Kwan memalingkan wajah dari pria di depannya, "Kak... hentikan.." pintanya pelan sembari mendorong bahu pria itu.
Pria yang bersama Kwan menahan belakang kepala pria itu, menciumi lehernya penuh nafsu.
"Kak..." pinta Kwan lagi.
Pria tadi berdiri tegap dan memaksa Kwan berlutut, "Kenapa? Kau jadi sangat nakal sekarang!" Ucapnya dan membenamkan wajah pria itu ke selangkangannya.
Kwan mendorong pria itu dan memalingkan wajahnya, "Kak..." pintanya menahan tangis.
Pria itu menatap Kwan kesal, tangannya terulur ke wajah pria itu dan mencengkram dagunya. Ia berhenti saat sebuah tangan memegang lengannya.
Kwan tertegun melihat tangan seseorang di tangan pria itu, lalu mendongak. Ia terpaku menyadari siapa pria itu.
Jeff menatap Kwan tanpa ekspresi, "Kim Kwan, ayo pulang.." ajaknya. Ia menarik tangan pria itu bangkit.
"Hei!" Seru pria tadi sembari hendak menahan Kwan.
Jeff menepis tangan pria itu dan menunjuk wajahnya, "Dia memintamu berhenti!" Tegasnya.
Pria itu menatap Jeff tak terima, "Pria itu kekasihku!" Serunya.
Jeff melirik ke belakang, Kwan tersentak kaget saat pria itu berseru, sampai mencengkeram erat lengannya. Ia kembali menatap pria itu marah, "Berhenti! Berarti berhenti!" Tegasnya lagi. Ia berbalik dan merangkul Kwan keluar dari toilet pria.
"Kim Kwan!!! KWAN!!" Teriak pria itu seperti orang kesetanan.
Kwan berhenti sebelum keluar dari toilet pria, kedua tangannya gemetaran. Ia menoleh ke arah pria itu.
Jeff mempererat rangkulan tangannya di bahu Kwan dan memaksa pria itu melangkah bersamanya.
Kamar Asrama.
Jeff duduk di pinggir tempat tidurnya memperhatikan Kwan yang berbaring membelakanginya, meskipun begitu ia bisa mendengar suara tangisnya. Ia melirik ke bawah dan mengeluarkan ponsel dari sakunya, nama Sungah muncul disana dengan getaran panjang. Ia diam sejenak, lalu meletakan benda itu ke kasurnya. Ia bangkit dan berjalan pelan ke tempat tidur Kwan. Hati-hati ia berbaring di belakang pria itu dan memeluknya dari belakang.
Kwan melirik tangan Jeff yang memeluknya.
"Tidak apa-apa, kau aman disini." Bisik Jeff, ia menyandarkan dahinya dengan nyaman ke punggung pria itu.
Kwan diam sejenak, tangannya perlahan bergerak memegang tangan Jeff yang memeluk tubuhnya.
Jeff mempererat pelukannya.
Kwan memejamkan mata dan kembali menangis.
Setelahnya.
Kwan duduk memeluk lutut di sebelah tempat tidurnya, berhadapan dengan Jeff yang duduk bersandar ke tempat tidur pria itu. Kedua matanya masih sembab dengan wajah menghadap ke bawah.
Jeff menatap Kwan beberapa saat, "Pria tadi kekasihmu?"
Kwan diam dulu, terlihat ragu menjawab. "Hmmm.." gumamnya pelan.
Jeff menatap Kwan lekat, "Kau yakin?"
Kwan memandang Jeff, tidak begitu yakin akan jawabannya sendiri.l
Jeff menatap Kwan menunggu jawaban.
Kwan memandang ke bawah, jari-jarinya saling mengait gugup.
Jeff menghela nafas dalam, lalu memajukan duduknya ke hadapan Kwan. "Kwan..." panggilnya pelan.
Kedua mata Kwan mulai di penuhi air dan bulir-bulir kembali mengaliri pipinya.
Jeff memegang dagu Kwan dan mengangkatnya perlahan, menatap kedua mata pria itu lekat. "Kau perlu bantuan?"
Kwan terisak lagi, "Dia tidak selalu kasar seperti itu."
Jeff menghela nafas dalam mendengar ucapan Kwan, kedua tangannya memegang pipi pria itu. "Dia menyakitimu."
"Dia... berkata dia mencintaiku..." Kwan menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menangis tersedu-sedu.
Jeff menatap Kwan sedih, kedua tangannya menarik pria itu ke pelukannya dan mengelus belakang rambutnya lembut.
—————————
Terima kasih sudah membaca tulisanku, jika kamu suka silahkan simpan ceritaku ke list-mu agar mendapatkan notifikasi ketika ceritanya update dan jangan lupa vote & komen.Love, Wednesday Hwang ♥️
—————————
YOU ARE READING
The Song I Wrote about you
Любовные романыBagi seorang musisi, sumber inspirasi bisa datang darimana saja. Bagi Jeff Lim, pasangan adalah sumber inspirasi favoritnya. Suatu hari, setelah pindah ke Asrama kampus, ia jadi bersahabat dengan teman sekamarnya. Setelah berpisah dari kekasihnya...