018.

839 58 4
                                        

Pukulan keras mendarat pada pipi pria bertubuh jangkung itu. Heeseung meringis lalu tertawa merasa lucu dengan kejadian yang begitu gila saat ini. Albatroz menarik rambut Heeseung dengan kuat hingga kepala pening itu mendongak menatapnya.

Luka yang tadinya mengucurkan darah begitu banyak di sisi bibir Heeseung perlahan sudah mulai sembuh dengan sendirinya tanpa menunggu waktu yang lama. Heeseung tersenyum menatap wajah Albatroz alias ayah tirinya dengan senyuman penuh menang.

"Repeat it again in front of my face." Suruh Albatroz dengan geraman kuat, wajah penuh amarah itu begitu menantang dengan penuh keyakinan seperti dapat membunuh habis orang di depannya.

"I would never bite a human, even if Salvatore needed my blood. He is now human, no longer your child whose abilities you always take advantage of. Understand? " Heeseung mendapatkan pukulan kuat lagi, kali ini di keningnya hingga tubuhnya tersungkur ke lantai dengan keras.

Servant, kill this damn man in front of me now." Suruh Albatroz kepada seluruh pelayan yang tengah menunduk takut. Tidak, bahkan tidak ada satupun pelayan yang berani maju untuk melukai Heeseung. Semuanya hanya diam dan menunduk menganggap perintah dengan lantang barusan hanya omong kosong.

Heeseung kembali tertawa lalu bangun, mata yang kini berwarna merah darah menatap begitu gelap ke pada ayah tiri nya sendiri. "Want to kill me? Nonsense." Ejeknya.

Albatroz mengeluarkan sebuah pisau berukuran cukup besar dari saku nya dan langsung menodongkan nya kepada Heeseung. "Prince Blade? Maybe a
I can't kill you, but your Chaterinna?"

Wajah Heeseung mendadak menjadi datar dan tajam, "Don't touch her,"

Albatroz terkekeh dan mendadak semuanya menjadi gelap gulita, Heeseung pun membuka matanya untuk menyadarkan diri secepat mungkin dan ketika sadar, kini dia sudah tidak berada di dalam rumah besar itu lagi tetapi ia kini berdiri tepat di sebuah minimarket dekat rumahnya.

"Teleport? Dia ngusir gue dengan cara ini? Damn it!" Heeseung menendang tong sampah di dekatnya hingga terjatuh.

Heeseung mendadak mematung dan langsung berlari menuju rumahnya. "Chaterinna, no, no.. don't touch her."

Heeseung seperti kehilangan kendali sekarang dia berlarian begitu cepat menuju rumahnya, suara geraman kuat nyaris berteriak saat Heeseung berhasil masuk ke dalam rumahnya dengan nafas yang sangat tidak beraturan. Dia berlari menuju kamar dimana Chaterinna berada, tanpa pikir panjang pria itu langsung membuka kamar tersebut dengan terburu-buru.

Wanita yang tadinya tengah asik mendengarkan lagu sambil membuka bajunya bersiap untuk mandi kini di buat terkejut bukan main dengan Heeseung yang baru saja membuka pintu kamarnya tanpa aba-aba.

Chaterinna yang setengah telanjang itu membulatkan matanya sempurna, "Heeseung?! Ngapain? Ada mama di kamar mandi, keluar cepet-cepet, hush." Chaterinna berlari mendekat ke arah Heeseung dan mendorong tubuh pria itu segera keluar dari kamar nya.

Nafas Heeseung masih sangat tersengal menatap Chaterinna dengan dalam. Hingga saat Chaterinna juga mulai menatap mata Heeseung sekarang, dia mendapati aura yang begitu berbeda jauh, bau yang tidak asing tercium di hidungnya, seperti bau.. abu?

"Chaterinna," panggil Heeseung dengan nada yang begitu gusar.

"Kenapa? Ada apa? Kok, lari-larian gitu? Seung? Kenapa?" Chaterinna begitu bertanya-tanya sekarang.

"Sleep with me tonight."

Chaterinna menyerit bingung menuntut penjelasan,"Seung?"

Merasa ambigu dengan ucapan Heeseung barusan Chaterinna menggeleng pelan sebagai jawaban dan mendorong lagi tubuh tinggi itu agar keluar dari kamarnya. Namun dengan tenaga yang cukup mendominasi, Heeseung menarik tubuh Chaterinna hingga nyaris terseret menuju kamar pria itu.

Chaterinna memberontak karena tangannya terasa begitu sakit, Heeseung membanting pintu kamarnya keras dan menguncinya.

"Seung? Lo gila?" Bentak Chaterinna tidak terima. Heeseung seolah tuli dan memilih segera membuang barang-barang yang akan menimbulkan kecurigaan bagi Chaterinna keluar jendela kamarnya.

"Seung, you are so fucking bastard. What do you want? " Bentak Chaterinna marah dengan tangan mengepal kuat.

Heeseung yang tengah berdiri di jendela kamar miliknya kini menatap wajah Chaterinna dengan tatapan sendu. Heeseung menunduk dan tangannya memijat kepala yang terasa begitu pening sekarang. Dia sangat kalang kabut tadi, Albatroz selalu seperti ini, orang itu sangat gila.

"Chaterinna, maaf." Ucap Heeseung pasrah dan berjalan mendekat ke arah Chaterinna yang masih diam menatapnya penuh rasa kesal.

Heeseung memeluk tubuh yang masih setengah telanjang itu dengan erat, sesekali memberi kecupan di kening wanita yang selama ini selalu ia tunggu kehadiran nya setelah Salvatore. Heeseung mengeratkan pelukannya saat sadar Chaterinna kini juga membalas pelukannya dengan erat.

Mereka menjauhkan tubuh mereka masing-masing untuk saling menatap, Chaterinna dapat merasakan tatapan hangat itu kembali pada Heeseung seperti biasanya. Chaterinna mengelus lengan Heeseung yang masih bertengger di pinggangnya.

"Ada apa?" Tanya Chaterinna masih kebingungan.

Heeseung menggeleng pelan lalu tersenyum, "maaf, aku nggak bermaksud. Aku, cuman takut..." Heeseung mengigit bibir bawahnya sambil menunduk menahan diri untuk tidak meledak-ledak sekarang.

Rasa bencinya kian begitu meningkat, Albatroz, dia sangat membenci pria itu sejak dulu. Sebelum Salvatore pergi pun, yang di pertanyakan hanya darah dan kekuasaan, bukan anak kandungnya sendiri. Walau kini darah itu mengalir di tubuh Heeseung, tapi dia tetap Blade yang selalu di rendahkan, dia tidak akan pernah jadi Salvatore sampai kapanpun.

"Seung?" Tanya Chaterinna lagi kini mengangkat wajah pria itu agar menatapnya. "Ada apa?" Kini suara Chaterinna jauh lebih lembut karena sadar kondisi Heeseung yang terlihat begitu kacau sekarang, walau dia tidak tau sama sekali apa penyebab utamanya.

Heeseung menggeleng lalu menghela nafas pelan, "tidur sama aku, ya?"

"Ada mama, mama masih bangun."

Heeseung melirik jam yang kini sudah menunjukkan pukul 1 pagi. "Kamu mau mandi jam segini?"

Wanita bersurai sebahu itu mengangguk, "tadi abis coba yoga sama mama, karena kata dokter sesekali aku harus olahraga, tapi jangan olahraga berat."

Heeseung melirik ke tubuh Chaterinna yang hanya berbalut bra hitam dan celana legging pendek yang cukup memperlihatkan bentuk paha dan pinggangnya. Heeseung berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tangan Heeseung kini naik untuk mengelus pinggang dan punggung Chaterinna, "tangan kamu sakit?"

Chaterinna lagi-lagi menggeleng pelan, "udah nggak, kok. Kamu belum mau cerita, ya?"

Heeseung mengangguk, "nanti aku cerita, tapi nggak sekarang."

"Mhm.. Seung, aku mau mandi! Awas!" Chaterinna mencubit tangan Heeseung karena pria itu baru saja meremas dadanya dengan lembut.

Heeseung tertawa kecil lalu mengecup kening Chaterinna, "kalau mama kamu udah tidur, kamu langsung ke kamar aku aja."

"Buat apa?"

"Take good care of you tonight."































































Hallo?? Aku kembali ^^ udah sebulan ternyata aku tidak update, maaf yaa kemarin aku tuh mau update niatnya tapi badan udah kecapekan, mumpung aku libur kerja aku sekalian update ajaa deh.. see u di next chapter 😾✌️














To be continued>>>>>>>>

BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang