019.

680 49 7
                                    

Flashback

Angin berhembus dengan kencang menerpa wajah kedua anak remaja yang tengah asik duduk di tepi pantai dengan mimik bahagia sambil berbincang mengenai banyak hal. 

Salvatore, anak laki-laki dengan baju kerajaan miliknya, dengan netra coklat gelap kini menyodorkan sebuah kalung kecil kepada temannya. Layaknya langit dan bumi anak laki-laki bernama Blade itu kini mengenakan baju yang begitu lusuh dan kotor, bahkan di pipinya juga terdapat luka-luka kecil sebagai pertanda dia dari rakyat kasta bawah di sini.

"Blade, save this for me." Salvatore menaruh kalung berliontin berwarna merah pekat itu kepada Blade dengan wajah yang kini berubah menjadi sulit di artikan.

Blade menggenggam kalung tersebut, "Where are you going? "

"Pergi jauh, kalau saya bisa."

Blade terbatuk lalu membaringkan tubuhnya menatap langit yang kini mulai menggelap. Sebagai manusia yang lemah dan di aliri banyak penyakit di dalam tubuhnya sangatlah sulit, kurang gizi, gagal ginjal, tak jarang kakinya tidak bisa berjalan dengan selayaknya. Blade terkadang merasa iri dengan tubuh Salvatore yang selalu terlihat sehat, walau sebenarnya banyak sekali luka yang temannya itu simpan selama ini.

"Apa jadi vampire itu melelahkan, kak?" Tanya Blade membuat Salvatore menoleh lalu tersenyum.

"Lumayan, hidup abadi sebenarnya tidak selalu bagus. Albatroz, selalu memaksa saya untuk menjadi kepala, saya hanya ingin hidup normal seperti kamu." Jelas Salvatore sebenarnya merasa iri juga dengan kehidupan manusia yang selama ini ia dambakan.

Blade kembali mengubah posisinya menjadi duduk lalu menatap Salvatore dengan lemah. "Kata tabib, hidup aku tidak lama lagi, kak. Penyakit di tubuh aku hampir menggerogoti habis jiwa sadar ku. Bukannya jadi abadi itu lebih baik dari pada harus merasakan sakit penyakit setiap hari?"

Salvatore menggeleng, "saya tidak bahagia sama sekali."

Blade memegang jantungnya yang terasa sakit, kenapa? Kenapa tiba-tiba? Blade terbatuk dengan kuat hingga terdengar suara nafas tercekat di sana, nafasnya seketika begitu berat hingga dia merasa nyaris lupa cara untuk bernafas. Salvatore yang melihat itu langsung terkejut dan menggenggam tangan Blade hingga terdengar suara kuda yang begitu ramai di dari arah belakang.

Itu adalah pelayan ayahnya yang akan memaksa dia pulang, karena malam ini adalah bulan merah pertama dari ribuan tahun lamanya. Selama ini Salvatore tidak ingin di angkat menjadi kepala kerajaan, dia hanya ingin hidup selayaknya tanpa memegang tanggung jawab begitu besar untuk bangsanya.

Salvatore selalu di siksa habis-habisan oleh sang ayah jika dia mengelak atau menentang perintah beliau. Hidup abadi hanya membuatnya merasa gila. Malam ini seharusnya ritual itu berlangsung, jika ritual pengangkatan dirinya menjadi kepala bangsa, Salvatore tidak akan bisa melihat manusia, terutama Blade.

Jika ritual ini berhasil berlangsung hingga akhir, manusia di zaman ini akan lenyap serta menjadi pesta besar-besaran untuk para vampire lain.

Salvatore menggendong Balde di pundaknya lalu segera berlari menuju hutan. Matahari sudah nyaris tidak terlihat, para pelayan dan penjaga kini mulai bergerak mencari keberadaan nya dengan kuda-kuda besar. Tidak ada vampire lain di zaman ini yang mampu menahan matahari selain dirinya.

Laki-laki bersurai ke emasan itu kini sampai di hutan, kini dia membaringkan tubuh Blade yang sudah lemas tidak berdaya, mata anak itu terpejam erat menahan rasa sakit sembari mengambil oksigen sebanyak mungkin yang dia bisa.

Salvatore menggenggam tangan Blade, hanya anak ini yang bisa mengajarkan caranya untuk menghargai layaknya manusia, hanya Blade yang bisa membawanya pergi jauh dari kejamnya peraturan, dan hanya Blade yang dapat membawanya ke titik terbahagia dalam hidupnya.

Blade kini menggenggam tangan Salvatore, "Kak, tinggalkan aku di sini saja."

Salvatore menggeleng, "untuk menjalani ritual itu? Lalu membiarkan kamu mati jadi santapan hewan buas di sini?"

Blade tersenyum kecil, "bukankah itu terdengar lebih baik dari pada aku harus mati kelaparan?"

Laki-laki berbaju kerajaan itu menggeleng lalu menatap bulan yang perlahan muncul. Umpatan terus keluar dari mulutnya, dia tidak mau kembali. Salvatore hanya ingin merasa tenang.

"Blade, aku lelah aku juga ingin merasa sakit dan mati seperti manusia." Salvatore menunduk.

Blade menggeleng lalu menepuk pundak Salvatore dengan kasih sayang. "Kak, aku sudah cukup bahagia, kakak bisa tinggalkan aku di sini, jadi santapan hewan buas tidak seburuk itu, setidaknya aku bisa beristirahat, tubuhku sakit kak, jiwa ku juga. Aku ingin pulang bertemu ibu dan ayahku di surga."

"Blade, saya tidak—"

STAK!

Salvatore mematung saat bercak darah terlepar mengenai wajahnya. Blade, dengan tubuh remuk dan jiwa hancurnya kini hanya terbaring dengan darah yang terus mengalir di kepalanya. Anak panah berukuran besar itu menusuk tepat di kepala anak yang tidak ada sangkut pautnya dengan ini semua.

Salvatore menoleh ke arah belakang mendapatkan Albatroz berdiri jauh sambil memegang busur dan anak panah lainnya. Wajah pria itu kini menyeringai puas lalu melepas busur di tangannya.

"Another food bonus at this party, huh?"ucap Albatroz lalu tertawa kecil.

Salvatore menatap Blade yang kini sudah tidak berkutik sama sekali. Anak itu kini menatap penuh amarah ke sang ayah. Mulutnya kini mulai berucap sebuah kalimat sakral yang seharusnya tidak di ucapkan oleh siapapun, terutama berdarah tingkat atas seperti Salvatore.

"My blood.. Il mio sangue scorreva sul suo corpo, Il mio sangue... il mio sangue Offro il mio sangue per lui. Nient'altro che una vita felice che colpisce. Il mio sangue, il mio sangue, la mia offerta di sangue, Blade." Salvatore mengubah tubuh tak bernyawa Blade menjadi duduk.

Albatroz yang melihat dan mendengar itu semua langsung berlari mendekat dan berteriak, "How dare you! SALVATORE!"

Salvatore kembali mengucapkan kalimat dengan tenang, "Il mio sangue, il mio sangue... Scorrendo in esso, la vita eterna, eterna e i miracoli lo colpirono. Blade, let's be happy forever."

"SALVATORE!"
































I bit him, then eternity came to him. Happiness, we walk there together. > Salvatore.









































Salvatore ritual translate: "Darahku mengalir di tubuhnya, Darahku... darahku Aku persembahkan darahku untuknya. Hanya kehidupan bahagia yang melanda. Darahku, darahku, persembahan darahku, Blade. Darahku, darahku... Mengalir ke dalamnya, kehidupan abadi dan keajaiban melandanya. Blade, mari kita bahagia selamanya."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










To be continued>>>>

BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang