Chaterinna mengangkat kepalanya lalu mengangguk, "sakit, paling nggak akan lama."
Sebenarnya Heeseung bermain sangat pelan dan hati-hati, tapi siapa sangka bahwa permainan yang mereka mainkan berlangsung sebanyak 3 kali?
Heeseung menunduk lalu tiba-tiba pria itu menutup wajahnya dengan tangan kanannya, tawa kecil mulai terdengar di telinga Chaterinna dan itu sedikit membuatnya bingung sekaligus heran.
"Kenapa?" Tanya wanita itu seadanya.
Heeseung menggeleng, "nggak, kok. Lucu aja tadi mukul-mukul gitu."
Chaterinna ikut tertawa, "heh! Siapa suruh narik rambut? Di pikir kambing!"
Pria itu lagi-lagi menatap wajah manis Chaterinna di sebrangnya. Setelah kegiatan yang mereka lakukan kemarin entah mengapa Heeseung maupun Chaterinna merasakan keintiman lain dari mereka, seperti mungkin terbilang cukup unik? Entahlah.
"Chaterinna," panggul Heeseung pelan.
"Apa?"
"Hari ini kita harus kontrol ke dokter, udah jadwalnya. Gapapa?"
Chaterinna mengangguk pelan, "iya, sekalian mau ketemu mama."
Heeseung langsung melotot panik, "jangan ngadu soal tadi!"
"Biarin,"
"Eh, jangan!"
"Bodo amat."
"CHATERINNA?! Jangan, dong."
Sang wanita saat ini hanya bisa tertawa melihat wajah memelas Heeseung yang terlihat begitu menyebalkan sekaligus sangat di kasihani.
。:゚(Bite To Heal)゚:。
Setelah selesai kontrol dan menemui sang ibu, Chaterinna maupun Heeseung memilih berjalan-jalan di sore hari bersama meninggalkan mobil di parkiran rumah sakit. Sebenarnya langkah Chaterinna masih sedikit tertatih karena rasa sakit itu terus menyeruak, terlebih lagi dirinya habis chek darah dan sebagainya di rumah sakit, tubuhnya nyaris tumbang sekarang.
Namun entah mengapa, dirinya pun memang masih mau berjalan-jalan, cuaca saat ini sangat sayang jika di sia-siakan.
"Chat, kalau nggak kuat kita pulang aja. Muka lo pucet, tuh." Ucap Heeseung sembari mengelus pelan rambut sang dara di sampingnya.
Chaterinna menggeleng, "nggak, ah. Di sini enak banget anginnya,"
Heeseung menghela nafas pelan lalu menatap fokus ke depan mencari suatu makanan yang mungkin cocok untuk di makan oleh Chaterinna sekarang. Tapi ternyata rata-rata di sini adalah makanan kaki lima yang jelas-jelas tidak akan sehat untuk Chaterinna yang sedang sakit.
"Kalau mama udah boleh pulang, gue mau pindah ke rumah tante lagi ya, Seung?" Tanya Chaterinna membuat Heeseung langsung menatap tajam.
"Chat, udah. Mama lo tinggal bareng aja di rumah gue, lagian rumah gue sepi nggak ada siapa-siapa."
"Tapi, Seung. Mau sampai kapan lo semua yang biayain? Gue mau kerja, dapet uang nikmatin semua hasil usaha sendiri,"
"Tapi kondisi kamu nggak bisa menuhin itu semua, jangan keras kepala. Kamu tinggal nurut, itu udah lebih dari cukup."
Chaterinna terdiam saat sadar Heeseung mengubah intonasi suaranya, jadi dia memilih untuk tidak mengucapkan sepatah kata apapun lagi, namun tanpa di sangka dirinya bertemu dengan seseorang yang pernah ia temui saat masih bekerja di restoran All you can eat. Masih dengan setelan baju kerja serta dasi yang rapih sama persis seperti waktu itu.
Chaterinna menunjuk seorang laki-laki di depan sana yang tengah membeli sebuah rokok di salah satu warung kecil, "dia emang pulang jam segini, ya?"
Heeseung mengikuti arah tunjukkan jari Chaterinna, sedetik setelahnya pria itu langsung berlarian menghampiri orang itu, sungguh sekarang Chaterinna jadi kebingungan sendiri harus bagaimana. Heeseung tiba-tiba berlari kencang kearah laki-laki di sebrang sana tanpa memperdulikan lagi keberadaannya.
Heeseung kenal orangnya?
To be continued>>>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG
Fanfiction[18+] "Please bite and heal me, Seung." warning : harsh words, mental health, mature content. Start : 20-01-24 End : -