" Alhamdulillah akhirnya sampai bawah dengan selamat"
" Untung nggak ada kejadian kayak yang dimimpinya bang Sam ya?" Ujar Joa.
" Jangan sampai ih!" Nashwa refleks bergidik."Ngeri banget"
" Lo aja yang denger ngeri, gimana gue yang ngalamin? Trauma gue sama tidur sore-sore" Cetus Sam bergidik sendiri mengingat mimpinya.
Menghentikan kekehan, Anneth mengalihkan pandangannya sebentar dan langsung dihadapkan dengan seseorang yang turun dari mobil."Itu Marsha"
Semua orang mengikuti arah pandang gadis itu, Joa dan Charisa langsung melambaikan tangan membuat seorang gadis dengan outer hitam berlari kecil kearah mereka.
" Hallo" Sapa Marsha ceria, tawanya menular ke anak-anak yang satu persatu menyalami Marsha dengan salam khas keluarga Mapala. Mereka seperti anak yang baru saja bertemu dengan ibunya.
" Gimana? Lancar perjalanannya?"
" Lancar Sha, bendera Mapala Trisakti berkibar dibawah bendera merah putih" Sahut Sam
" Alhamdulillah, selamat kalian hebat"
Sebanyak dua mobil Avanza berwarna putih itu iring-iringan tidak terlalu jauh mobil yang didepan dikendarai oleh karyanya Papa Marsha yang kebetulan membuka usaha sampingan rental mobil. Sementara mobil belakang yang semula disetir oleh Marsha saat berangkat kini beralih dikendarai oleh Friden yang mengangkut anak laki-laki. Satu persatu, kendaraan itu berbelok memasuki pom bensin, bukan untuk mengisi bahan bakar melainkan untuk berburu toilet.
Seperti manusia lainnya, mereka juga butuh mandi, tidak nyaman rasanya memakai baju kotor dan setengah basah. Kamar mandi di pom daerah sini mempunyai lima bilik untuk masing-masing jenis kelamin. Jadi tidak usah lama-lama untuk mengantri giliran. namun, sepertinya Nashwa tidak kebagian di kloter pertama karena saat tiba disana rupanya juga ada pengunjung lain yang ikut mengantri tidak hanya rombongan mereka saja. Maka dia memutuskan untuk duduk didepan minimarket yang menjual oleh-oleh khas Lombok yang letaknya tidak jauh dengan masjid rest area itu.
Menselonjorkan kakinya, Nashwa menatap lurus sepatu yang begitu kotor. Isi kepalanya terasa penuh, tak jelas arahnya seperti benang kusut. Dia ingin berhenti berpikir, namun seperti ada roda yang betah berputar didalam sana. Nashwa tertekan oleh isi pikirannya sendiri, sampai akhirnya dia hanya bisa menghela nafas berat dan terdiam menahan semuanya. Hingga tidak sadar bahwa Friden sudah ada disampingnya.
" Dek? Nggak jajan?"
" Eh, mas" Menoleh seperti orang kaget, mata Nashwa gelagapan."Nanti aja, kalo udah mandi"
" Mau mas beliin? Biar nunggunya sambil isi perut"
" Nggak mas, aku masih kenyang" Nashwa bisa membohongi semua teman-temannya. Tapi tidak dengan insting yang kuat sang kakak. Gurat mata gadis itu yang tidak mengerut sempurna, ada kesan kaku yang Friden tangkap dari wajah sang adik semakin menegaskan ada sesuatu yang tengah dia sembunyikan.
" Mau cerita?" Friden bertanya teduh.
Sempat ragu, Nashwa cerita juga akhirnya."Mas, apa nggak sebaiknya kita langsung ke Jakarta aja?"
" Kok? Kamu nggak mau ketemu sama ibu" Friden keheranan.
Nashwa menatap bola mata yang pedar itu."Anak mana yang nggak mau ketemu sama ibunya mas? Sejak mereka cerai nggak sedetik pun aku lewati tanpa rindu sama ibu, apalagi setelah kepergian ayah untuk selama-lamanya"
" Kalo gitu yaudah, tiket pesawat ke Solo juga udah dipesan sayang kalo nggak jadi"
" Lebih sayang kalo kita udah jauh-jauh kesana, tapi suami barunya ibu nggak ngasih izin kita ketemu sama ibu. Aku khawatir kalo kita diusir lagi, nanti ibu sendiri yang ngerasa bersalah"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS MANTAN [END✓]
Novela JuvenilNiat liburan malah ketemu mantan! Apa yang akan kamu lakukan jika liburan yang kamu pikir akan menyenangkan malah berubah menjadi bencana hanya karena hadirnya orang dimasa lalu?? Ini cerita Deven-Anneth serta anak iij2018 lainnya yang nggak suka bi...