Agra POV
15 Februari 1345 M
Gunung Bromo, Kadipaten Probolinggo
Agra saat ini berada di Gunung Bromo, atau lebih tepatnya di padang lapangnya yang sangat luas. Disana juga ada 17 ribu pasukan Majaphit yang sedang berbaris rapih dengan senjatanya masing-masing, Mereka dikomandoi oleh Agra dan senopati Ardhana, serta diawasi oleh Gajah Mada juga Kertawardhana. Prabu Thribuwana sendiri sedang menuju kampung halaman di Bhre Kahuripan untuk menjenguk Ibunya yaitu Gayatri sedang sakit.
Pasukan ini terdiri dari 10 ribu pasukan infanteri , 800 pasukan peralatan tempur, 5 ribu pasukan pemanah dan 1.200 pasukan Kavaleri ringan. Rata-rata Pasukan menggunakan semacam baju kain panjang dengan dilapisi zirah sisik sebagai pelindung mereka. Tentu, ini sangat berbeda dengan penggambaran film kolosal yang memperlihatkan pasukan Nusantara yang hanya telanjang dada. Tentu tujuan pasukan Majapahit menggunakan zirah untuk meningkatkan pertahanan dan melindungi tubuh dari udara dingin. Tapi, zirah ini tak terlalu berat, membuat mobilisasi pasukan Majapahit relatif cepat.
"Ini adalah pertama kalinya aku melihat Pasukan sebanyak ini berkumpul di satu tempat. Karena biasanya aku hanya melihat beberapa pasukan saja. Benar-benar pemandangan yang menakjubkan" Gumam Agra dengan Kagum saat memandang para pasukan yang berbaris rapih.
"Jadi, ini pasukan yang disiapkan. Apakah tidak apa-apa senopati? mengingat konflik di perbatasan sedang memanas" Tanya Agra sambil melirik kearah Senopati Ardhana
"Tak apa Raden, jumlah pasukan yang masih di markas cukup banyak. Juga, pasukan yang ada di perbatasan sudah cukup untuk bertahan dari sunda" Jawab Ardhana dengan tenang
"Baiklah kalau begitu, sebelum kita menjelaskan formasi. Latih dulu pasukan disini dalam segi stamina, ketahanan dan juga kecepatan. Karena itu sangat penting untuk formasi yang akan kita buat" Ucap Agra dengan serius
"Baik Raden, akan saya lakukan dan kurang lebih berapa lama untuk sesi latihan ini?" Tanya Ardhana dengan hormat
"Sekitar 1 minggu. Setelah itu selama 3 minggu barulah akan kita latih formasi pertempuran" Jawab Agra dengan menyeringai
"Begitu, saya akan mengikuti perintah raden meski tidak tahu apa yang coba raden lakukan.... SEMUA PASUKAN SEGERA BERSIAP UNTUK BERLATIH!!!!" Jawab Ardhana sambil mengarahkan pasukannya
Semua pasukan pun mulai melakukan latihannya. Para pasukan Infanteri melatih kecepatan lari mereka dan stamina mereka sembari pasukan lain berusaha mendobrak pertahanan perisai mereka. Perisai pasukan Majapahit biasanya adalah berbentuk lingkaran. Tapi, dalam periode 4 tahun terakhir senjata tombak lebih eksis dan disukai pasukan Majapahit dalam melakukan pertempuran. Dan perisai perbentuk persegi panjang di pandangan lebih efektif untuk digunakan bersamaan dengan tombak untuk didarat. Sedangkan dilaut atau ditempat yang sepi mereka suka menggunakan perisai lingkaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENJADI PRABU HAYAM WURUK
Historical FictionWaktu adalah hal yang mutlak dan tak bisa di ubah. Waktu yang berlalu akan menjadi sejarah. Meski dengan fakta itu, kadang, kita ingin ke masa tertentu untuk memperbaikinya. itulah yang di Impikan seorang pemuda Bernama Agra Dewandaru. Ia sela...