010.

1.4K 74 5
                                    

Kini jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari, Heeseung sudah berdiri tepat di depan kediaman keluarga intinya tinggal. Rumahnya begitu besar dan mewah, namun sangat tertutup layaknya mereka memiliki alergi pada cahaya apapun. Bahkan suasana di dalam rumah bak istana ini cukup remang dan amat sunyi.

Ada salah satu pelayan di sana mendekat  kearah Heeseung setelah menyadari kehadiran tiba-tiba dari lelaki ini.

"I'll guide you Prince Blade." Tunduk pelayan itu dengan sopan lalu setelahnya segera menuntun jalan menuju ke sebuah ruang makan yang ternyata lebih besar lagi. Sudah bertahun-tahun Heeseung tidak pernah kembali ke sini, namun setelah mendapat undangan dari bawahan ayahnya, mau tak mau Heeseung datang untuk menemui sang ayah.

"While waiting for King Albatroz, Prince Blade wants to eat first? "

Kebetulan, Heeseung sangat lapar sekarang. Jadi Heeseung langsung mengangguk sebagai jawaban. Beberapa pelayan langsung menghampiri nya dan memberinya hidangan. Bukan berupa piring dan ayam di atasnya yang sungguh menggugah selera, namun sebuah gelas di penuhi sebuah cairan kental berwarna merah.

"Is this human blood? " Tanya Heeseung sebelum akhirnya benar-benar menyantap darah yang terlihat masih sangat segar itu.

"It's animal blood, Prince Blade."

Heeseung mengangguk pelan dan tak lama dia langsung meneguk darah itu secara bertahap. Dia hanya dapat menahan rasa lapar paling lama sekitar 10 bulan, itu pun rasa laparnya tidak tertahan lagi.

Suara langkah kaki perlahan terdengar, Heeseung tahu betul langkah kaki itu milik siapa. Seorang pria datang dengan wajah datar namun sedikit menusuk menatap iris mata Heeseung yang langsung menaruh gelasnya di atas meja.

Heeseung berdiri dan membungkuk dengan sopan. Pria itu mendekat dan langsung menampar wajah Heeseung dengan sangat kuat bahkan laki-laki itu nyaris terpental menabrak tembok yang ada di sampingnya.

"Who is she? Why are you close to human? Live in the same house, haha ​​you crazy! " Albatroz menatap sangat matah kearah Heeseung yang langsung berdiri tegap lagi. Namun kali ini iris Heeseung terlihat lebih tenang.

"But I was human too, when I was child." Ucap Heeseung membuat Albatroz meringis. Rasanya miris melihat anak yang seharusnya bukan bagian dari keluarganya ini bertingkah sangat gila.

"You are not my child."

"You are not my father either."

Albatroz menghela nafas berat lalu menunduk pasrah, tujuannya memanggil sang anak untuk memberitahukan kabar yang penting.

"Salvatore has been reincarnated, my subordinates discovered him."

Mendengar itu Heeseung langsung terdiam seperti di bungkam dengan hal yang selama ini sangat ia tunggu-tunggu. Laki-laki itu menunduk, kepalanya terasa berat namun di sisi lain entah mengapa Heeseung merasa sangat takut.

"I'm leaving here now, I'll excuse you king Albatroz." Pamit Heeseung tanpa sepatah kata apapun lagi setelahnya lalu segera pergi dari sana. Sang ayah maupun pelayan di sana tidak ada yang menahannya, mereka membiarkan dia pergi dari sana.

。⁠:゚⁠(Bite To Heal)゚⁠:⁠。

Chaterinna merasa tidurnya mendadak tidak nyaman, seperti ada yang bergerak di perutnya dan itu terasa sangat menggangu. Chaterinna pun langsung membuka matanya dan menoleh terkejut saat menyadari bahwa ada seseorang yang tengah memeluknya dari belakang dan mengelus perutnya dengan lembut.

Raut wajah Heeseung sangat datar namun iris matanya tidak. Tatapannya begitu kosong namun terlihat cukup kesal di saat bersamaan.

"Seung? Kenapa?" Tanya Chaterinna menyadari raut wajah Heeseung yang berbeda dari biasanya. Dia melirik kearah jam dinding dan sadar jika sekarang masih jam 4 pagi.

"Diem dulu, gue masih mau begini." Heeseung mempererat pelukannya sesekali mengendus pelan leher Chaterinna yang dari sana tercium aroma vanilla.

Chaterinna hanya bisa diam, sebenernya mengapa Heeseung begitu menempel dan sangat perduli padanya? Dan mengapa dirinya selalu menuruti segala kemauan laki-laki di belakangnya ini?

"Let me in now."

Heeseung mengigit pelan kuping Chaterinna dan sedikit memainkan lidahnya di sana. Tangannya yang pada awalnya berada di perut gadis itu kini turun ke tempat dimana bagian terlemah pertama Chaterinna. Heeseung memasukkan tangannya ke sana dan memainkan ibu jarinya dengan lembut, sang gadis saat ini hanya dapat melenguh terus menerus saat tubuhnya di kuasai oleh sang dominan.

Heeseung membuka dalaman yang di gunakan Chaterinna dan melemparnya ke sembarang arah. Dan tidak lupa Heeseung pun membuka miliknya.

"Seung, umhh..don't be like this, ouhh."

Heeseung tidak menghiraukan ucapan Chaterinna. When he felt he had enough, Heeseung began to enter Chaterinna slowly from behind. Heeseung growled under his breath, his breath hitched but he liked this.

"Does it still hurt? " Tanya Heeseung sembari memberi kecupan pada kening Chaterinna yang sudah berkeringat. Gadis itu kini masih menahan sakit yang begitu menusuk di sekujur tubuhnya.

"Chaterinna? give me an answer. Kalau nggak kuat gue bisa berhenti." Ucap Heeseung tepat di samping telinga Chaterinna.

"Move, I beg you." Mohon Chaterinna yang terdengar begitu gila di telinga Heeseung saat ini.

Laki-laki itu mengigit pelan pundak Chaterinna dari belakang dan kini dia pun mulai bergerak secara hati-hati. Heeseung dapat mencium bau amis di sekitarnya, he got that from the woman.

"Uhh..Chaterinna..umh." Heeseung menggeram lagi tepat di telinga Chaterinna membuat tubuh wanita itu mendapat sengatan lain.

They moaned into each other, making love for the first time for both of them. Sepertinya cahaya matahari menjadi saksi bisu mereka kali ini.




























To be continued>>>>>

BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang