Chaterinna menepuk pipi Heeseung dengan lembut karena menyadari Heeseung tengah bermimpi buruk sekarang, alis pria itu bertaut dengan nafas berembus kasar. Kini jam masih menunjukkan pukul 3 dini hari, dan Chaterinna belum lama datang ke kamar Heeseung sesuai janjinya tadi, mereka memilih langsung tidur namun belum genap mata wanita itu terpejam nyenyak Chaterinna terkejut dengan gerak gusar dari tubuh pria di sampingnya itu.
"Heeseung? Hey, Heeseung? you're okay?" Bisik Chaterinna saat Heeseung telah membuka matanya.
Heeseung menatap langit-langit kamarnya dengan kepala pusing dan jantungnya berdegup kencang. Heeseung mengubah posisinya menjadi duduk, perasaan nya begitu kacau karena ingatan nyaris se-abad lamanya itu kini kembali meneriaki tidurnya.
"Seung? Kamu mau minum?" Tanya Chaterinna dan langsung mendapatkan gelengan kepala dari sang lawan bicara.
Heeseung menoleh menatap wajah khawatir Chaterinna dengan sama khawatir nya. "Aku nggak boleh tidur. I have to look after you tonight, I'm selfish."
Chaterinna menyerit bingung, "Selfish? What do you mean, selfish? Kamu juga harus istirahat, kamu seharian kerja liatin laptop terus. Aku? Aku gapapa, aku juga nyaris tidur nyenyak tadi. Kamu tidur lagi aja, ya?"
Pria bersurai hitam itu menghela nafas berat, memijit pangkal hidungnya merasa pening. Albatroz, bajingan itu sekarang entah dimana, maka dari itu setidaknya dia harus lebih berjaga.
"Oh, iya!" Chaterinna tiba-tiba turun dari kasur dan meraih sebuah kertas di atas meja lalu menyodorkan nya kepada Heeseung. "Aku lupa kasih ini. Jay, ya? Aku lupa namanya, kayaknya Jay, ini nomornya aku ketemu dia di pasar waktu itu."
Heeseung meraih kertas itu dan menatap angka-angka yang tersusun di atas kertas kecoklatan itu. Lagi-lagi dia menghela nafas berat, kenapa waktunya tidak tepat?
Kring! Ting!
Ponsel Heeseung berdering, dia langsung bangkit dari kasur dan meraih ponselnya lalu berjalan ke dekat kamar mandi untuk segera menjawab panggilan masuk dari tempatnya berkerja saat ini. Chaterinna hanya dapat melihat punggung Heeseung dengan baju putihnya sedang berdiri dan bersandar di depan pintu kamar mandi pria itu. Berbincang itu terdengar serius, tak jarang Chaterinna mendengar Heeseung seperti tengah mempertimbangkan jawaban.
"Udah? Ada apa?" Tanya Chaterinna penasaran saat Heeseung kini berjalan mendekat ke arahnya yang tengah duduk di tepi kasur.
"Aku ada kerjaan dan harus pulang perkiraan seminggu kedepan, aku harus keluar kota. Kamu ikut, ya?" Ajak Heeseung sembari merapihkan anak rambut yang menghalangi wajah manis Chaterinna.
Wanita itu menggeleng pelan, "mama gimana?"
Heeseung tersenyum kecil dan dengan cepat dia memberikan beberapa kecupan singkat di bibir Chaterinna. "mama kamu juga ikut. Sekalian kita jalan-jalan."
Chaterinna mengingat-ingat jadwal ke rumah sakit bersama mamanya untuk seminggu kedepan. Sebenarnya dia ada jadwal cuci darah Minggu depan tapi sepertinya tidak masalah, kakinya pun sudah tidak bengkak dan tubuhnya sudah bisa bergerak normal walau terkadang masih sering terasa sedikit kelelahan tanpa sebab.
"Boleh, nanti aku omongin sama mama dulu." Jawab Chaterinna dengan senyum tak kalah lembutnya seperti yang Heeseung tengah berikan kepadanya saat ini.
Heeseung tersenyum dan mengangguk paham, pria itu kini menangkup wajah Chaterinna lembut dan mengelus pipi tirus itu dengan jempolnya. Sesekali memberi kecupan singkat di bibir, hidung dan mata sang dara.
Chaterinna mendorong dada Heeseung saat pria di hadapannya ini mulai berani memberi lumatan kecil di bibirnya. "Udah, nanti kebablasan. Udah mau jam 4 subuh, loh!"
Heeseung menekuk sisi bibirnya, "kan cuman cium doang,"
"Cium? Kamu selama ini cium-cium ujung-ujungnya kemana-mana." Dengus Chaterinna sembari mencubit kecil lengan Heeseung yang terasa besar untuk tangannya.
Heeseung melirik jam lalu menghela nafas berat, sepertinya pagi ini Heeseung sudah berkali-kali menghela nafas karena begitu banyak hal yang dia pikirkan. Terutama sekarang, kalau saja Chaterinna tidak menahan pasti sudah habis di makan olehnya pagi ini.
"Chat, tadi siang aku liat, ternyata ada banyak gaya yang belum kita coba, nanti kita praktik—" kalimat Heeseung terhenti saat Chaterinna menutup mulut pria itu dengan tangannya.
Chaterinna melotot, "sekarang tidur, ya! Kita harus istirahat, Heeseung!"
"Tapi aku mau coba, tadi ada yang bungkuk—"
"HEESEUNG!"
Tok..
Tok..
"Nak? Nak, Heeseung liat Chaterinna nggak, ya? Saya nggak liat Chaterinna di kamar soalnya,"
The conflict is getting closer~
nanti persiapin diri kalian yaaa... See you!To be continued>>>>>>>>>>>>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG
Fanfiction[18+] "Please bite and heal me, Seung." warning : harsh words, mental health, mature content. Start : 20-01-24 End : -