002.

1.5K 73 3
                                    

Chaterinna membuka matanya perlahan, rasanya lemas dan pusing. Tubuhnya sungguh tidak berdaya, bahkan untuk sekedar terkejut saja dirinya tidak bisa.

Terkejut? Memangnya untuk apa?

"Eh, udah bangun?"

Mencerna keadaan sesaat sebelum Chaterinna langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Ini bukan rumah apalagi kamarnya, rasanya asing. Nuansa sederhana serta ruangan yang cukup remang karena lampu sengaja di matikan oleh pemilik rumah membuat gadis itu kini menatap sekitar mencari sumber suara.

Seorang laki-laki berambut hitam serta bertubuh tinggi itu berjalan mendekat kearah Chaterinna.

"Maling, ya?!" tuduh Chaterinna langsung di tepis oleh laki-laki itu.

"Ini rumah gue, lo yang di dalem sini ya berarti lo yang maling."

"Lo mau macem-macem, ya?!"

Heeseung berdecak sebal. "kalau mau macem-macem udah dari tadi malem kali."

Chaterinna melirik kearah jam dinding dan mendapati bahwa kini ternyata sudah subuh alias jam 2 pagi. Astaga bagaimana dengan pekerjaan nya? Dan bagaimana bisa dia ada di sini?

"Gue liat lo tiduran di gang, gue pikir orang mabuk biasa, pas di chek ternyata nggak bangun-bangun, muka pucet, kayak mau jadi zombie. Eum, gue Heeseung, nggak gigit kok selagi lo nggak minta duluan buat di gigit."

Chaterinna memijat keningnya karena mendengar ucapan ambigu dari Heeseung, dia seperti sedang bicara dengan anak kecil tukang lantur. "Kerjaan gue, duh, gimana ini?"

Heeseung terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali bersuara. "Istirahat aja, kayaknya tubuh lo nggak baik-baik aja. Gue sempet buatin teh, mau? Biar gue ambilin sekarang."

Aneh, asing dan menakutkan. Bagaimana dia ada di sini bersama orang asing. Walau rumah laki-laki bersurai hitam itu sederhana seperti rumah pada umumnya, namun tetap saja dia orang asing. Kaus putih yang di beri luaran kemeja kotak-kotak putih dan biru muda membantu menunjukkan bahwa orang di hadapan Chaterinna ini adalah orang baik-baik.

"Gue pingsan, ya? Terus gimana? Lo gotong badan gue sendirian?" tanyanya penasaran masih dengan perasaan hati-hati.

Heeseung mengangguk. "iya, gue gendong sampai sini."

Orang yang di rumah sakit, berlari sambil meloncat kan dirinya di setiap langkah dengan wajah girang. Benar, orang di hadapan Chaterinna adalah orang yang sama seperti di rumah sakit waktu itu. Mengepalkan tangan dan mengangkatnya seolah berkata 'semangat' kepada Chaterinna yang berbaring lemas di kasur penuh mesin.

Gadis itu menunduk melihat bajunya yang sudah, terganti.

"Baju gue?!" Chaterinna langsung menunjuk Heeseung dengan wajah terkejut.

Heeseung mengangkat bahunya tak acuh, "baju lo kotor, jadi tadi gue ganti pake baju gue yang sekiranya cukup di lo."

"Lo mesum, nggak sopan!"

"Gue nggak punya nafsu sama manusia penyakitan. Gue ambilin teh nya dulu, sebentar."

Menusuk, ucapan itu menyebalkan. Tapi tetap saja itu tindakan tidak sopan, mau taruh dimana muka Chaterinna sekarang. Bajunya di ganti oleh laki-laki tidak di kenal? Sungguh seharusnya hal ini tidak boleh terjadi.

Beberapa saat kemudian Heeseung datang dan langsung menyodorkan segelas teh hangat ke arah Chaterinna.

"Di minum, mumpung masih lumayan hangat." tawarnya.

Chaterinna masih merasa malu sekaligus kesal, "lo kurang ajar banget main asal buka baju- maksud gue, ganti baju orang sembarangan!"

Dengan wajah datar laki-laki bersurai hitam itu mendekatkan wajahnya, "gue udah bilang, gue nggak punya nafsu sama manusia penyakitan. Minum dulu, baru ngomel-ngomel lagi."

Chaterinna mengambil gelas itu dengan jutek lalu meminumnya perlahan, dia lebih membutuhkan banyak air putih sekarang.

"Seng?"

"Heeseung."

"Ada air putih?"

Heeseung mengerutkan keningnya, "nggak ada, kenapa? Lo mau air putih? Gue beli dulu, sebentar."

Belum genap Chaterinna mengucapkan kalimatnya lagi, Heeseung sudah berjalan keluar tanpa menoleh sedikitpun. Masalahnya manusia mana yang tidak menyediakan air putih di rumahnya? Padahal manusia sangat butuh air putih untuk keberlangsungan hidup.

。⁠:゚⁠(Bite To Heal)゚⁠:⁠。

"Mau kemana?" suara yang terdengar mengintimidasi terdengar cukup menusuk di kedua telinga Chaterinna.

Dia baru saja ingin melangkahkan kakinya keluar dari rumah ini, namun ternyata sang pemilik rumah sedang duduk diam di dapur yang terlihat sangat kosong tersebut. Bertanya dengan suara tajam saat menyadari bahwa tamu yang di bawa olehnya sendiri baru saja ingin pergi di jam 5 pagi.

Chaterinna tidak tidur, lebih tepatnya tidak bisa tidur dan ingin segera pergi dari tempat asing ini. Dia harus kembali mencari uang untuk keberlangsungan hidup ibunya.

"Mau pulang, makasih udah bantu gue. Gue pamit,"

"Muka lo masih pucet banget, mau kemana?"

"Mau ke pasar, mau bantu jualan roti punya tetangga di sana. Kenapa?"

Heeseung bangkit dari duduknya dan berjalan kearah Chaterinna yang sedang memakai sepatunya. Laki-laki itu membungkuk menyamakan tingginya dengan Chaterinna yang lebih pendek darinya.

"Jangan kemana-mana," ujarnya pelan.

"Ngaco! Gue harus kerja, nggak mungkin di sini terus, gue nggak biasa ada di rumah orang asing. Makasih, ya? Gue pamit, banyak urusan."

Heeseung menahan tangan Chaterinna yang ingin membuka pintu rumahnya. Laki-laki itu menyodorkan sebuah botol air putih kepada gadis di hadapannya.

"Bawa airnya, jangan lupa di minum."

Chaterinna mengambil botol berukuran cukup besar itu dari tangan Heeseung. "Makasih, banyak! Gue pergi dulu, kapan-kapan kalau ketemu lagi gue bakal sedia bawa panci."

"Buat apa?"

"Mukul orang mesum yang asal gantiin baju gue tanpa izin, gue pukul biar mampus sekalian."

Heeseung terkekeh, "kayak bisa aja,"

Chaterinna mendengus sebal dan melambaikan tangannya, "lo juga jangan sampai pakai baju ijo daun-daun lagi, jangan sakit!"

Heeseung mengerutkan keningnya bingung lalu perlahan dia ingat, jadi gadis di hadapannya ini orang yang dia beri semangat waktu di rumah sakit? Jadi Chaterinna orang yang tergeletak lemas waktu itu. Heeseung ingat sekarang.

"Nama?"

"Chaterinna,"

"Take care of yourself, jangan sampai pakai baju ijo daun-daun lagi, Chat."

Chaterinna mengangguk, "semoga?"

"Udah sana pergi, nanti gue macem-macemin malah bawel."

Gadis itu memasang wajah terkejut dan Heeseung membalasnya dengan wajah mengejek. Sedikit tengil, namun terkadang bisa seperti orang lain yang berbeda.

"Sial!"





























To be continued >>>>

BITE TO HEAL | LEE HEESEUNG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang