06. Tradisi adat

36 5 3
                                    

Bermodalkan flash ponsel, mereka berjalan cepat masuk kedalam hutan yang seakan hendak menghantarkan mereka ke gerbang dunia lain sangking gelap hitamnya tidak terlihat apa-apa berkali-kali berteriak sekencang yang mereka bisa, menyerukan nama kedua gadis yang hilang. Berkali-kali mereka mengarahkan ponsel keberbagai sudut, menghalau dingin yang semakin dalam melangkah semakin menggigil dibuatnya karena tumbuhan semakin rimbun dan tertutupi.

" ANNETHHHHH!!" Deven berteriak menggelegar.

" CHARISAAAAAA!!!" Itu suara cempreng milik William.

Ada tekstur tanah yang mengharuskan mereka berjalan naik sedikit membuat sesak karena semakin malam, pasokan oksigen berebut dengan pepohonan yang menjulang tinggi disekelilingnya, sesekali mereka berhenti untuk memecah untaian panjang hingga tidak sadar jika waktu terus saja berputar tanpa mau menunggu mereka.

" Ini ponsel Anneth kan?" Pekik Nashwa membuat mereka semua berbondong-bondong kearahnya.

Saat ponsel itu dinyalakan terlihat jelas wallpaper karakter anime sama seperti case pembungkusnya sudah bisa ditebak itu punya Anneth. Deven menerima ponsel itu dari Nashwa dan spontan diremas ditelapak tangannya yang besar.

" ANNETHHHHH!!" Sekali lagi Deven berteriak meski tidak ada yang menjawab.

" Darah?" Sampai satu kata dari mulut Friden membuat dada seperti dipukul dari dekat. Dugaan buruk seperti sebuah tombak pisau yang mengarah dan berhenti tepat didepan wajah. Sampai mereka terasa tidak bisa lari dari kata ketakutan itu sendiri.

Kepala yang semula dipenuhi tanda tanya seketika menoleh lambat kearah Friden yang menghadap batu besar dengan becak darah yang masih basah.

" Guys!" Panggil Deven suasana diantara mereka menjadi lebih dingin mencekam."Wil Lo sama Nashwa balik ke mobil biar gue, Sam dan Bli Friden yang lanjutin pencarian"

" Yakin?" Sam memastikan, dia tahu apa yang sudah Deven lakukan dan perjuangkan."Muka Lo pucat"

" Wil cepet obatin luka Lo" Tapi tidak peduli seberapa lelahnya Deven, dia tetap mengingatkan William yang memegangi lengannya yang terus mengucurkan darah akibat tertusuk ranting pohon yang cukup tajam.

William mengangguk pasrah sembari meringis."hati-hati Lo bertiga"

" Kita tunggu kalian dibawah" harap Nashwa sebelum ikut melangkah bersama William.

Keduanya berjalan turun bersamaan dengan itu ketiga lelaki lainnya berjalan naik mengikuti tetesan darah yang semakin jauh masih tersisa bercaknya, tidak ada percakapan diantara mereka. Hening tapi seruan nama itu terus diudarakan tanpa henti dari mulut-mulut yang bergetar kedinginan.

Usai merasakan tetesan dingin yang jatuh ke keningnya, langkah Sam berhenti ibu jari lelaki itu mengusap keningnya perlahan untuk kemudian tertegun kesekian kalinya.

Darah.

Detik setelahnya mereka mendongak keatas secara bersamaan hanya untuk disuguhi pemandangan yang seakan mampu membunuh tanpa menyentuh. Mencoreng habis kewarasan oleh hal yang kegilaannya tidak pernah mereka bayangkan.

" Anneth"

" Charisa"

Pekik dua lelaki disertai dengan rasa terkejut melebihi yang sebelumnya ada. Usai melihat dua gadis yang mereka cari menggantung disebuah dahan pohon dengan satu kesatuan tali temali yang menjerat kakinya dalam posisi terbalik.

Satu hal yang membuat jantung mereka terasa mencelos ke dasar pijakan, bahwa sepasang mata kedua gadis itu terpejam erat tidak sadarkan diri.

🏝️🏝️🏝️

MAS MANTAN [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang