"Why Don't You Stay?" [Part 2]

3 1 0
                                    

Malamnya.

Jeff yang sedang memetik gitar di atas kasur menoleh melihat teman sekamarnya kembali.

Pria itu, Kwan, berhenti sejenak menatap Jeff. Ia terlihat sangat canggung. Ia hendak berjalan menuju meja belajarnya, namun ia berhenti. Ia melirik Jeff dan berjalan canggung ke arah pria itu, "H-hai.." sapanya.

Jeff tersenyum lucu, "Hai..." ia meletakkan gitarnya ke kasur dan bergerak bangkit, ia mengulurkan tangan pada pria itu.

"Jeff.."

Kwan tertegun melirik tangan Jeff, lalu ragu-ragu menyambut uluran tangan itu. "Kim Kwan.." jawabnya.

Jeff mengangguk mengerti, "Kau jurusan Ekonomi kan?"

Kwan mengangguk membenarkan, "Ya.."

"Aku jurusan musik, beritau aku jika aku terlalu ribut ya." Ucap Jeff memberitau.

Kwan tersenyum tipis, "Ya..." jawabnya. Ia mengangguk sopan dan berjalan ke mejanya.

+++

"Bagaimana teman sekamarmu?" Tanya Jaeyoung setelah bermain basket dengan Jeff, itu adalah kegiatan wajib mereka setiap malam Rabu.

Jeff menyeka keringatnya dengan handuk kecil, "Dia sangat pendiam, awalnya canggung sekali. Tapi sekarang sudah lebih terbiasa, anaknya tidak bawel dan cukup baik." Jelasnya.

Jaeyoung mengangguk mengerti, "Syukurlah.."

Jeff berpikir sejenak, "Tapi sejujurnya.. aku merasa sedikit terganggu akan sesuatu."

Jaeyoung memandang Jeff penasaran, "Apa?'

Jeff berpikir sejenak, "Anak itu, sepertinya ada sesuatu yang dia sembunyikan."

Jaeyoung mengerutkan dahi, "Kalian baru beberapa minggu menjadi teman sekamar, wajar kan?"

Jeff menghembuskan nafas panjang, "Benar juga.." ucapnya sendiri.

Beberapa minggu kemudian.

Jeff menyandang tas gitarnya dan hendak keluar dari kamar saat Kwan yang berjalan dari meja belajar nyaris tumbang dan terduduk di pinggir kasurnya. "Oh! Kau baik-baik saja?" Ia meletakkan tas gitarnya lagi dan menghampiri Kwan.

Kwan yang berkulit pucat saat itu terlihat seperti mayat hidup, seperti tidak ada darah yang mengalir di wajahnya.

Jeff memegang bahu Kwan, "Kwan.. kau baik-baik saja?" Tanyanya lagi.

Kwan menghela nafas dalam dan tersenyum tipis, "Ya, hanya sedikit pusing saja." Jawabnya.

Dahi jeff berkerut, tangannya menyentuh dahi Kwan. "Ya tuhan, kau panas sekali."

Kwan menyentuh dahinya, keringat terlihat mulai memenuhi wajahnya.

"Tidak bisa.. berbaring dulu." Jeff memapah Kwan ke tempat tidur dan membaringkannya ke bantal. Tanganya mengangkat kaki Kwan ke kasur, "Sebentar.." ucapnya, lalu bergegas pergi.

Di tempat tidur Kwan memperhatikan Jeff pergi, udara panas memenuhi wajahnya dan matanya terpejam.

Siang itu, Jeff tidak masuk ke kelas karena panas Kwan sangat tinggi. "Aku sudah mengompresnya, tapi panasnya masih tinggi. Bagaimana ini?" Tanyanya di telepon.

Jaeyoung menghembuskan nafas panjang, "Memangnya aku dokter?" Keluhnya.

"Coba bantu aku berpikir.. aku benar-benar tidak bisa memikirkan apa pun." Ucap Jeff frustasi, "Perlukah aku menghubungi ambulance?"

"Tidak perlu berlebihan." Jawab Jaeyoung, "Sebentar, aku menghubungi kekasihku dulu. Mungkin dia tau..."

"Hmmm.. segera kabari aku ya." Jawab Jeff, lalu menarik ponsel dari telinganya. Ia duduk di kursi meja belajar Kwan, matanya memandang ke kasur.

Kwan terbaring di tempat tidur, dahinya dikompres dengan handuk basah. Kemejanya yang rapi dibasahi keringat.

Tring!

Jeff langsung menatap layar ponselnya, "Kompres, sudah.. Ganti pakaian?" Ia memandang Kwan, "Ahh.. benar." Ia bergegas bangkit, menghampiri lemari baju Kwan dan membukanya, ia terkejut melihat betapa rapinya pakaian disana. "Wuaah... benar-benar.." ia mengambil satu baju kaus dan celana tidur, lalu kembali ke tempat tidur. "Masih ada orang mengenakan pakaian serapi dia.." komentarnya sembari membuka kancing kemeja Kwan yang paling atas. Ketika membuka kancing kedua ia terpaku melihat sesuatu yang tidak biasa di kulit pucat Kwan. Tangannya melebarkan kemeja bagian atas dan menyadari ada memar di sisi kanan dan kiri leher pria itu yang tertutup kerah kemeja tadi. Dahinya berkerut, lalu melepaskan semua kancing kemeja yang tersisa, ia tidak bisa berkata-kata melihat memar-memar lain di tubuh Kwan. Matanya menatap pria itu tak percaya.

—————————
Terima kasih sudah membaca tulisanku, jika kamu suka silahkan simpan ceritaku ke list-mu agar mendapatkan notifikasi ketika ceritanya update dan jangan lupa vote & komen.

Love, Wednesday Hwang ♥️
—————————

The Song I Wrote about youWhere stories live. Discover now