Usapan tangannya pada bingkai foto keluarganya yang sudah usang.
Butiran air mata mengiringi usapannya.Dadanya sesak melihat senyuman mommy, daddy, dan Adaline ketika masih harmonis dulu sebelum Gisella lahir dan membuat ekonomi keluarganya semakin sulit.
"Tidak ... Ini bukan salah Gisella," gumam Adaline.
Ia tak ingin membenci adik kandungnya sendiri, satu-satunya keluarga yang ia punya.
"Jika Aline menjual diri dari dulu apa mommy akan masih hidup setelah memperoleh pengobatan."
"Tapi mommy pernah mengajari Aline untuk menjaga tubuh Aline."
"Apa mommy di alam sana terluka karena tubuh Aline sekarang sudah kotor?"
Monolog Adaline.
Ia terisak, banyak sekali rasa sakit yang ia rasa.
Memang benar ia adalah seorang hyper sex tapi dia masih bisa mengontrolnya.
Dia sangat membenci tubuhnya, kotor dan murahan.
"Mommy ... maafin Aline karena sudah mengingkari janji Aline untuk menjaga diri."
Adaline memeluk tubuhnya sendiri.
Ia sangat membenci keadaan bahwa dia terlahir miskin.
"Andai lelaki bejat itu tidak menyentuhku ... Mungkin aku tak akan menjadi semurahan ini," gumam Adaline.
"Sudah terlanjur kotor untuk kembali."
"Jika harga diriku sudah terinjak sebabku sendiri maka ambisiku harus dapat terpuaskan."
Hahahaha
Adaline tertawa, kemudian menangis histeris.
Ia memang sudah gila.
Adaline mengambil peralatan lukisnya. Ia mulai menuang torehan tinta di atas kanvas.
Warna hitam mendominasi lukisannya. Ia menyayat kanvas dibagian dada lalu memberi warna merah bak darah.
Terlihat gadis yang tengah berlutut dibawah hujan dengan goresan merah di dadanya. Air mata menemani air hujan yang mengalir.
Adaline merasa lukisannya sudah sempurna.
Sempurna dalam menggambarkan dirinya.
---
"Tajamkan lagi pandangan matamu!" titah James, fotografer.
Kini Adaline memperoleh job sebagai model sampul majalah.
Adaline menuruti perintah James.
"Nice." James tersenyum dan memotret berbagai pose dari Adaline.
"Is it enough, James?" tanya Adaline.
"Yeah, good job. Gorgeous!" Puji James.
"Terimakasih, James. Kalau gitu aku pamit dulu, ada job lain lagi. Bye guys!" Adaline berpamitan pada para kru pemotretannya sebelum pergi.
"Bye, Adaline."
--
"Pakai ini, Aline. Ini cocok dengan bentuk tubuhmu." Clarissa, manajer Adaline. Memberi saran untuk outfit Adaline dalam memerankan "brissia" dalam "girl's revenge"
"Ya, sa. This dress is so amazing. Kamu gak pernah gagal dalam memilihkan pakaian," puji Adaline sembari tersenyum.
Clarissa merasa bangga.
"Yeah, kalau aku gagal maka aku bukan Clarissa!" ucapnya, sombong.
"Haha! Anyway gimana liburan kamu kemarin seharian?" tanya Adaline. Dia memberi Cuti untuk Clarissa sehari.
"Indah sekali. Aku dan pacarku menghabiskan banyak waktu disana. Kami melakukan banyak hal, dan tebak apa yang paling berkesan?" Mata Clarissa berbinar.
Adaline penasaran.
"Apa?" tanyanya.
"Alex melamarku! Aline akhirnya im gonna marry him!" teriak Clarissa, lalu memeluk Adaline.
Adaline tersenyum lebar.
"Selamat, Rissa. Jangan lupa undangannya nanti."
"Sure. Ga mungkin bos aku gak aku undang, kan?" gurau Clarissa.
"Bos? Kita teman, Rissa." bantah Adaline.
Clarissa tersenyum.
"Aku hanya bercanda, Aline. Kamu adalah teman terbaikku. Terimakasih sudah menjadikan aku manajermu sehingga aku bisa merubah hidupku secara perlahan."
"Jika kamu tidak memberiku pekerjaan mungkin aku sudah dijual pada pria hidung belang. Aku tak ingin menjadi wanita sehina itu yang menjual dirinya sendiri," lanjut Clarissa.
Ekspresi Wajah Adaline seketika berubah.
Memang Clarissa belum mengetahui bahwa ia menjual dirinya.
"Apa pendapatmu tentang wanita yang menjual dirinya, Rissa?" tanya Adaline, meski jantungnya sudah berdegup sangat kencang.
"Dia tidak menghargai dirinya sendiri, terutama tubuhnya. Bagaimana mungkin ia memberikan tubuhnya pada orang yang tidak dia cintai? Apalagi pasti entah berapa banyak lelaki yang sudah merasakannya. Aku bertanya-tanya apakah wanita seperti itu akan menikah nantinya?" ucapan Clarissa membuat tubuh Adaline bergetar.
"Kamu kenapa, Aline?!" Clarissa panik melihat tubuh Adaline yang tiba-tiba lemas.
"Aku rasa penyakit asam lambung ku kambuh. Aku belum makan, Rissa," alibi Adaline.
Belum makan dan mendapat tekanan dari ucapan Clarissa yang sangat benar adanya membuat asam lambungnya kumat.
"Ayo kita ke rumah sakit saja!"
Clarissa memapah Adaline.
Sedangkan pikiran Adaline sangat kacau.
"Serendah itukah aku?" Batin Adaline.
"Apa suatu hari nanti ada pria yang mau menerima dan menikahi ku?"
Karena cinta, bukan tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelacur Merah
Romantizm{Follow/ikuti penulis dulu sebelum baca!} 21+⚠️ Adaline Margarrete, seorang selebriti yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisinya menjadi artis papan atas. Gairah fantasi membuatnya berani menjerat konglomerat untuk menunjang karirnya. "Y...