Dipercayai sebagai navigator William berjalan memimpin penuh kehati-hatian dengan headlamp yang berada dikepalanya. Dia meraba-raba jalan menanjak dengan satu tongkat tumpuan agar tidak terpeleset karena licinnya medan tanah.
Dibelakangnya, Deven dengan langkah berat dan lambat terus berusaha untuk berjalan naik. Dari sini saja mereka dapat menyimpulkan bahwa bukit kelinci ini jarang sekali terjamah manusia terlihat dari kanan kiri sisi jalan ditumbuhi ilalang yang rimbunnya sampai membuat jarak pandang semakin gelap.
Berkali-kali mereka terpaksa harus merangkak melewati tumbangan pohon besar atau terowongan tumbuhan berduri hingga berkali-kali kulit tersayat sampai memerah dan panas. Belum lagi tantangan membawa Anneth membuat mereka harus bahu membahu bertukar peran untuk bisa membawa raga Anneth.
Suara kodok bersahutan, uakan burung hantu dan lolongan anjing hutan turut meramaikan perjalanan sunyi dari kaki yang sudah dihantam habis-habisan. Deru napas itu menembus gelapnya malam dan menerbangkan burung-burung yang tengah bersantai didahan pohon. Sam yang berjaga paling belakang dituntut harus selalu cepat tanggap memegangi Deven ketika langkah lelaki itu oleng.
Tiga jam mereka menjejal tanah yang polanya terus menanjak akar beriapan mereka jadikan pegangan hingga tangan sudah tidak lagi bersih. Melewati anak sungai sebatas lutut, melawan rasa dingin yang menusuk pori-pori kulit. Saat ini dihadapan mereka sudah terdapat sebuah dataran kecil ada lorong goa sempit yang terbuat dari patahan batu raksasa seperti cocok untuk dijadikan tempat berteduh. Dikedua sisinya terdapat pepohonan yang tidak terlalu besar tumbuhan merambat hijau turun menjuntai layaknya tirai yang tertutup.
" Kayaknya kita udah di puncak bukit satu" asumsi William yang berhenti sejenak setelah matanya melihat pemandangan sekitar. Dia menemukan satu punggungan bukit lagi, lalu headlamp-nya dia arahkan pada satu titik."Itu pasti bukit duanya"
" Sini giliran gue yang bawa Anneth" Sam mengusap keningnya yang berkeringat lalu menggantikan tugas Deven seperti kesepakatan diawal.
Mengingat jarak tempuh yang masih panjang istirahat tidak sampai tiga puluh menit. Dengan Anneth yang berada dipunggung Sam sekarang dan Deven yang menjadi penutup barisan. Langkah kembali diayunkan tapi tidak lama langkah kembali berhenti saat dihadapkan dengan terowongan goa yang gelap gulita. Seakan-akan terowongan itu akan membawa mereka pada dimensi dunia yang berbeda.
" Kita harus masuk?" Sam bertanya segan.
" Ya, kalo Lo punya sayap kuda terbang kita bisa lewat udara" balas William melengos malas.
Membasahi bibir sebentar Deven berkata."Tapi mau nggak mau kita emang harus masuk, kata pak Rusman rutenya lurus. Apapun yang ada pokoknya lurus"
" Udah, percaya aja sama orangtua" kata William menyimpulkan dengan cepat."Bismillah aja Sam, pasti hasilnya Alhamdulillah"
" Dia katolik goblok!" Deven mengetok kepala William dengan senter, lelaki itu meringis sementara Sam membenarkan dulu Anneth agar posisinya lebih nyaman.
Tepat saat kaki mereka masuk selangkah, riuhan burung gagak langsung menyambut ramai. Bahkan burung hitam dari berbagai ukuran terbang diatas mereka, kalang kabut karena ada penerangan. Jika diperkirakan panjang terowongan ini hanya mencapai lima meter, namun semakin mereka masuk kedalam terowongan super gelap itu, bau kemenyan yang dibakar langsung menyambut menusuk pertahanan sampai mereka mual-mual dan menutup hidungnya rapat-rapat. Mereka terus memilih bernapas dengan mulut, udara sekitar sesak dan pengap tambah jauh mereka melangkah tambah lembab juga apa yang mereka rasakan mungkin tidak terjamah sinar matahari. Mereka seperti berada diruangan banyak mayat yang sudah dibiarkan membusuk lama sekali.
Beberapa kali penglihatan mereka menemukan bekas sesajen lengkap dengan dupa yang sudah padam. Taburan bunga warna warni yang mengelilingi juga bekas kulit ular yang berserakan dimana-mana. Cicitan binatang-binatang kecil terdengar disela-sela batu. William semakin mempercepat langkahnya saat menemukan kemenyan dan dupa yang masih menyala seakan-akan ada manusia yang baru saja menyalakannya. Mereka bisa menarik kesimpulan jika tempat ini seperti tempat untuk bertapa atau mungkin ritual pesugihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS MANTAN [END✓]
Подростковая литератураNiat liburan malah ketemu mantan! Apa yang akan kamu lakukan jika liburan yang kamu pikir akan menyenangkan malah berubah menjadi bencana hanya karena hadirnya orang dimasa lalu?? Ini cerita Deven-Anneth serta anak iij2018 lainnya yang nggak suka bi...